Naik 10,24%, Ekspor Maret 2018 Tembus USD15,58 Miliar
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai ekspor Indonesia pada Maret 2018 mencapai USD15,58 miliar. Posisi ini meningkat 10,24% dibanding Februari 2018, atau dan naik 6,14% dibanding Maret 2017.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan ekspor karena adanya kenaikan ekspor nonmigas sebesar 11,77%. Sementara ekspor migas mengalami penurunan sekitar -3,8%.
"Kalau dibedah lebih dalam, penurunan ekspor migas pada Maret ini disebabkan kenaikan ekspor minyak mentah dan hasil minyak. Sementara yang menurun adalah ekspor gasnya. Jadi gambaran pada Maret menggembirakan. Naik 6,14% dibanding Maret 2017," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (16/4/2018).
Jika dilihat menurut sektornya, sambung dia, nilai ekspor pada Maret 2018 ini yang mengalami penurunan adalah ekspor migas turun 3,81%. Hal ini terjadi karena nilai ekspor gas turun, sedangkan nilai ekspor hasil minyak naik 11,92%.
Sementara untuk sektor pertanian, nilai ekspornya pada Maret 2018 tumbuh menggembirakan atau naik 20,01%. Sayangnya, kontribusi sektor pertanian terhadap nilai ekspor Indonesia masih kecil sehingga peningkatan ini tidak terlalu berdampak terhadap total ekspor nasional.
"Kenaikan ekspor sebesar 20,01% terjadi karena ada beberapa produk pertanian yang ekspornya meningkat besar, antara lain sarang burung, tanaman obat, serta jagung," imbuh dia.
Untuk sektor industri pengolahan, pada Maret 2018 ini terjadi peningkatan ekspor 9,17% menjadi USD11,18 miliar. Adapun komoditas yang mengalami peningkatan adalah besi baja, tekstil dan konveksi. Sedangkan ekspor pertambangan meningkat 22,66% atau USD2,78 miliar.
"Komoditas yang mengalami kenaikan lumayan tajam adalah batu bara naik 24%, biji tembaga 36%, dan liquid," terangnya.
Sementara secara kumulatif, tambah pria yang akrab disapa Kecuk ini, nilai ekspor Indonesia pada Januari-Maret 2018 mencapai USD44,27 miliar atau meningkat 8,78% dibanding periode sama tahun 2017. Sementara ekspor nonmigas seara kumulatif mencapai USD40,21 miliar atau naik 9,53%.
"Menurut sektor, selama tiga bulan pertama perkembangan ekspor hasil industri pengolahan itu 4,60%. Tapi yang meningkat pesat itu produk tambang yaitu 41,48%, komoditasnya yang paling utama batu bara. Sementara ekspor pertanian turun 9,32% dibanding periode sama tahun lalu," pungkas Kecuk.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan ekspor karena adanya kenaikan ekspor nonmigas sebesar 11,77%. Sementara ekspor migas mengalami penurunan sekitar -3,8%.
"Kalau dibedah lebih dalam, penurunan ekspor migas pada Maret ini disebabkan kenaikan ekspor minyak mentah dan hasil minyak. Sementara yang menurun adalah ekspor gasnya. Jadi gambaran pada Maret menggembirakan. Naik 6,14% dibanding Maret 2017," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (16/4/2018).
Jika dilihat menurut sektornya, sambung dia, nilai ekspor pada Maret 2018 ini yang mengalami penurunan adalah ekspor migas turun 3,81%. Hal ini terjadi karena nilai ekspor gas turun, sedangkan nilai ekspor hasil minyak naik 11,92%.
Sementara untuk sektor pertanian, nilai ekspornya pada Maret 2018 tumbuh menggembirakan atau naik 20,01%. Sayangnya, kontribusi sektor pertanian terhadap nilai ekspor Indonesia masih kecil sehingga peningkatan ini tidak terlalu berdampak terhadap total ekspor nasional.
"Kenaikan ekspor sebesar 20,01% terjadi karena ada beberapa produk pertanian yang ekspornya meningkat besar, antara lain sarang burung, tanaman obat, serta jagung," imbuh dia.
Untuk sektor industri pengolahan, pada Maret 2018 ini terjadi peningkatan ekspor 9,17% menjadi USD11,18 miliar. Adapun komoditas yang mengalami peningkatan adalah besi baja, tekstil dan konveksi. Sedangkan ekspor pertambangan meningkat 22,66% atau USD2,78 miliar.
"Komoditas yang mengalami kenaikan lumayan tajam adalah batu bara naik 24%, biji tembaga 36%, dan liquid," terangnya.
Sementara secara kumulatif, tambah pria yang akrab disapa Kecuk ini, nilai ekspor Indonesia pada Januari-Maret 2018 mencapai USD44,27 miliar atau meningkat 8,78% dibanding periode sama tahun 2017. Sementara ekspor nonmigas seara kumulatif mencapai USD40,21 miliar atau naik 9,53%.
"Menurut sektor, selama tiga bulan pertama perkembangan ekspor hasil industri pengolahan itu 4,60%. Tapi yang meningkat pesat itu produk tambang yaitu 41,48%, komoditasnya yang paling utama batu bara. Sementara ekspor pertanian turun 9,32% dibanding periode sama tahun lalu," pungkas Kecuk.
(ven)