BI: Pelemahan Rupiah Belum Berdampak Pada Pelaku Usaha
A
A
A
JAKARTA - Pelemahan rupiah menurut Bank Indonesia (BI) belum berdampak kepada pelaku usaha, khususnya terhadap kenaikan biaya produksi. Direktur Eksekutif Departemen Statistik Yati Kurniati mengatakan pihaknya telah melakukan survei yang hasilnya para pengusaha saat ini tidak menaikkan harga jual produksinya meski mengalami peningkatan biaya.
"Saat ini memang ada gejolak dari nilai tukar, tapi dengan konsumsi yang hanya untuk Lebaran. Tapi untuk bulan-bulan berikutnya mudah-mudahan bisa terjaga dengan baik," ujar Yati di Jakarta, Kamis (12/7)
Lebih lanjut, Ia menerangkan bahwa tidak semua sektor usaha mengalami dampak yang negatif terhadap pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), namun ada juga yang diuntungkan. Dia menyebutkan sektor itu seperti industri komoditas baik pertambangan dan perkebunan.
"Barang yang tumbuh positif adalah suku cadang, aksesoris, makanan dan minuman 10,7% bahan bakar, perlengkapan rumah tangga, sandang, ini semua lebih banyak krn konsumsi di-drive barang-barang untuk kebutuhan Ramadhan dan Lebaran. Itu relatif elastisnya dengan nilai tukar," jelasnya.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan II-2018 meningkat, terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 20,89% pada triwulan II-2018, meningkat dari 8,23% pada triwulan I-2018.
Peningkatan kegiatan usaha terutama terjadi pada sektor industri pengolahan (SBT 3,96%). Perbaikan sektor industri pengolahan juga tercermin pada Prompt Manufacturing Index (PMI)-SKDU yang berada pada fase ekspansi pada triwulan II-2018 dengan indeks sebesar 52,40%.
"Saat ini memang ada gejolak dari nilai tukar, tapi dengan konsumsi yang hanya untuk Lebaran. Tapi untuk bulan-bulan berikutnya mudah-mudahan bisa terjaga dengan baik," ujar Yati di Jakarta, Kamis (12/7)
Lebih lanjut, Ia menerangkan bahwa tidak semua sektor usaha mengalami dampak yang negatif terhadap pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), namun ada juga yang diuntungkan. Dia menyebutkan sektor itu seperti industri komoditas baik pertambangan dan perkebunan.
"Barang yang tumbuh positif adalah suku cadang, aksesoris, makanan dan minuman 10,7% bahan bakar, perlengkapan rumah tangga, sandang, ini semua lebih banyak krn konsumsi di-drive barang-barang untuk kebutuhan Ramadhan dan Lebaran. Itu relatif elastisnya dengan nilai tukar," jelasnya.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan II-2018 meningkat, terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 20,89% pada triwulan II-2018, meningkat dari 8,23% pada triwulan I-2018.
Peningkatan kegiatan usaha terutama terjadi pada sektor industri pengolahan (SBT 3,96%). Perbaikan sektor industri pengolahan juga tercermin pada Prompt Manufacturing Index (PMI)-SKDU yang berada pada fase ekspansi pada triwulan II-2018 dengan indeks sebesar 52,40%.
(akr)