Pabrik Gula Terbesar Akan Beroperasi Tahun Depan
A
A
A
BOMBANA - Pemerintah bekerja sama dengan swasta membangun pabrik gula di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Pabrik dengan kapasitas 12.000 ton cane per day (tcd) merupakan pabrik gula terbesar di Indonesia dengan nilai investasi mencapai Rp5 triliun.
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan, saat ini impor gula sekitar 3,6 juta ton-4 juta ton dengan nilai mencapai Rp10 triliun. Impor gula tersebut terdiri dari gula rafinasi, white sugar, dan raw sugar.
Apabila pabrik gula di Bombana beroperasi maka akan menekan impor gula sebanyak 2 juta ton. "Di Bombana ini sudah 40 tahun lebih diinginkan bangun pabrik gula. Baru hari ini ada tanda-tanda dan mulai April 2018 pengiriman peralatan sudah jalan. Bulan April tahun depan sudah mulai berjalan penggilingan," ujarnya saat melakukan kunjungan kerja di Desa Biru, Kecamatan Poleang Timur, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, Rabu (25/7/2018).
Pemerintah Jokowi-JK sendiri menargetkan pembangunan pabrik gula sebanyak 10 unit agar volume impor menurun. Hingga 2018, sudah ada 6 pabrik gula baru yang dibangun, diantaranya Dompu (Nusa Tenggara Barat), Ogan Komering Ilir (Palembang), Lampung (Lampung) Lamongan dan Blitar (Jawa Timur) dan Bombana (Sulawesi Tenggara).
"Sisa empat lagi ada di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara bisa satu pabrik lagi kalau lahannya cukup, Maluku bisa satu, Merauke bisa dua hingga tiga pabrik," kata Amran.
Amran menuturkan, pola yang akan digunakan dalam meningkatkan produksi gula yakni seperti pengembangan komoditas jagung. Grand design untuk pengembangan pabrik gula ke depan akan dibuat sistematis seperti jagung, daging ayam dan telur ayam yang sudah ekspor.
"Pengembangan jagung bisa dijadikan role model. Caranya agar gula ingin swasembada ke depan dengan tingkatkan luas lahan, produktivitas, rendemen, kemudian bagaimana pabriknya. Nah ini yang harus diperhatikan," jelasnya.
Saat ini terdapat 28 investor yang berminat untuk membangun pabrik gula. Amran menegaskan, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyediakan lahan untuk kemudian dijadikan lokasi pembangunan pabrik oleh investor. "Jadi 28 investor kita kawal," imbuhnya.
Amran menekankan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo agar memberikan ruang yang sebesar-besarnya untuk petani menjadi plasma. Selain itu, produktivitas tebu nasional juga harus ditingkatkan. Saat ini, rata-rata produktivitas tebu nasional 60-70 ton per hektar (ha) dengan rendemen 8%.
"Mulai sekarang akan ditingkatkan produkvitasnya menjadi 100 ton per hektare dengan rendemen 10%," tuturnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kementan melibatkan ahli dari India, IPB, Universitas Hasanuddin, termasuk dari Kementan untuk rancangan percobaan penelitian. "Bahkan yang teknologi dari Australia mampu menghasilkan tebu 140 ton per ha. Kita gunakan pabrik dan teknologi budidaya tebu yang modern, semua modern," kata Amran.
Luas lahan tebu seluruh Indonesia mencapai 400.000 sampai dengan 500.000 ha. Apabila produktivitasnya naik menjadi 100 ton per ha, artinya produksi gula naik tajam. "Kedua, kita tingkatkan rendemen minimal 10% maka produksi gula pun akan meningkat," tandasnya.
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan, saat ini impor gula sekitar 3,6 juta ton-4 juta ton dengan nilai mencapai Rp10 triliun. Impor gula tersebut terdiri dari gula rafinasi, white sugar, dan raw sugar.
Apabila pabrik gula di Bombana beroperasi maka akan menekan impor gula sebanyak 2 juta ton. "Di Bombana ini sudah 40 tahun lebih diinginkan bangun pabrik gula. Baru hari ini ada tanda-tanda dan mulai April 2018 pengiriman peralatan sudah jalan. Bulan April tahun depan sudah mulai berjalan penggilingan," ujarnya saat melakukan kunjungan kerja di Desa Biru, Kecamatan Poleang Timur, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, Rabu (25/7/2018).
Pemerintah Jokowi-JK sendiri menargetkan pembangunan pabrik gula sebanyak 10 unit agar volume impor menurun. Hingga 2018, sudah ada 6 pabrik gula baru yang dibangun, diantaranya Dompu (Nusa Tenggara Barat), Ogan Komering Ilir (Palembang), Lampung (Lampung) Lamongan dan Blitar (Jawa Timur) dan Bombana (Sulawesi Tenggara).
"Sisa empat lagi ada di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara bisa satu pabrik lagi kalau lahannya cukup, Maluku bisa satu, Merauke bisa dua hingga tiga pabrik," kata Amran.
Amran menuturkan, pola yang akan digunakan dalam meningkatkan produksi gula yakni seperti pengembangan komoditas jagung. Grand design untuk pengembangan pabrik gula ke depan akan dibuat sistematis seperti jagung, daging ayam dan telur ayam yang sudah ekspor.
"Pengembangan jagung bisa dijadikan role model. Caranya agar gula ingin swasembada ke depan dengan tingkatkan luas lahan, produktivitas, rendemen, kemudian bagaimana pabriknya. Nah ini yang harus diperhatikan," jelasnya.
Saat ini terdapat 28 investor yang berminat untuk membangun pabrik gula. Amran menegaskan, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyediakan lahan untuk kemudian dijadikan lokasi pembangunan pabrik oleh investor. "Jadi 28 investor kita kawal," imbuhnya.
Amran menekankan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo agar memberikan ruang yang sebesar-besarnya untuk petani menjadi plasma. Selain itu, produktivitas tebu nasional juga harus ditingkatkan. Saat ini, rata-rata produktivitas tebu nasional 60-70 ton per hektar (ha) dengan rendemen 8%.
"Mulai sekarang akan ditingkatkan produkvitasnya menjadi 100 ton per hektare dengan rendemen 10%," tuturnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kementan melibatkan ahli dari India, IPB, Universitas Hasanuddin, termasuk dari Kementan untuk rancangan percobaan penelitian. "Bahkan yang teknologi dari Australia mampu menghasilkan tebu 140 ton per ha. Kita gunakan pabrik dan teknologi budidaya tebu yang modern, semua modern," kata Amran.
Luas lahan tebu seluruh Indonesia mencapai 400.000 sampai dengan 500.000 ha. Apabila produktivitasnya naik menjadi 100 ton per ha, artinya produksi gula naik tajam. "Kedua, kita tingkatkan rendemen minimal 10% maka produksi gula pun akan meningkat," tandasnya.
(ven)