Rockwell Collins Masih Mengandalkan Teknologi Penerbangan

Selasa, 10 April 2018 - 16:30 WIB
Rockwell Collins Masih...
Rockwell Collins Masih Mengandalkan Teknologi Penerbangan
A A A
TEKNOLOGI menjadi napas dari bisnis Rockwell Collins. Keahlian perusahaan bermarkas di Amerika Serikat ini mulai dari sistem penerbangan dan layanan pendukungnya, kebandaraan, hingga perkeretaapian.

Banyak kalangan, pemerintah bahkan negara yang mempercayakan pengembangan sistem teknologinya kepada Rockwell Collins. Pada awal April lalu, Angkatan Udara (AU) Brasil memilih Rockwell Collins untuk mengerjakan program sistem penerbangan dan pelayanan pendukung penerbangan. Rockwell Collins akan memperbaharui Pro Line 21 pada armada pesawat AU Brasil Hawker 800XP.

"Pro Line 21 didesain untuk mengoptimalkan pilot agar selalu waspada dengan situasi dan memberikan pengalaman penerbangan," ujar Direktur Operasional Rockwell Collins di Brasil, Marcelo Vaz, dilansir Executive Biz.

Pro Line 21 dilengkapi dengan gambar elektronik, data cuaca, peta navigasi, dan fitur lainnya. Kemudian Rockwell Collins juga akan mengirimkan layanan pendukung penerbangan ARINCDirect untuk 13 pesawat, termasuk pesawat Airbus A319, Embraer ERJ145, E-190, dan Legacy 600.

ARINC Direct merupakan layanan yang mampu membantu pengguna menciptakan dan menyimpan rencana penerbangan elektronik di seluruh dunia. Itu juga bisa memonitori cuaca serta mengakses data performa pesawat. Sebelumnya AU Amerika Serikat juga mengontrak Rockwell Collins untuk memperbarui armada pesawat latih T-1A dengan teknologi penerbangan canggih. Hal itu akan memudahkan siswa pilot belajar berbagai pesawat yang beragam. Kontrak itu termasuk memperbarui 178 pesawat T-1A.

Kemudian Rockwell Collins juga mengembangkan 16 sistem penerbangan untuk kepelatihan. Teknologi yang digunakan adalah Pro Line 21. Rockwell Collins menjelaskan pembaharuan itu akan melatih pilot untuk menerbangkan pesawat militer yang besar, seperti KC-46 dan C-130. "Pro Line 21 masih menjadi daya jual Rockwell Collins dalam bisnis penerbangan dan pesawat militer. Itu bisa mendukung kemampuan pilot untuk melaksanakan operasi penerbangan generasi mendatang. Ditambah dengan fitur yang mengintegrasikan data dan diagram elektronik," ujar wakil presiden Rockwell Collins, Craig Olson.

Ditambahkan wakil presiden dan manajer Airborne Solutions, salah satu unit bisnis Rockwell Collins, Dave Schreck, mengungkapkan kalau mereka memiliki rekor terbaik dalam sistem penerbangan. "Kami berpengalaman memodernisasi armada militer dan pesawat tempur. Kami juga akan bekerja sama dengan Field Aerospace, Nextant, dan Flight Safety untuk melatih pilot AU AS generasi mendatang," kata Schreck.

Selain produk penerbangan, Rockwell Collins juga memberikan solusi bagi pemerintah dan militer untuk menjaga keamanan serta menyelesaikan misi. Misi unik Rockwell Collins adalah menghadirkan teknologi canggih yang memiliki harga fleksibel. Kemudian pengembangan teknologi untuk bandara juga menjadi produk andalan Rockwell Collins. Itu disebabkan bandara juga harus selalu beradaptasi, berinovasi, dan selalu berubah memenuhi kebutuhan industri. Rockwell Collins juga hadir di 150 bandara dan 20% di antaranya adalah bandara terbesar di dunia.

Sementara itu, bidang perkeretaapian menjadi bisnis paling cerah. Rockwell Collins menyediakan layanan teknologi kereta api sepanjang lebih dari 100.000 mil jalur di Amerika Utara. Hal itu bertujuan menciptakan operasional yang efisien dan mengutamakan keselamatan. Layanan itu adalah ARINC yang menyediakan layanan pengontrolan kereta, baik komuter, kargo, dan regional.

Dijual Senilai USD30 Miliar
Pada Agustus 2017, Reuters melaporkan United Technologies (UTC) mengajukan penawaran untuk mengakuisisi Rockwell Collins yang memiliki nilai pasar mencapai USD19,3 miliar. Akuisisi itu formal diumumkan pada 4 September 2017. Namun, transaksi itu diproyeksikan akan dilaksanakan pada kuartal ketiga 2018. United Technologies mengungkapkan pada 2018 akan menyelesaikan akuisisi Rockwell Collins.

"Prioritas pertama UTC adalah menyelesaikan kesepakatan Rockwell. Kami hampir menyelesaikan. Kami akan menjalankan integrasi," ujar CEO UTC Greg Hayes dalam pertemuan investor di Palm Beach Garden, Florida, pada awal Januari lalu, dilansir The Gazette. Nilai transaksi itu diperkirakan mencapai USD30 miliar, termasuk utang.

Nanti Rockwell akan dikombinasikan dengan UTC Aerospace System, divisi UTC, menjadi Collins Aerospace Systems. Kesepakatan itu diperkirakan paling cepat pada musim panas ini. "Sesuai dengan regulasi, kami sesuai dengan aturan. Tidak ada kejutan," kata Presiden UTC Aerospace, Dave Gitlin.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6322 seconds (0.1#10.140)