Harga Minyak Mentah Dunia Masih Terbebani Pasokan AS
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia masih terus mengalami penurunan di awal perdagangan, Senin (4/6/2018) ketika produksi minyak Amerika Serikat (AS) semakin menanjak naik. Begitu pun dengan pasokan minyak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang tercatat lebih tinggi.
Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Brent untuk sesi kedua masih berada di bawah tekanan. Terlihat patokan minyak global, Brent turun 12 sen atau lebih rendah 0,16% pada level USD76,67 per barel.
"Minyak mentah tetap di bawah tekanan karena pasar tetap fokus pada diskusi antara anggota OPEC tentang apakah mereka harus meningkatkan produksi akhir tahun ini. Di AS, data juga memperlihat gambaran suram. Produksi minyak mentah naik ke rekor lain, sementara aktivitas pengeboran meningkat lagi," ujar ANZ dalam sebuah catatan.
Di sisi lain, harga minyak berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) justri meningkat 6 sen yang setara dengan 0,09% menjadi USD65,87 per barel. Pekan lalu, pasar kehilangan sekitar 3% untuk memperbesar penurunan mendekati 5% dari seminggu sebelumnya.
“Kita akan memasuki musim panas, musim permintaan tinggi, dan saya pikir kita akan melihat penurunan persediaan minyak mentah AS. Tetapi produksi minyak serpih meningkat. Mana yang akan menang menjadi masalah," terang Manajer Risiki Minyak dari Mitsubishi Corp, Tony Nunan.
Arab Saudi yang pemimpin efektif Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia telah membahas peningkatan output untuk mengkompensasi kerugian pasokan dari Venezuela serta untuk mengatasi kekhawatiran tentang dampak sanksi AS terhadap output Iran.
Produsen minyak terbesar Rusia Rosneft (ROSN.MM) akan mampu mengembalikan 70.000 barel per hari (bpd) output minyak hanya dalam dua hari jika batasan produksi global dicabut, seperti disampaikan Renaissance Capital dalam catatan kliennya.
Produksi minyak mentah AS naik pada Maret menjadi 10,47 juta barel per hari (bpd), sebuah rekor bulanan, berdasarkan data Administrasi Informasi Energi pada hari Kamis, kemarin. Aktivitas minyak AS menambahkan dua rig minyak dalam seminggu hingga 1 Juni, sehingga total menjadi 861, yang paling besar sejak Maret 2015.
Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Brent untuk sesi kedua masih berada di bawah tekanan. Terlihat patokan minyak global, Brent turun 12 sen atau lebih rendah 0,16% pada level USD76,67 per barel.
"Minyak mentah tetap di bawah tekanan karena pasar tetap fokus pada diskusi antara anggota OPEC tentang apakah mereka harus meningkatkan produksi akhir tahun ini. Di AS, data juga memperlihat gambaran suram. Produksi minyak mentah naik ke rekor lain, sementara aktivitas pengeboran meningkat lagi," ujar ANZ dalam sebuah catatan.
Di sisi lain, harga minyak berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) justri meningkat 6 sen yang setara dengan 0,09% menjadi USD65,87 per barel. Pekan lalu, pasar kehilangan sekitar 3% untuk memperbesar penurunan mendekati 5% dari seminggu sebelumnya.
“Kita akan memasuki musim panas, musim permintaan tinggi, dan saya pikir kita akan melihat penurunan persediaan minyak mentah AS. Tetapi produksi minyak serpih meningkat. Mana yang akan menang menjadi masalah," terang Manajer Risiki Minyak dari Mitsubishi Corp, Tony Nunan.
Arab Saudi yang pemimpin efektif Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia telah membahas peningkatan output untuk mengkompensasi kerugian pasokan dari Venezuela serta untuk mengatasi kekhawatiran tentang dampak sanksi AS terhadap output Iran.
Produsen minyak terbesar Rusia Rosneft (ROSN.MM) akan mampu mengembalikan 70.000 barel per hari (bpd) output minyak hanya dalam dua hari jika batasan produksi global dicabut, seperti disampaikan Renaissance Capital dalam catatan kliennya.
Produksi minyak mentah AS naik pada Maret menjadi 10,47 juta barel per hari (bpd), sebuah rekor bulanan, berdasarkan data Administrasi Informasi Energi pada hari Kamis, kemarin. Aktivitas minyak AS menambahkan dua rig minyak dalam seminggu hingga 1 Juni, sehingga total menjadi 861, yang paling besar sejak Maret 2015.
(akr)