Kementerian BUMN Dorong Percepatan Konektivitas Indonesia Timur
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus mendorong percepatan pembangunan konektivitas laut yang ada di bawah kendali BUMN PT Pelabuhan Indonesia atau Pelindo I, II, III dan IV.
Deputi Bidang Usaha Konstruksi, Sarana dan Prasarana (KSPP) Kementerian BUMN Ahmad Bambang mengingatkan agar program pembangunan yang ada saat ini agar dapat diselesaikan di tahun 2019.
"Penting juga untuk dicatat, keberadaan pelabuhan merupakan bagian penting konektivitas yang akan memperlancar dan menurunkan biaya logistik," kata Ahmad Bambang di Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Hal yang sama juga disampaikan Direktur Utama PT Pelindo IV (Persero) Doso Agung. Pelindo IV tercatat sukses memaksimalkan perannya membangun konektivitas di Indonesia Timur, terbukti dengan penurunan harga barang kebutuhan akibat kelancaran suplai sejumlah komoditas.
Menurut Doso, kesuksesan ekspor langsung komoditas unggulan dari beberapa daerah di Indonesia Timur juga menjadi tolok ukur bahwa BUMN Kepelabuhanan ini memang fokus dan serius dalam membangun konektivitas di wilayah timur Indonesia.
Bahkan, megaproyek yang juga menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang pembangunannya sudah dikerjakan sejak 2015, Makassar New Port (MNP), digadang-gadang akan menjadi pelabuhan utama yang akan menopang konektivitas dari wilayah-wilayah di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Sejak akhir 2015, Pelindo IV sudah berupaya membangun konektivitas di Indonesia Timur dengan implementasi direct call dan direct export ke luar negeri bekerja sama dengan perusahaan pelayaran internasional asal Hong Kong, SITC. Kedua kegiatan tersebut (direct call dan direct export) hingga kini intens dilakukan perseroan dari beberapa pelabuhan besar di KTI, di antaranya Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Pantoloan, Pelabuhan Ambon, Pelabuhan Balikpapan dan Pelabuhan Jayapura.
Konektivitas sangat erat hubungannya dengan pengendalian harga komoditas di Indonesia Timur. Sebab, terbangunnya konektivitas via laut, otomatis membuat suplai sejumlah komoditas ke wilayah ini lebih terbuka. Alhasil, disparitas harga antara timur dan barat perlahan menyusut, disusul dengan harga barang di tingkat konsumen yang juga menurun. "Muaranya yakni menggairahkan kembali daya beli masyarakat," pungkas Doso.
Deputi Bidang Usaha Konstruksi, Sarana dan Prasarana (KSPP) Kementerian BUMN Ahmad Bambang mengingatkan agar program pembangunan yang ada saat ini agar dapat diselesaikan di tahun 2019.
"Penting juga untuk dicatat, keberadaan pelabuhan merupakan bagian penting konektivitas yang akan memperlancar dan menurunkan biaya logistik," kata Ahmad Bambang di Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Hal yang sama juga disampaikan Direktur Utama PT Pelindo IV (Persero) Doso Agung. Pelindo IV tercatat sukses memaksimalkan perannya membangun konektivitas di Indonesia Timur, terbukti dengan penurunan harga barang kebutuhan akibat kelancaran suplai sejumlah komoditas.
Menurut Doso, kesuksesan ekspor langsung komoditas unggulan dari beberapa daerah di Indonesia Timur juga menjadi tolok ukur bahwa BUMN Kepelabuhanan ini memang fokus dan serius dalam membangun konektivitas di wilayah timur Indonesia.
Bahkan, megaproyek yang juga menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang pembangunannya sudah dikerjakan sejak 2015, Makassar New Port (MNP), digadang-gadang akan menjadi pelabuhan utama yang akan menopang konektivitas dari wilayah-wilayah di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Sejak akhir 2015, Pelindo IV sudah berupaya membangun konektivitas di Indonesia Timur dengan implementasi direct call dan direct export ke luar negeri bekerja sama dengan perusahaan pelayaran internasional asal Hong Kong, SITC. Kedua kegiatan tersebut (direct call dan direct export) hingga kini intens dilakukan perseroan dari beberapa pelabuhan besar di KTI, di antaranya Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Pantoloan, Pelabuhan Ambon, Pelabuhan Balikpapan dan Pelabuhan Jayapura.
Konektivitas sangat erat hubungannya dengan pengendalian harga komoditas di Indonesia Timur. Sebab, terbangunnya konektivitas via laut, otomatis membuat suplai sejumlah komoditas ke wilayah ini lebih terbuka. Alhasil, disparitas harga antara timur dan barat perlahan menyusut, disusul dengan harga barang di tingkat konsumen yang juga menurun. "Muaranya yakni menggairahkan kembali daya beli masyarakat," pungkas Doso.
(fjo)