Tambahan Cuti Lebaran Bisa Dongkrak Investasi Pelaku Usaha
A
A
A
JAKARTA - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, adanya penambahan cuti lebaran dua hari sehingga menjadi sembilan hari dapat memacu investasi dunia usaha. Terlebih adanya peningkatan kegiatan dunia usaha diikuti oleh membaiknya kinerja korporasi nonkeuangan di berbagai sektor. Apalagi, dengan
Pasalnya, Ia menilai pelaku usaha akan menyimpan stoknya untuk dibelanjakan oleh konsumen. Dan itu akan dilakukan sebelum lebaran dan puasa yang membuat investasi meningkat. "Dunia usaha punya stok yang akan dibelanjakan oleh konsumen akan dilakukan sebelum bulan puasa. Dan bagi produsen itu akan jadi peluang berinvestasi," ujar Dody di Gedung BI, Jakarta, Kamis (19/4/2018).
Di sisi lain, Ia menerangkan investasi bangunan meningkat sejalan dengan kemajuan proyek infrastruktur oleh pemerintah dan swasta. Sementara itu, peningkatan investasi nonbangunan terutama terjadi pada sektor primer, khususnya pertambangan.
Sehingga, konsumsi swasta diperkirakan meningkat didukung oleh penguatan daya beli, seiring dengan perbaikan pendapatan dan akselerasi penyaluran bantuan sosial, serta peningkatan pengeluaran terkait Pilkada serentak.
"Dari sisi eksternal, ekspor tumbuh positif terutama bersumber dari ekspor komoditas pertambangan dan produk manufaktur yang membaik. Sementara itu, impor juga diprakirakan meningkat khususnya barang modal dan bahan baku," paparnya.
Pasalnya, Ia menilai pelaku usaha akan menyimpan stoknya untuk dibelanjakan oleh konsumen. Dan itu akan dilakukan sebelum lebaran dan puasa yang membuat investasi meningkat. "Dunia usaha punya stok yang akan dibelanjakan oleh konsumen akan dilakukan sebelum bulan puasa. Dan bagi produsen itu akan jadi peluang berinvestasi," ujar Dody di Gedung BI, Jakarta, Kamis (19/4/2018).
Di sisi lain, Ia menerangkan investasi bangunan meningkat sejalan dengan kemajuan proyek infrastruktur oleh pemerintah dan swasta. Sementara itu, peningkatan investasi nonbangunan terutama terjadi pada sektor primer, khususnya pertambangan.
Sehingga, konsumsi swasta diperkirakan meningkat didukung oleh penguatan daya beli, seiring dengan perbaikan pendapatan dan akselerasi penyaluran bantuan sosial, serta peningkatan pengeluaran terkait Pilkada serentak.
"Dari sisi eksternal, ekspor tumbuh positif terutama bersumber dari ekspor komoditas pertambangan dan produk manufaktur yang membaik. Sementara itu, impor juga diprakirakan meningkat khususnya barang modal dan bahan baku," paparnya.
(akr)