Chobei Takeda I, Jual Obat Tradisional di Warung Bambu
A
A
A
SEKITAR dua abad lalu atau pada 1781, seorang lelaki berusia 32 tahun, Chobei Takeda I, menopang hidupnya dengan menjual obat-obatan tradisional Jepang dan China di Doshomachi, Osaka, pusat perdagangan obat-obatan. Saat itu dia hanya mampu mendirikan apotek kecil yang bangunannya terbuat dari kayu dan bambu.
Takeda memperoleh obat-obatan dagangannya dari apotek yang lebih besar. Dia menjualnya kembali kepada pengecer atau tabib dalam satu paket campuran. Meski memiliki warung, Takeda lebih sering berkeliling. Kerja kerasnya itu menjadi titik awal berdirinya perusahaan raksasa Takeda Pharmaceutical Company.
Takeda merantau dari ibu kota kuno di Jepang, Nara, sekitar 30 kilometer dari lokasi apoteknya. Di Osaka, dia berguru kepada seorang pengedar obat-obatan Kisuke Ohmiya. Ketika Takeda menyatakan dirinya siap melanjutkan bisnis dan akan berdiri sendiri, Ohmiya mewariskan separuh bisnisnya kepada muridnya itu.
Sebagai tradisi, setiap pebisnis sukses memakai nama Chobei dan mewariskannya kepada keturunannya. Dengan demikian, tak heran jika suksesornya memiliki nama Chobei Takeda II, Chobei Takeda III, Chobei Takeda IV, dan seterusnya.
Chobei Takeda IV sedikit berbelok dari pendahulunya. Dia mengimpor obat dari Barat. Sekitar 18 jenis obat asal Eropa dan Amerika Utara mulai masuk ke Jepang di bawah kepemimpinan Takeda IV. Salah satunya obat malaria, kina, dan asam obat kolera, karbolik. Apotek barunya berada di atas apotek Takeda I yang diruntuhkan Chobei Takeda III pada April 1852. Toko itu berdiri hampir selama 71 tahun.
Memasuki 1895, kebutuhan obat-obatan di Jepang meningkat hingga mendorong Takeda IV melakukan ekspansi perusahaan dari makelar menjadi produsen. Takeda IV mengakuisisi Uchibayashi Drug Work untuk mendirikan pabrik sendiri di Osaka. Pabrik itu memproduksi obat seperti obat diare dan obat kolera.
Dengan kesuksesan itu, Takeda IV mulai membentuk divisi penelitian dan aktif mengembangkan produk. Produk baru seperti Calmotin, Novoroform, Lodinon mulai dipasarkan. Divisi lain juga dibentuk.
Kemajuan itu dipersukses dengan ekspansi bisnis dan ekspor obat-obatan ke Amerika Serikat (AS), Rusia, dan China. Pada 1925, di bawah kepemimpinan Chobei Takeda V, bisnis keluarga itu diresmikan menjadi sebuah perusahaan bernama Chobei Takeda & Company Ltd.
Sebelumnya perusahaan itu beroperasi sebagai sebuah bisnis milik individu. Namun, sekarang mengalami perubahan bentuk dan fungsi layaknya organisasi modern. Perusahaan obat-obatan terbesar di Jepang dan Asia tersebut berubah nama menjadi Takeda Chemical Industries Ltd.
Sejak saat itu produksi dan penjualan produk Takeda meningkat. Namun, terobosan terbesar pertama yang mendongkrak nama perusahaan terjadi pada 1954, setelah diluncurkannya vitamin B1 Alinamine. Di antara perusahaan farmasi lain saat itu, Takeda tampak lebih agresif, inovatif, dan maju.
Takeda juga berupaya keras untuk meningkatkan distribusi sehingga dapat mudah diakses warga sipil. Atas hal itu, Takeda mendapatkan dukungan besar dari para konsumen hingga menjadi firma terbesar di Jepang.
Takeda memperoleh obat-obatan dagangannya dari apotek yang lebih besar. Dia menjualnya kembali kepada pengecer atau tabib dalam satu paket campuran. Meski memiliki warung, Takeda lebih sering berkeliling. Kerja kerasnya itu menjadi titik awal berdirinya perusahaan raksasa Takeda Pharmaceutical Company.
Takeda merantau dari ibu kota kuno di Jepang, Nara, sekitar 30 kilometer dari lokasi apoteknya. Di Osaka, dia berguru kepada seorang pengedar obat-obatan Kisuke Ohmiya. Ketika Takeda menyatakan dirinya siap melanjutkan bisnis dan akan berdiri sendiri, Ohmiya mewariskan separuh bisnisnya kepada muridnya itu.
Sebagai tradisi, setiap pebisnis sukses memakai nama Chobei dan mewariskannya kepada keturunannya. Dengan demikian, tak heran jika suksesornya memiliki nama Chobei Takeda II, Chobei Takeda III, Chobei Takeda IV, dan seterusnya.
Chobei Takeda IV sedikit berbelok dari pendahulunya. Dia mengimpor obat dari Barat. Sekitar 18 jenis obat asal Eropa dan Amerika Utara mulai masuk ke Jepang di bawah kepemimpinan Takeda IV. Salah satunya obat malaria, kina, dan asam obat kolera, karbolik. Apotek barunya berada di atas apotek Takeda I yang diruntuhkan Chobei Takeda III pada April 1852. Toko itu berdiri hampir selama 71 tahun.
Memasuki 1895, kebutuhan obat-obatan di Jepang meningkat hingga mendorong Takeda IV melakukan ekspansi perusahaan dari makelar menjadi produsen. Takeda IV mengakuisisi Uchibayashi Drug Work untuk mendirikan pabrik sendiri di Osaka. Pabrik itu memproduksi obat seperti obat diare dan obat kolera.
Dengan kesuksesan itu, Takeda IV mulai membentuk divisi penelitian dan aktif mengembangkan produk. Produk baru seperti Calmotin, Novoroform, Lodinon mulai dipasarkan. Divisi lain juga dibentuk.
Kemajuan itu dipersukses dengan ekspansi bisnis dan ekspor obat-obatan ke Amerika Serikat (AS), Rusia, dan China. Pada 1925, di bawah kepemimpinan Chobei Takeda V, bisnis keluarga itu diresmikan menjadi sebuah perusahaan bernama Chobei Takeda & Company Ltd.
Sebelumnya perusahaan itu beroperasi sebagai sebuah bisnis milik individu. Namun, sekarang mengalami perubahan bentuk dan fungsi layaknya organisasi modern. Perusahaan obat-obatan terbesar di Jepang dan Asia tersebut berubah nama menjadi Takeda Chemical Industries Ltd.
Sejak saat itu produksi dan penjualan produk Takeda meningkat. Namun, terobosan terbesar pertama yang mendongkrak nama perusahaan terjadi pada 1954, setelah diluncurkannya vitamin B1 Alinamine. Di antara perusahaan farmasi lain saat itu, Takeda tampak lebih agresif, inovatif, dan maju.
Takeda juga berupaya keras untuk meningkatkan distribusi sehingga dapat mudah diakses warga sipil. Atas hal itu, Takeda mendapatkan dukungan besar dari para konsumen hingga menjadi firma terbesar di Jepang.
(amm)