Revolusi Industri, Pengusaha Mamin Mulai Terapkan Otomasi Robotik
A
A
A
JAKARTA - Pengusaha yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengaku sudah mulai mengimplementasikan industri 4.0. Hal tersebut dilakukan supaya industri mamin Indonesia tidak tergerus dengan zaman yang tengah berkembang.
Ketua Umum Gapmmi Adhi Lukman mengatakan, memang era global value change seperti sekarang semua pelaku usaha mesti siap. Pasalnya, beberapa negara di luar sana mulai mengkombinasikan internet of things dengan otomasi robotik.
"Jadi suatu keniscayaan memang jika industri ini harus juga segera mulai. Negara ASEAN seperti Vietanam sudah mulai memikirkan ini," tuturnya dalam diskusi Polemik Sindo Trijaya, di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (7/7/2018).
Oleh karena itu, kata Adhi, pelaku usaha utamanya industri mamin harus juga mengejar implementasi industri 4.0. Artinya, jika dulu pada industri 2.0, hanya dipikirkan bagaimana net produksi supaya efisiensi, cost rendah harus dipenuhi, pola kerja ini wajib diubah.
"Untuk itu diperlukan pengunaan robot, speed data dan sangat penting. Jadi dipikirkan bagaimana efisiensikan logistik, kalau distribusi retail ada lokasi sehingga supaya sebanyak-banyak isi pasar supaya efisien," tuturnya.
"Kemudian kalau itu sudah, industri sudah bisa tahu rasa, bentuk apa yang dibutuhkan di lokasi atau pasarnya. Itu bisa diterjemahkan dalam produksi spesifikasi, volume," sambungnya.
Secara keseluruhan, memang kata Adhi, belum ada industri mamin yang menerapkan industri 4.0. Hanya saja, sudah ada industri yang mulai dengan efisiensi logistik, membuat Research and Development (R&D) dan lainnya. "Jadi kita harus mulai bahwa kalau tidak mulai kita bisa tergilas perubahan itu sendiri," tuturnya.
Ketua Umum Gapmmi Adhi Lukman mengatakan, memang era global value change seperti sekarang semua pelaku usaha mesti siap. Pasalnya, beberapa negara di luar sana mulai mengkombinasikan internet of things dengan otomasi robotik.
"Jadi suatu keniscayaan memang jika industri ini harus juga segera mulai. Negara ASEAN seperti Vietanam sudah mulai memikirkan ini," tuturnya dalam diskusi Polemik Sindo Trijaya, di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (7/7/2018).
Oleh karena itu, kata Adhi, pelaku usaha utamanya industri mamin harus juga mengejar implementasi industri 4.0. Artinya, jika dulu pada industri 2.0, hanya dipikirkan bagaimana net produksi supaya efisiensi, cost rendah harus dipenuhi, pola kerja ini wajib diubah.
"Untuk itu diperlukan pengunaan robot, speed data dan sangat penting. Jadi dipikirkan bagaimana efisiensikan logistik, kalau distribusi retail ada lokasi sehingga supaya sebanyak-banyak isi pasar supaya efisien," tuturnya.
"Kemudian kalau itu sudah, industri sudah bisa tahu rasa, bentuk apa yang dibutuhkan di lokasi atau pasarnya. Itu bisa diterjemahkan dalam produksi spesifikasi, volume," sambungnya.
Secara keseluruhan, memang kata Adhi, belum ada industri mamin yang menerapkan industri 4.0. Hanya saja, sudah ada industri yang mulai dengan efisiensi logistik, membuat Research and Development (R&D) dan lainnya. "Jadi kita harus mulai bahwa kalau tidak mulai kita bisa tergilas perubahan itu sendiri," tuturnya.
(akr)