Pertaruhan Rupiah di Rapat Dewan Gubernur BI Pekan Depan
A
A
A
JAKARTA - Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengungkapkan, pertaruhan nasib nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ada di dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pekan depan. Banyak investor menanti hasil dari rapat itu untuk mengkalkulasi besaran investasi.
Edwin menjelaskan, banyak investor menunggu langkah BI menaikkan suku bunga. Apalagi sebelumnya Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution sudah angkat bicara terkait ini dengan menyerahkan keputusan ke BI.
Menurutnya, BI punya dua pilihan yakni menaikkan suku bunga atau melakukan intervensi menggunakan cadangan devisa (cadev) untuk menstabilkan rupiah. Jika pilihan pertama yang diambil, maka diyakini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia karena menurunkan daya beli masyarakat.
"Pemerintah bisa hitung mana lebih murah, naikkan suku bunga, tapi rusak GDP atau intervensi, tapi enggak rusak GDP?" ujarnya usai ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Sementara, jika BI memilih untuk terus melakukan intervensi akan membuat cadev makin tergerus. Sehingga, bisa menjadi sentimen negatif buat pelaku pasar yang tidak lagi percaya terhadap rupiah.
Dalam memilih keputusan ini juga, kata Edwin, pemerintah juga memilih untuk memuaskan investor dengan bunga tinggi atau meningkatkan konsumsi masyarakat dengan bunga rendah. "Konsumsi masyarakat tertahan hanya untuk memuaskan segelintir investor. Kita harus itung benar-benar karena kalau rupiah hancur akan pengaruh banyak ke importir, biaya jadi mahal," katanya.
Namun, ketika BI tidak jadi memilih menaikkan suku bunga pekan depan akan berdampak ke pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bisa bergerak ke level 5.485. "Pekan depan pertaruhan, tunggu RDG BI. Kalau enggak jadi naik bisa di 5.485, sentimen masih di rupiah," pungkas Edwin.
Edwin menjelaskan, banyak investor menunggu langkah BI menaikkan suku bunga. Apalagi sebelumnya Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution sudah angkat bicara terkait ini dengan menyerahkan keputusan ke BI.
Menurutnya, BI punya dua pilihan yakni menaikkan suku bunga atau melakukan intervensi menggunakan cadangan devisa (cadev) untuk menstabilkan rupiah. Jika pilihan pertama yang diambil, maka diyakini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia karena menurunkan daya beli masyarakat.
"Pemerintah bisa hitung mana lebih murah, naikkan suku bunga, tapi rusak GDP atau intervensi, tapi enggak rusak GDP?" ujarnya usai ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Sementara, jika BI memilih untuk terus melakukan intervensi akan membuat cadev makin tergerus. Sehingga, bisa menjadi sentimen negatif buat pelaku pasar yang tidak lagi percaya terhadap rupiah.
Dalam memilih keputusan ini juga, kata Edwin, pemerintah juga memilih untuk memuaskan investor dengan bunga tinggi atau meningkatkan konsumsi masyarakat dengan bunga rendah. "Konsumsi masyarakat tertahan hanya untuk memuaskan segelintir investor. Kita harus itung benar-benar karena kalau rupiah hancur akan pengaruh banyak ke importir, biaya jadi mahal," katanya.
Namun, ketika BI tidak jadi memilih menaikkan suku bunga pekan depan akan berdampak ke pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bisa bergerak ke level 5.485. "Pekan depan pertaruhan, tunggu RDG BI. Kalau enggak jadi naik bisa di 5.485, sentimen masih di rupiah," pungkas Edwin.
(akr)