Sri Mulyani: Neraca Perdagangan Surplus Karena Ekspor Meningkat
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan senang bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik melansir neraca perdagangan pada Juni 2018 tercatat mengalami surplus USD1,74 miliar. Setelah periode Lebaran, neraca perdagangan mampu meningkat setelah sebelumnya di bulan Mei mengalami defisit USD1,53 miliar.
Sri Mulyani mengatakan, neraca perdagangan bisa meningkat alias surplus karena pertumbuhan ekspor Indonesia saat ini lebih tinggi dibandingkan impor yang mengalami penurunan.
"Dari sisi perekonomian, pertumbuhan ekspor meningkat dan impor berkurang. Ini menimbulkan dampak pada neraca perdagangan. Kondisi yang surplus ini karena pertumbuhan ekspor pada satu semester ini cukup tinggi dan impor tidak kuat seperti di bulan Mei," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Dia menjelaskan, penyebab neraca perdagangan mengalami defisit pada bulan lalu dikarenakan permintaan saat Lebaran yang meningkat. Sehingga membuat impor lebih tinggi.
"Karena di bulan Mei ada faktor Lebaran yang membuat faktor impor lebih cepat. Impornya satu kali dan impor barang modal untuk manufaktur meningkat cukup tinggi," jelasnya.
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-Mei 2018 masih mengalami defisit sebesar USD1,02 miliar. Sri Mulyani menerangkan hal itu lantaran harga minyak dunia yang tinggi menyebabkan impor pun menjadi naik.
Sri Mulyani mengatakan, neraca perdagangan bisa meningkat alias surplus karena pertumbuhan ekspor Indonesia saat ini lebih tinggi dibandingkan impor yang mengalami penurunan.
"Dari sisi perekonomian, pertumbuhan ekspor meningkat dan impor berkurang. Ini menimbulkan dampak pada neraca perdagangan. Kondisi yang surplus ini karena pertumbuhan ekspor pada satu semester ini cukup tinggi dan impor tidak kuat seperti di bulan Mei," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Dia menjelaskan, penyebab neraca perdagangan mengalami defisit pada bulan lalu dikarenakan permintaan saat Lebaran yang meningkat. Sehingga membuat impor lebih tinggi.
"Karena di bulan Mei ada faktor Lebaran yang membuat faktor impor lebih cepat. Impornya satu kali dan impor barang modal untuk manufaktur meningkat cukup tinggi," jelasnya.
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-Mei 2018 masih mengalami defisit sebesar USD1,02 miliar. Sri Mulyani menerangkan hal itu lantaran harga minyak dunia yang tinggi menyebabkan impor pun menjadi naik.
(ven)