BAJA Optimistis Kinerja 2018 Membaik

Rabu, 04 Juli 2018 - 23:44 WIB
BAJA Optimistis Kinerja 2018 Membaik
BAJA Optimistis Kinerja 2018 Membaik
A A A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat industri baja di Indonesia mengalami penguatan di tahun 2017, terutama didorong oleh maraknya pembangunan proyek infrastruktur. Industri baja diperkirakan akan terus tumbuh dengan rata-rata 6% per tahun sampai dengan tahun 2025.

"Berbekal strategi yang kami jalankan dalam menghadapi tantangan dan kondisi di tahun 2017 dan melihat peluang bisnis di tahun-tahun mendatang, Perseroan optimis bahwa kinerja tahun 2018 akan jauh lebih baik dari apa yang dicapai di tahun sebelumnya," tegas Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) Handaja Susanto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/7/2018).

Perseroan telah menetapkan strategi penerapan efisiensi di segala kegiatan operasional. Khususnya efisiensi dalam penggunaan bahan baku, bahan penolong dan energi, serta pengembangan yang difokuskan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas yang akan memberi dampak pada peningkatan kinerja Perseroan.

Dengan melakukan itu semua, yang didukung oleh penerapan tata kelola yang baik dan sistem pengendalian yang kokoh dalam rangka melindungi aset-aset Perseroan untuk meningkatkan nilai para pemegang saham, maka Perseroan akan memperlihatkan kinerja yang semakin baik di tahun-tahun mendatang.

Penjualan baja Indonesia saat ini masih didominasi oleh permintaan dari sektor konstruksi, diikuti sektor otomotif, sektor migas, shipbuilding, permesinan dan industri elektronik. Kemampuan suplai industri baja (crude steel) dalam negeri sebesar 6,8 juta ton per tahun.

Karena itu, Indonesia masih harus mengimpor sebanyak 5,4 juta ton untuk memenuhi kebutuhan yang mencapai 12,94 juta ton per tahun. Kebutuhan baja yang meningkat setiap tahunnya harus diimbangi dengan tumbuhnya investasi baru di Indonesia, untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk baja impor.

Tahun 2017, Perseroan berhasil membukukan kenaikan penjualan bersih sebesar 24,5% menjadi Rp1,22 triliun dari sebelumnya Rp978,84 miliar di tahun 2016. Penjualan yang dihasilkan Perseroan tahun 2017 merupakan kontribusi dari penjualan BjLS sebesar 49,8%, BjLAS sebesar 45,5%, Saranacolor 4,2%, sedangkan 0,4% merupakan nonproduksi.

Perseroan pada tahun 2017 harus menghadapi tantangan naiknya harga CRC di pasar global karena produsen utama baja dunia, yakni China, mengurangi suplai baja jenis CRC. Akibatnya harga jadi semakin mahal, yang menyebabkan beban pokok penjualan meningkat tajam sehingga Perseroan membukukan laba kotor yang jauh lebih rendah di tahun 2017.

Di samping itu, nilai tukar rupiah pada kuartal akhir 2017 cenderung melemah. Hal ini menyebabkan Perseroan membukukan kerugian kurs mata uang asing--bersih sebesar Rp5,1 miliar di tahun 2017. Sebagai hasilnya, Perseroan mencatat rugi tahun berjalan sebesar Rp22,98 miliar pada 2017. Dari sisi total aset, Perseroan juga mencatat jumlah aset yang turun tipis sebesar 3,7% menjadi Rp946,45 miliar di tahun 2017.

Perekonomian Indonesia tumbuh lebih kuat pada level 5,07% di tahun 2017, peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,03%. Selain kenaikan harga komoditas, investor juga optimis tentang penguatan fundamental ekonomi Indonesia dan hasil kerja pemerintah pusat (terutama terkait pembangunan infrastruktur).

Semua ini tercermin dalam peningkatan peringkat kredit yang diberikan oleh Fitch Ratings kepada Indonesia dari BBB- ke BBB (stable outlook). Sama halnya, industri baja Indonesia juga mengalami penguatan di tahun 2017, yang terutama didorong oleh penguatan pada sektor konstruksi dan industri otomotif.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5639 seconds (0.1#10.140)