Begini Kinerja Pertamina di Bawah Elia Massa Manik
A
A
A
JAKARTA - Kabar mengejutkan datang dari Kementerian BUMN hari ini, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Elia Massa Manik dicopot dari jabatannya sebagai direktur utama PT Pertamina (Persero).
Karir Elia di BUMN energi terintegrasi itu terbilang singkat. Pria kelahiran Kabanjahe Kabupaten Karo, Sumatera Utara, itu terhitung hanya setahun lebih sebulan memegang kemudi Pertamina. Dalam rentang waktu yang singkat itu seperti apa gebrakan mantan Presiden Direktur PT Elnusa tersebut?
Kehadiran Elia awalnya digadang-gadang bakal mendorong efisiensi di tubuh BUMN berlambang panah tiga warna itu. Namun, sempat terwujud, Elia malah mendapat sorotan karena jumlah direksi Pertamina yang makin gemuk. Dibanding pendahulunya, Dwi Soetjipto, yang awal dilantik hanya bekerja dengan enam direksi, jajaran manajemen atas Pertamina di bawah Elia mencapai 10 orang.
Kendati jumlah direksi bertambah, dari sisi kinerja Pertamina tak berhasil menunjukkan peningkatan. Tahun lalu Pertamina tercatat hanya membukukan laba USD2,41 miliar atau sekitar Rp32 triliun, turun sekitar 24% dibandingkan pencapaian tahun 2016 yang mencapai USD3,15 miliar.
Tak hanya itu, proyek pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru yang sedang digarap Pertamina pun terkesan jalan di tempat. Setelah mengumumkan molornya target penyelesaian kilang medio 2017 lalu, baru pengembangan Kilang Balikpapan saja yang tampak paling siap.
Di tengah tren naiknya harga minyak dunia, Pertamina kembali menjadi sorotan setelah ada keluhan mengenai langkanya bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di beberapa tempat. Tak kurang dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan yang kemudian melayangkan teguran langsung ke Pertamina atas hal itu.
Namun, untuk penugasan program BBM Satu Harga, Pertamina terbilang sukses. Pertamina mampu membangun 54 penyalur BBM Satu Harga sesuai target sepanjang tahun 2017.
Di tengah kondisi yang kurang menguntungkan tersebut, Pertamina masih pula diterpa masalah saat pipa minyaknya bocor sehingga tumpahan minyak mencemari Teluk Balikpapan. Kendati masih didalami pihak mana yang paling bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjatuhkan sanksi administratif kepada Pertamina. Pertamina disebut tidak menginspeksi fasilitasnya itu secara memadai.
Kinerja memang disebut sebagai salah satu alasan dirombaknya direksi Pertamina. Deputi Bidang Pertambangan Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry sampurna mengatakan, kinerja Pertamina memang kurang menggembirakan. "Perkembangan kondisi terakhir ini komisaris sudah melakukan kajian komprehensif selama satu bulan," ujarnya di Jakarta, Jumat (20/4/2018).
Karena itu, kata Fajar, pemerintah berharap dengan penyegaran manajemen, kinerja akan membaik dan fungsi Pertamina untuk melayani masyarakat juga lebih maksimal. Termasuk, mempercepat penyelesaian proyek-proyek strategis yang ditugaskan pada Pertamina.
Karir Elia di BUMN energi terintegrasi itu terbilang singkat. Pria kelahiran Kabanjahe Kabupaten Karo, Sumatera Utara, itu terhitung hanya setahun lebih sebulan memegang kemudi Pertamina. Dalam rentang waktu yang singkat itu seperti apa gebrakan mantan Presiden Direktur PT Elnusa tersebut?
Kehadiran Elia awalnya digadang-gadang bakal mendorong efisiensi di tubuh BUMN berlambang panah tiga warna itu. Namun, sempat terwujud, Elia malah mendapat sorotan karena jumlah direksi Pertamina yang makin gemuk. Dibanding pendahulunya, Dwi Soetjipto, yang awal dilantik hanya bekerja dengan enam direksi, jajaran manajemen atas Pertamina di bawah Elia mencapai 10 orang.
Kendati jumlah direksi bertambah, dari sisi kinerja Pertamina tak berhasil menunjukkan peningkatan. Tahun lalu Pertamina tercatat hanya membukukan laba USD2,41 miliar atau sekitar Rp32 triliun, turun sekitar 24% dibandingkan pencapaian tahun 2016 yang mencapai USD3,15 miliar.
Tak hanya itu, proyek pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru yang sedang digarap Pertamina pun terkesan jalan di tempat. Setelah mengumumkan molornya target penyelesaian kilang medio 2017 lalu, baru pengembangan Kilang Balikpapan saja yang tampak paling siap.
Di tengah tren naiknya harga minyak dunia, Pertamina kembali menjadi sorotan setelah ada keluhan mengenai langkanya bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di beberapa tempat. Tak kurang dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan yang kemudian melayangkan teguran langsung ke Pertamina atas hal itu.
Namun, untuk penugasan program BBM Satu Harga, Pertamina terbilang sukses. Pertamina mampu membangun 54 penyalur BBM Satu Harga sesuai target sepanjang tahun 2017.
Di tengah kondisi yang kurang menguntungkan tersebut, Pertamina masih pula diterpa masalah saat pipa minyaknya bocor sehingga tumpahan minyak mencemari Teluk Balikpapan. Kendati masih didalami pihak mana yang paling bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjatuhkan sanksi administratif kepada Pertamina. Pertamina disebut tidak menginspeksi fasilitasnya itu secara memadai.
Kinerja memang disebut sebagai salah satu alasan dirombaknya direksi Pertamina. Deputi Bidang Pertambangan Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry sampurna mengatakan, kinerja Pertamina memang kurang menggembirakan. "Perkembangan kondisi terakhir ini komisaris sudah melakukan kajian komprehensif selama satu bulan," ujarnya di Jakarta, Jumat (20/4/2018).
Karena itu, kata Fajar, pemerintah berharap dengan penyegaran manajemen, kinerja akan membaik dan fungsi Pertamina untuk melayani masyarakat juga lebih maksimal. Termasuk, mempercepat penyelesaian proyek-proyek strategis yang ditugaskan pada Pertamina.
(fjo)