Dow Jones dan S & P Jatuh Terseret Pelemahan Saham Energi

Sabtu, 26 Mei 2018 - 09:01 WIB
Dow Jones dan S & P...
Dow Jones dan S & P Jatuh Terseret Pelemahan Saham Energi
A A A
NEW YORK - Indeks S & P 500 dan Dow Jones melemah pada akhir perdagangan, Jumat kemarin waktu setempat setelah penurunan tajam harga minyak mentah dunia menekan cadangan energi. Meski begitu kejatuhan Wall Street dibatasi oleh kenaikan sektor teknologi seperti produsen chip serta sektor ritel.

Tercatat harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) merosot sangat dalam hingga 4% hingga ditutup pada level USD67,88 per barel setelah Arab Saudi dan Rusia mengatakan, siap untuk mengurangi pembatasan pasokan yang telah mendorong harga minyak ke level tertinggi sejak 2014.

Indeks energi S & P turun 2,6% dan mencatat penyusutan dengan persentase harian terbesar sejak awal Februari. Saham-saham seperti Chevron (CVX.N) terbebani hingga kehilangan 3,5% diikuti kejatuhan saham Exxon Mobil (XOM.N) sebesar 1,9% dan menjadi hambatan terbesar bagi Dow Jones dan indeks S & P 500.

Sementara pelemahan yang dialami S & P 500 mencapai 0,4% seiring imbal hasil obligasi AS yang menyentuh posisi terendah dalam tiga pekan. Sepanjang pekan ini, pasar saham telah bergejolak terimbas oleh ketegangan perdagangan dengan China saat AS mengancam bakal menerapkan tarif impor tinggi untuk mobil.

Selanjutnya ketidakpastian atas KTT AS-Korea Utara juga menjadi sentimen negatif bagi pasar modal. Presiden Donald Trump mengatakan akhir pekan kemarin, bahwa KTT dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un masih dapat berlangsung pada 12 Juni sebagaimana rencana semula, sehari setelah membatalkannya.

Dow Jones Industrial Average (DJI) turun 58,67 poin atau 0,24% menjadi 24.753,09 ketika S & P 500 kehilangan 6,43 poin yang setara 0,24% ke level 2,721.33. Komposit Nasdaq bertambah 9,43 poin atau 0,13% di posisi 7.433,85.

Sekitar 5,8 miliar saham berpindah tangan pada perdagangan bursa saham AS kemarin waktu setempat. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan 6,6 miliar rata-rata harian selama 20 hari perdagangan terakhir, menurut data Thomson Reuters.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6626 seconds (0.1#10.140)