Neraca Dagang Surplus, Sayang Bukan Karena Ekonomi Membaik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia Oktober 2020 surplus USD3,61 miliar. Sayangnya, ekonom Indef Nailul Huda menilai surplus neraca dagang ini tak menandai ekonomi nasional tengah membaik.
Menurut dia, surplus neraca perdagangan yang terjadi saat ini lebih banyak disebabkan oleh merosotnya impor yang terlalu tajam. Secara tahunan impor Indonesia turun hingga -26,93%. Sedangkan secara bulanan impor turun -6,79%.
(Baca Juga: Lagi dan Lagi, Neraca Dagang Oktober Kembali Surplus USD3,61 Miliar)
"Ekspor kita naik secara month to month (mtm) namun secara year on year (yoy) kita masih minus. Sementara, secara yoy dan mtm, impor kita menurun secara drastis," kata Nailul Huda saat dihubungi di Jakarta, Senin (16/11/2020).
Berdasarkan jenis barang, sambung dia, impor untuk barang modal merosot hingga -284,5% (yoy) dan -13,33 persen (mtm). Sedangkan bahan baku merosot sangat tajam di angka -415,7% (yoy) dan -5% (mtm).
"Artinya, keadaan ini menunjukkan kegiatan ekonomi di Indonesia masih jauh dari kata baik. Banyak pabrik-pabrik yang belum produksi secara optimal. Masih banyak pabrik yang tutup," sebut Huda.
(Baca Juga: Ekspor Impor Kontraksi, Akibatnya Neraca Dagang Surplus Terus)
Dihubungi terpisah, Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdulah pun mengamini bahwa surplus perdagangan Oktober terjadi bukan karena pertumbuhan ekspor yang sangat besar. Surplus terjadi Lebih disebabkan oleh impor yang masih turun drastis dibandingkan tahun Lalu.
Dia pun memperkirakan surplus masih akan berlanjut selama industri Indonesia belum beroperasi normal sehingga impor masih terus terkontraksi. "Tapi surplus ini Akan mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah, memunculkan market confident," imbuhnya.
Menurut dia, surplus neraca perdagangan yang terjadi saat ini lebih banyak disebabkan oleh merosotnya impor yang terlalu tajam. Secara tahunan impor Indonesia turun hingga -26,93%. Sedangkan secara bulanan impor turun -6,79%.
(Baca Juga: Lagi dan Lagi, Neraca Dagang Oktober Kembali Surplus USD3,61 Miliar)
"Ekspor kita naik secara month to month (mtm) namun secara year on year (yoy) kita masih minus. Sementara, secara yoy dan mtm, impor kita menurun secara drastis," kata Nailul Huda saat dihubungi di Jakarta, Senin (16/11/2020).
Berdasarkan jenis barang, sambung dia, impor untuk barang modal merosot hingga -284,5% (yoy) dan -13,33 persen (mtm). Sedangkan bahan baku merosot sangat tajam di angka -415,7% (yoy) dan -5% (mtm).
"Artinya, keadaan ini menunjukkan kegiatan ekonomi di Indonesia masih jauh dari kata baik. Banyak pabrik-pabrik yang belum produksi secara optimal. Masih banyak pabrik yang tutup," sebut Huda.
(Baca Juga: Ekspor Impor Kontraksi, Akibatnya Neraca Dagang Surplus Terus)
Dihubungi terpisah, Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdulah pun mengamini bahwa surplus perdagangan Oktober terjadi bukan karena pertumbuhan ekspor yang sangat besar. Surplus terjadi Lebih disebabkan oleh impor yang masih turun drastis dibandingkan tahun Lalu.
Dia pun memperkirakan surplus masih akan berlanjut selama industri Indonesia belum beroperasi normal sehingga impor masih terus terkontraksi. "Tapi surplus ini Akan mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah, memunculkan market confident," imbuhnya.
(fai)