Harga Minyak Dunia Melonjak Usai AS Cabut Kesepakatan Nuklir Iran
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia mencetak kenaikan lebih dari 2% pada perdagangan, Rabu (9/5/2018) dengan Brent mencapai posisi terbaiknya dalam tiga setengah tahun. Hal ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk menghentikan kesepakatan nuklir dengan Iran.
Seperti dilansir Reuters hari ini, langkah AS itu kemungkinan bakal membatasi ekspor minyak mentah anggota OPEC tersebut di pasar yang sudah mengalami pengetatan. Trump kemarin memutuskan menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran yang disepakati pada akhir 2015.
Hal itu diyakni dapat meningkatkan risiko konflik di Timur Tengah dan menimbulkan ketidakpastian atas pasokan minyak global. Keputusan AS menjadi sentimen positif bagi harga minyak mentah yang mendaki naik ke level tertinggi.
Harga minyak mentah berjangka Brent melesat ke USD76,75 per barel atau menjadi yang tertinggi sejak November 2014. Pada pukul 03.44 GMT, posisi Brent masih pada level USD76,73/barel untuk meraih peningkatan USD1,88 atau 2,5% dari penutupan sesi terakhir.
Sementara harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) bertambah USD1,61 per barel atau 2,3% pada posisi USD70,67 per barel untuk mendekati posisi terbaiknya yang terakhir terlihat pada akhir 2014, silam.
"Peristiwa besar malam tadi yakni dibatalkannya kesepakatan nuklir yang dibuat dengan Iran pada 2015 oleh Presiden Trump. Karena itu sanksi kemungkinan bakal dikenakan kembali pada Iran yang pada akhirnya akan mempengaruhi ekspor minyak Iran," kata Analis Investasi William O'Loughlin dari Rivkin Securities Australia.
Iran muncul sebagai eksportir minyak utama pada 2016 setelah sanksi internasional terhadapnya dicabut sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran, dengan ekspor April berdiri di atas 2,6 juta barel per hari (bpd). Ini menjadikan Iran eksportir ketiga terbesar minyak mentah dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), di belakang Arab Saudi dan Irak.
(akr)
Seperti dilansir Reuters hari ini, langkah AS itu kemungkinan bakal membatasi ekspor minyak mentah anggota OPEC tersebut di pasar yang sudah mengalami pengetatan. Trump kemarin memutuskan menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran yang disepakati pada akhir 2015.
Hal itu diyakni dapat meningkatkan risiko konflik di Timur Tengah dan menimbulkan ketidakpastian atas pasokan minyak global. Keputusan AS menjadi sentimen positif bagi harga minyak mentah yang mendaki naik ke level tertinggi.
Harga minyak mentah berjangka Brent melesat ke USD76,75 per barel atau menjadi yang tertinggi sejak November 2014. Pada pukul 03.44 GMT, posisi Brent masih pada level USD76,73/barel untuk meraih peningkatan USD1,88 atau 2,5% dari penutupan sesi terakhir.
Sementara harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) bertambah USD1,61 per barel atau 2,3% pada posisi USD70,67 per barel untuk mendekati posisi terbaiknya yang terakhir terlihat pada akhir 2014, silam.
"Peristiwa besar malam tadi yakni dibatalkannya kesepakatan nuklir yang dibuat dengan Iran pada 2015 oleh Presiden Trump. Karena itu sanksi kemungkinan bakal dikenakan kembali pada Iran yang pada akhirnya akan mempengaruhi ekspor minyak Iran," kata Analis Investasi William O'Loughlin dari Rivkin Securities Australia.
Iran muncul sebagai eksportir minyak utama pada 2016 setelah sanksi internasional terhadapnya dicabut sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran, dengan ekspor April berdiri di atas 2,6 juta barel per hari (bpd). Ini menjadikan Iran eksportir ketiga terbesar minyak mentah dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), di belakang Arab Saudi dan Irak.
(akr)