Mei, Optimisme Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat
A
A
A
JAKARTA - Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi pada Mei 2018 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, terindikasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 125,1, meningkat 2,9 poin dari bulan sebelumnya. Meningkatnya optimisme konsumen tersebut didorong oleh kenaikan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 5,9 poin dari bulan sebelumnya.
"Di sisi lain, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menurun sebesar 0,2 poin pada Mei 2018," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman di Jakarta, Rabu (6/6/2018).
Kenaikan IKK pada Mei 2018 terjadi pada hampir seluruh kategori pengeluaran responden, tertinggi pada kategori pengeluaran Rp1-2 juta per bulan. Sementara berdasarkan kelompok usia, kenaikan IKK terjadi pada responden berusia 20-50 tahun. Secara spasial, sambung Agsuman, penguatan IKK terjadi di delapan kota pelaksana survei, tertinggi di Kota Medan (14,4 poin), diikuti oleh Kota Bandung (7,8 poin).
Sementara itu, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini menguat dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Mei 2018 sebesar 116,1, meningkat 5,9 poin dari bulan sebelumnya.
Menurut Agusman, kenaikan IKE didorong oleh meningkatnya persepsi konsumen terhadap penghasilan saat ini dan meningkatnya pembelian barang tahan lama, tercermin dari kenaikan Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Pembelian durable goods pada Mei 2018 masing-masing sebesar 9,6 poin dan 9,1 poin. Secara spasial, peningkatan IKE terjadi di 10 kota tertinggi pada Bandung.
Adapun ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi November 2018 mendatang tetap kuat, meskipun sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 134,1, sedikit lebih rendah dari 134,3 pada April 2018.
Agusman menuturkan, melemahnya ekspektasi konsumen disebabkan oleh menurunnya ekspektasi terhadap kegiatan usaha dan ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang, meskipun ekspektasi penghasilan masih mengalami kenaikan.
Sementara secara spasial, penurunan IEK terjadi di 10 kota, terdalam di Mataram dan Bandung. Di sisi lain, konsumen memperkirakan tekanan kenaikan harga pada bulan Agustus 2018 kembali mengalami penurunan.
Hal ini tercermin dari Indeks ekspektasi harga pada bulan Agustus mendatang sebesar 180,0, lebih rendah dari 183,6 pada bulan sebelumnya. "Konsumen memperkirakan menurunnya tekanan kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh normalnya permintaan dan terjaganya pasokan barang, baik makanan maupun nonmakanan," papar dia.
Secara spasial, penurunan indeks ekspektasi harga tiga bulan mendatang terjadi di 13 kota pelaksana survei, dengan penurunan terdalam di Kota Mataram. Dia melanjutkan, tekanan kenaikan harga pada November 2018 relatif stabil, didukung oleh persepsi konsumen terhadap kecukupan jumlah suplai barang dan jasa.
Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 6 bulan mendatang yang terpantau stabil pada level 166,8. Secara spasial, tekanan kenaikan harga diperkirakan menurun di 10 kota survei, sementara delapan kota lain meningkat.
"Penurunan terdalam terjadi di Padang, sementara peningkatan tertinggi terjadi di Manado," urainya. Konsumen juga memperkirakan tekanan harga pada April 2019 mendatang kembali meningkat.
Hal ini tercermin dari Indeks ekspektasi harga pada 12 bulan mendatang sebesar 180,2, sedikit Iebih tinggi dari 179,7 pada bulan sebelumnya. Peningkatan tekanan kenaikan harga pada 12 bulan mendatang secara spasial diperkirakan terjadi di delapan kota, tertinggi di Semarang.
"Di sisi lain, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menurun sebesar 0,2 poin pada Mei 2018," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman di Jakarta, Rabu (6/6/2018).
Kenaikan IKK pada Mei 2018 terjadi pada hampir seluruh kategori pengeluaran responden, tertinggi pada kategori pengeluaran Rp1-2 juta per bulan. Sementara berdasarkan kelompok usia, kenaikan IKK terjadi pada responden berusia 20-50 tahun. Secara spasial, sambung Agsuman, penguatan IKK terjadi di delapan kota pelaksana survei, tertinggi di Kota Medan (14,4 poin), diikuti oleh Kota Bandung (7,8 poin).
Sementara itu, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini menguat dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Mei 2018 sebesar 116,1, meningkat 5,9 poin dari bulan sebelumnya.
Menurut Agusman, kenaikan IKE didorong oleh meningkatnya persepsi konsumen terhadap penghasilan saat ini dan meningkatnya pembelian barang tahan lama, tercermin dari kenaikan Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Pembelian durable goods pada Mei 2018 masing-masing sebesar 9,6 poin dan 9,1 poin. Secara spasial, peningkatan IKE terjadi di 10 kota tertinggi pada Bandung.
Adapun ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi November 2018 mendatang tetap kuat, meskipun sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 134,1, sedikit lebih rendah dari 134,3 pada April 2018.
Agusman menuturkan, melemahnya ekspektasi konsumen disebabkan oleh menurunnya ekspektasi terhadap kegiatan usaha dan ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang, meskipun ekspektasi penghasilan masih mengalami kenaikan.
Sementara secara spasial, penurunan IEK terjadi di 10 kota, terdalam di Mataram dan Bandung. Di sisi lain, konsumen memperkirakan tekanan kenaikan harga pada bulan Agustus 2018 kembali mengalami penurunan.
Hal ini tercermin dari Indeks ekspektasi harga pada bulan Agustus mendatang sebesar 180,0, lebih rendah dari 183,6 pada bulan sebelumnya. "Konsumen memperkirakan menurunnya tekanan kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh normalnya permintaan dan terjaganya pasokan barang, baik makanan maupun nonmakanan," papar dia.
Secara spasial, penurunan indeks ekspektasi harga tiga bulan mendatang terjadi di 13 kota pelaksana survei, dengan penurunan terdalam di Kota Mataram. Dia melanjutkan, tekanan kenaikan harga pada November 2018 relatif stabil, didukung oleh persepsi konsumen terhadap kecukupan jumlah suplai barang dan jasa.
Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 6 bulan mendatang yang terpantau stabil pada level 166,8. Secara spasial, tekanan kenaikan harga diperkirakan menurun di 10 kota survei, sementara delapan kota lain meningkat.
"Penurunan terdalam terjadi di Padang, sementara peningkatan tertinggi terjadi di Manado," urainya. Konsumen juga memperkirakan tekanan harga pada April 2019 mendatang kembali meningkat.
Hal ini tercermin dari Indeks ekspektasi harga pada 12 bulan mendatang sebesar 180,2, sedikit Iebih tinggi dari 179,7 pada bulan sebelumnya. Peningkatan tekanan kenaikan harga pada 12 bulan mendatang secara spasial diperkirakan terjadi di delapan kota, tertinggi di Semarang.
(fjo)