Pemanfaatan Energi Surya Menuju Gigawatt Solar Tower
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) mendukung gerakan penghematan energi lewat program “Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap Menuju Gigawat Pertama di Indonesia” bersama-sama dengan Kementerian ESDM, Kementerian perindustrian, Kadin dan beberapa asosiasi lainnya.
Anggota Dewan Pembina AESI Didi Apriadi mengatakan, gerakan nasional ini sangat penting segera direalisasikan untuk mendorong peningkatan penetrasi teknologi listrik tenaga surya (solar photovoltaic). Dengan begtitu dapat tercapai The First Gigawatt Solar Tower sebelum 2020.
Didi mengingatkan program ini memerlukan partisipasi masyarakat secara aktif tanpa menggantungkan pada pemerintah. “Harus ada good will dari semua pihak jika ingin tumbuh, terutama pemerintah yang mempunyai sumber daya, dana, lahan dan user yang menyebar dan banyak,” terang dia, di Jakarta, Jumat (13/4).
Contoh paling gampang, kata Didi, jika semua kantor pemerintahan dan BUMN diharuskan mengunakan energi solar pada siang hari untuk kebutuhan suplai listrik AC dan lampu saja, maka sudah ribuan bahkan ratusan ribu atap energi surya akan terpasang. Artinya target AESI untuk pemasangan 1 juta atap akan lebih cepat tercapai dan akan terus bergulir .
Sebelumnya pada Kamis (12/4) AESI sudah melantik pengurus periode 2018-2021 disertai panel diskusi dengan topik “ 2018 and Beyond: Advancing Solar PF Rooftop Devolopment in Indonesia. Panel diskusi tersebut membahas perkembangan pemanfaatan energi surya di Indonesia, potensi penggunaan PLTS rooftop dan tantangan yang muncul, serta pembelajaran dari Jerman dalam mendorong pemanfaatan energi surya.
Panel diskusi juga akan menjadi ajang sosialisasi portal Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) yang telah diluncurkan AESI. Portal ini diharapkan menjadi tempat bagi para calon pengguna listrik surya atap mencari informasi tentang produk maupun perusahaan yang menyediakan jasa.
Anggota Dewan Pembina AESI Didi Apriadi mengatakan, gerakan nasional ini sangat penting segera direalisasikan untuk mendorong peningkatan penetrasi teknologi listrik tenaga surya (solar photovoltaic). Dengan begtitu dapat tercapai The First Gigawatt Solar Tower sebelum 2020.
Didi mengingatkan program ini memerlukan partisipasi masyarakat secara aktif tanpa menggantungkan pada pemerintah. “Harus ada good will dari semua pihak jika ingin tumbuh, terutama pemerintah yang mempunyai sumber daya, dana, lahan dan user yang menyebar dan banyak,” terang dia, di Jakarta, Jumat (13/4).
Contoh paling gampang, kata Didi, jika semua kantor pemerintahan dan BUMN diharuskan mengunakan energi solar pada siang hari untuk kebutuhan suplai listrik AC dan lampu saja, maka sudah ribuan bahkan ratusan ribu atap energi surya akan terpasang. Artinya target AESI untuk pemasangan 1 juta atap akan lebih cepat tercapai dan akan terus bergulir .
Sebelumnya pada Kamis (12/4) AESI sudah melantik pengurus periode 2018-2021 disertai panel diskusi dengan topik “ 2018 and Beyond: Advancing Solar PF Rooftop Devolopment in Indonesia. Panel diskusi tersebut membahas perkembangan pemanfaatan energi surya di Indonesia, potensi penggunaan PLTS rooftop dan tantangan yang muncul, serta pembelajaran dari Jerman dalam mendorong pemanfaatan energi surya.
Panel diskusi juga akan menjadi ajang sosialisasi portal Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) yang telah diluncurkan AESI. Portal ini diharapkan menjadi tempat bagi para calon pengguna listrik surya atap mencari informasi tentang produk maupun perusahaan yang menyediakan jasa.
(akr)