Suku Bunga Naik Diyakini Mampu Dongkrak Investasi ke Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Peluang kenaikan suku bunga acuan atau BI-7 days Reverse Repo Rate oleh Bank Indonesia (BI) diyakini cukup besar. Pasalnya Gubernur BI Agus Martowardojo sempat menerangkan, bakal membuka ruang untuk menaikkan suku bunga dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG).
(Baca Juga: Rupiah Jatuh, BI Didesak Kerek Suku Bunga Acuan Jadi 4,75%
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai bahwa kenaikan suku bunga akan berdampak positif bagi kinerja perbankan. Sehingga tidak membebani perbankan terhadap pelemahan rupiah.
"Toh bunga acuan yang naik prediksinya tidak langsung ditransmisikan ke kenaikan bunga kredit. Bank akan sangat hati-hati menaikkan bunga kredit karena kondisinya saat ini likuiditas bank masih cukup gemuk dengan CAR 22% dan LDR di 89,6%. Jadi tidak langsung memberatkan dunia usaha dan perbankan juga," ujar Bhima saat dihubungi oleh SINDOnews di Jakarta, Kamis (17/5/2018).
Dia menambahkan, kenaikan suku bunga bisa meningkatkan investasi asing dan mendapatkan sentimen postif yang mana Indonesia masih dilirik untuk bisa berinvestasi. Seperti diketahui belakangan sentimen negatif dari dalam negeri seperti pelemahan rupiah, pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2018 yang hanya 5,06% ditambah defisit perdagangan bulan April USD1,63 miliar dan maraknya aksi teror telah memaksa dana asing keluar dari Tanah Air.
"Justru dengan bunga acuan yang dinaikan, investasi asing masih tertarik masuk ke Indonesia. Ada supply modal asing yang akan kembali ke Indonesia terutama di pasar sekunder. Perusahaan bisa lebih banyak terbitkan obligasi dan saham untuk cari modal alternatif," tandasnya.
(Baca Juga: Rupiah Jatuh, BI Didesak Kerek Suku Bunga Acuan Jadi 4,75%
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai bahwa kenaikan suku bunga akan berdampak positif bagi kinerja perbankan. Sehingga tidak membebani perbankan terhadap pelemahan rupiah.
"Toh bunga acuan yang naik prediksinya tidak langsung ditransmisikan ke kenaikan bunga kredit. Bank akan sangat hati-hati menaikkan bunga kredit karena kondisinya saat ini likuiditas bank masih cukup gemuk dengan CAR 22% dan LDR di 89,6%. Jadi tidak langsung memberatkan dunia usaha dan perbankan juga," ujar Bhima saat dihubungi oleh SINDOnews di Jakarta, Kamis (17/5/2018).
Dia menambahkan, kenaikan suku bunga bisa meningkatkan investasi asing dan mendapatkan sentimen postif yang mana Indonesia masih dilirik untuk bisa berinvestasi. Seperti diketahui belakangan sentimen negatif dari dalam negeri seperti pelemahan rupiah, pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2018 yang hanya 5,06% ditambah defisit perdagangan bulan April USD1,63 miliar dan maraknya aksi teror telah memaksa dana asing keluar dari Tanah Air.
"Justru dengan bunga acuan yang dinaikan, investasi asing masih tertarik masuk ke Indonesia. Ada supply modal asing yang akan kembali ke Indonesia terutama di pasar sekunder. Perusahaan bisa lebih banyak terbitkan obligasi dan saham untuk cari modal alternatif," tandasnya.
(akr)