Melipat Jarak Bertransaksi dengan BRILink

Senin, 16 Juli 2018 - 08:02 WIB
Melipat Jarak Bertransaksi...
Melipat Jarak Bertransaksi dengan BRILink
A A A
SABANG - Patut diakui, pembangunan dan kehidupan masyarakat di Kota Sabang memiliki kekhasan dan karakteristik tersendiri dibanding daerah-daerah lain di Indonesia. Jika biasanya banyak daerah pembangunannya kerap mengabaikan budaya, kearifan lokal dan kelestarian lingkungan. Namun khusus di Sabang, hal-hal penting ini dijaga betul. Bahkan, masyarakat tak segan langsung menegur para pendatang yang kedapatan merusak alam, terlebih melanggar aturan adat.

Sikap tegas dan kepedulian masyarakat terlihat ketika di suatu malam, seorang pemuda setempat bernama Ridwan Ishak (yang menemani tim Jelajah Teras Indonesia KORAN SINDO berkunjung ke pantai Iboih), tiba-tiba menegur rombongan pendatang yang seperti membawa senapan menembak ikan. Setelah dipastikan yang dibawa hanya peralatan pancing, rombongan tadi diperbolehkan melanjutkan perjalanan.

“Kalau bukan kita, siapa lagi yang menjaga kampung ini. Mumpung belum kejadian (penembakan ikan). Kalau sudah kejadian, urusannya bisa lebih repot,” kata Ridwan yang juga diketahui pemilik usaha kafe Nasaka Coffee dan toko suvenir di pantai Iboih.

Pria yang akrab disapa Acut ini mengungkapkan, sejauh ini dirinya dan masyarakat setempat, bisa dikatakan tak pernah menemukan ada orang luar yang sengaja datang untuk tujuan merusak kampung Iboih. Malah, masyarakat setempat merasa terbantu dan mendapatkan banyak keuntungan dengan ramainya orang luar yang datang ke Iboih.

Sebagai masyarakat asli Iboih, pelaku usaha sekaligus agen BRILink di Iboih, Ridwan mengaku paham betul dengan situasi perekonomian dan karakteristik kehidupan masyarakat Iboih. Apalagi, setiap hari dirinya bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat dan turis yang datang. Belum lagi ada sebagian masyarakat yang berprofesi sebagai guide, kerap mengajak turis nong­krong dan berbelanja di kafe dan toko miliknya.

“Ada juga di antara mereka langsung menyetorkan pendapatannya dari menemani turis, melalui BRILink. Karena kalau ke bank kan jauh, udah malam pula. Kan menemani turis bisa seharian bahkan sampai larut malam,” ujar Acut yang mengaku memiliki nasabah 50 orang dengan transaksi perhari mencapai 20 transaksi.

Menurut Acut, warga Kampung Iboih merasakan betul berbagai manfaat dan kemudahan BRILink, salah satunya melipat jarak transaksi keuangan di ujung pulau Sumatera itu. “Sebagian besar transaksi keuangan berupa menabung dari hasil usaha jasa di bidang pariwisata, seperti guide snorkling, diving, driver boat, penjual asesoris, suvenir, ter­masuk ada juga sebagian kecil petani dan nelayan,” tutur dia.

Fahmi, 25, nasabah BRI juga tak menampik, kehadiran agen BRILink di Iboih sangat mempermudah dirinya dan sejumlah kawan-kawannya bertransaksi keuangan. Pria yang bekerja sebagai guide snorkling ini mengaku, sebelumnya untuk menabung atau melakukan transaksi keuangan dirinya harus ke Kota Sabang.

“Selain harus keluar ongkos, jarak kantor bank ke tempat tinggal saya kan jauh. Lagian juga saya kan kerjanya sampe sore, bahkan malam. Jadi kantor bank juga udah tutup. Makanya saya nabung lewat BRILink, lebih cepat, praktis, efisien, aman pula. Karena tak perlu jauh-jauh bawa uang cash ke bank,” ujar dia.
(poe)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1274 seconds (0.1#10.140)