Perang Dagang AS-China Bakal Bikin Neraca Perdagangan Indonesia Defisit

Rabu, 20 Juni 2018 - 19:34 WIB
Perang Dagang AS-China Bakal Bikin Neraca Perdagangan Indonesia Defisit
Perang Dagang AS-China Bakal Bikin Neraca Perdagangan Indonesia Defisit
A A A
JAKARTA - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat China bisa berdampak langsung terhadap perekonomian Indonesia. Salah satunya neraca perdagangan Indonesia yang diperkirakan kembali defisit.

Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan, dampak dari perang dagang kedua negara ekonomi besar dunia itu akan membuat neraca perdagangan Indonesia defisit di kisaran USD800 juta hingga USD1 miliar.

"Perang dagang (AS dan China) berdampak langsung dalam jangka pendek. Sejak ramai (perang dagang) awal tahun ini, kinerja ekspor kita hanya tumbuh 8%. Sementara impor naik 22%. Prediksinya di semester II, neraca perdagangan kembali mengalami defisit dikisaran USD800 juta sampai USD1 miliar," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (20/6/2018).

Dan lanjut dia, neraca perdagangan Indonesia di bulan Mei akan defisit imbas dari perang dagang. Sebelumnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa neraca perdagangan pada April 2018 mengalami defisit USD1,63 miliar. Padahal pada Maret 2018, neraca perdagangan sempat surplus sebesar USD1,09 miliar.

Neraca perdagangan yang mengalami defisit pada periode April lebih disebabkan kenaikan impor yang sangat tinggi. Total impor pada April 2018 sebesar USD16,09 miliar atau naik 11,28% dibanding Maret 2018. Sementara total ekspor Indonesia pada periode tersebut mencapai USD14,47 miliar atau turun sebesar 7,19% dibanding ekspor Maret 2018.

Bhima menilai defisit ini disebabkan banjirnya barang impor yang menyasar Indonesia sebagai pasar yang potensial. Dalam kondisi ini, pemerintah bisa melakukan pengetatan SNI produk impor, inspeksi yang lebih ketat di pelabuhan utama serta menertibkan izin importir bermasalah.

"Langkah proteksi ini juga perlu di imbangi penguatan kapasitas produksi industri substitusi impor lokal sehingga mampu bersaing dari gempuran banjir barang murah, terutama dari China," jelasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.5177 seconds (0.1#10.140)