Kemenkeu: Pelemahan Rupiah Tidak Sedalam Negara Lain
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tidak terlalu dalam. Padahal, pelemahan rupiah sudah sampai lewati level Rp14.000 per USD.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Suahasil Nazara mengatakan, saat ini memang terjadi volatilitas di pasar dunia. Hampir semua negara di dunia mengalami hal yang sama seperti Indonesia, yakni pelemahan nilai tukar.
"Memang ada volatilitas di pasar dunia dan itu confirm di semua negara, bergerak. Kita bersyukur kita tidak terlalu dalam," katanya di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Menurutnya, pelemahan yang terjadi di Indonesia tidak sedalam negara-negara lain. Hal ini karena Indonesia telah melakukan reformasi struktural, pembangunan infrastruktur, hingga memberikan perlindungan sosial kepada masyarakat.
"Memang dalam konidisi seperti ini, perbandingan antara negara menjadi sangat penting. Dimana Indonesia dengan negara lain. Reformasi bisa dipercaya, Indonesia akan ada di posisi lebih baik Tapi kalau enggak bikin reform, enggak bangun infrastruktur, enggak bikin perlindungan sosial yang baik, kita akan volatilte," imbuh dia.
Hal ini terlihat pada beberapa negara di dunia, seperti Argentina dan Turki. Saat nilai tukar melemah, mereka tidak melakukan reformasi struktural sehingga volatilitasnya terlalu tinggi.
"Lihat saja modelnya Argentina, volatile banget, Turki sudah diturunin ratingnya, karena volatilitasnya tinggi," tandasnya.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Suahasil Nazara mengatakan, saat ini memang terjadi volatilitas di pasar dunia. Hampir semua negara di dunia mengalami hal yang sama seperti Indonesia, yakni pelemahan nilai tukar.
"Memang ada volatilitas di pasar dunia dan itu confirm di semua negara, bergerak. Kita bersyukur kita tidak terlalu dalam," katanya di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Menurutnya, pelemahan yang terjadi di Indonesia tidak sedalam negara-negara lain. Hal ini karena Indonesia telah melakukan reformasi struktural, pembangunan infrastruktur, hingga memberikan perlindungan sosial kepada masyarakat.
"Memang dalam konidisi seperti ini, perbandingan antara negara menjadi sangat penting. Dimana Indonesia dengan negara lain. Reformasi bisa dipercaya, Indonesia akan ada di posisi lebih baik Tapi kalau enggak bikin reform, enggak bangun infrastruktur, enggak bikin perlindungan sosial yang baik, kita akan volatilte," imbuh dia.
Hal ini terlihat pada beberapa negara di dunia, seperti Argentina dan Turki. Saat nilai tukar melemah, mereka tidak melakukan reformasi struktural sehingga volatilitasnya terlalu tinggi.
"Lihat saja modelnya Argentina, volatile banget, Turki sudah diturunin ratingnya, karena volatilitasnya tinggi," tandasnya.
(ven)