Pondok Pesantren Diarahkan untuk Kembangkan UMKM
A
A
A
JAKARTA - Pondok pesantren (ponpes) diyakini memiliki potensi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui program Santripreneur, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong ponpes mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
"Selama ini ponpes turut berperan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengingat sudah banyak yang mendirikan koperasi, mengembangkan berbagai unit usaha baik skala kecil maupun menengah, bahkan ada yang memiliki inkubator bisnis," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto melalui siaran pers, Sabtu (12/5/2018).
Menurut Menperin, pihaknya tengah gencar melaksanakan kegiatan penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di lingkungan pesantren, yang dinamakan program Santripreneur. "Hampir 70% pelaku usaha Indonesia berada di sektor UMKM. Ini merupakan modal yang cukup kuat dalam menghadapi revolusi industri 4.0," ungkapnya.
Airlangga menambahkan, ponpes berpotensi besar menciptakan wirausaha baru dan menumbuhkan sektor industri kecil dan menengah (IKM). Berdasarkan data Kementerian Agama, selama tahun 2014-2015, di Indonesia terdapat 28.961 ponpes yang tersebar di seluruh provinsi dengan jumlah santri lebih dari 4 juta orang.
Dengan perkembangan era digital saat ini, Menperin optimistis, para santri mampu menjadi agen perubahan yang strategis dalam membangun bangsa dan perekonomian Indonesia di masa mendatang. Terlebih, sampai 10 tahun ke depan, Indonesia akan menikmati bonus demografi atau momentum ketika penduduk didominasi oleh usia produktif (usia 15-64 tahun mencapai 70%).
"Saat ini, ekonomi Indonesia di peringkat ke-16 dunia. Kami yakin, sesuai aspirasi di dalam Making Indonesia 4.0, Indonesia bisa menjadi negara yang berada dalam 10 besar ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030," tuturnya.
Oleh karena itu, Kemenperin berkomitmen mendukung pengembangan IKM nasional di era ekonomi digital, dengan membangun platform e-commerce yang dinamakan e-Smart IKM. Hingga saat ini, sebanyak 1.730 pelaku IKM telah mengikuti workshop e-Smart IKM. Sampai tahun 2019, Kemenperin menargetkan dapat mengajak hingga 10.000 pelaku IKM seluruh Indonesia untuk mengikuti lokakarya tersebut.
"Kami juga akan membangun sentra-sentra teknologi dalam rangka meningkatkan akses IKM terhadap akuisisi teknologi dan memberikan dukungan mentoring untuk mendorong inovasi," paparnya.
Dirjen IKM Gati Wibawanigsih mengatakan, pihaknya menargetkan 18 ponpes yang akan menjadi percontohan dalam pelaksanaan program Santripreneur pada tahun 2018. Ponpes tersebut meliputi delapan di wilayah Jawa Barat, lima di Jawa Tengah, dan lima di Jawa Timur.
"Dalam implementasi Santripreneur ini, kami memiliki dua model penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di ponpes, yaitu Santri Berindustri dan Santri Berkreasi," jelasnya.
"Selama ini ponpes turut berperan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengingat sudah banyak yang mendirikan koperasi, mengembangkan berbagai unit usaha baik skala kecil maupun menengah, bahkan ada yang memiliki inkubator bisnis," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto melalui siaran pers, Sabtu (12/5/2018).
Menurut Menperin, pihaknya tengah gencar melaksanakan kegiatan penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di lingkungan pesantren, yang dinamakan program Santripreneur. "Hampir 70% pelaku usaha Indonesia berada di sektor UMKM. Ini merupakan modal yang cukup kuat dalam menghadapi revolusi industri 4.0," ungkapnya.
Airlangga menambahkan, ponpes berpotensi besar menciptakan wirausaha baru dan menumbuhkan sektor industri kecil dan menengah (IKM). Berdasarkan data Kementerian Agama, selama tahun 2014-2015, di Indonesia terdapat 28.961 ponpes yang tersebar di seluruh provinsi dengan jumlah santri lebih dari 4 juta orang.
Dengan perkembangan era digital saat ini, Menperin optimistis, para santri mampu menjadi agen perubahan yang strategis dalam membangun bangsa dan perekonomian Indonesia di masa mendatang. Terlebih, sampai 10 tahun ke depan, Indonesia akan menikmati bonus demografi atau momentum ketika penduduk didominasi oleh usia produktif (usia 15-64 tahun mencapai 70%).
"Saat ini, ekonomi Indonesia di peringkat ke-16 dunia. Kami yakin, sesuai aspirasi di dalam Making Indonesia 4.0, Indonesia bisa menjadi negara yang berada dalam 10 besar ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030," tuturnya.
Oleh karena itu, Kemenperin berkomitmen mendukung pengembangan IKM nasional di era ekonomi digital, dengan membangun platform e-commerce yang dinamakan e-Smart IKM. Hingga saat ini, sebanyak 1.730 pelaku IKM telah mengikuti workshop e-Smart IKM. Sampai tahun 2019, Kemenperin menargetkan dapat mengajak hingga 10.000 pelaku IKM seluruh Indonesia untuk mengikuti lokakarya tersebut.
"Kami juga akan membangun sentra-sentra teknologi dalam rangka meningkatkan akses IKM terhadap akuisisi teknologi dan memberikan dukungan mentoring untuk mendorong inovasi," paparnya.
Dirjen IKM Gati Wibawanigsih mengatakan, pihaknya menargetkan 18 ponpes yang akan menjadi percontohan dalam pelaksanaan program Santripreneur pada tahun 2018. Ponpes tersebut meliputi delapan di wilayah Jawa Barat, lima di Jawa Tengah, dan lima di Jawa Timur.
"Dalam implementasi Santripreneur ini, kami memiliki dua model penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di ponpes, yaitu Santri Berindustri dan Santri Berkreasi," jelasnya.
(fjo)