Startup Nusatalent Hubungkan Pencari Kerja dan Perusahaan Startup
A
A
A
JAKARTA - Startup di negeri ini sedang tren bahkan jumlahnya meningkat pesat dibanding negara tetangga di Asia Tenggara. Indonesia tercatat memiliki 1.705 startup dan jumlah ini menempatkan Indonesia di urutan keempat terbanyak di bawah Amerika Serikat, India dan Inggris.
Para pendiri startup pun usianya semakin muda. Menunjukkan generasi milenial yang melek teknologi. Namun startup yang baik sejatinya menjadi solusi atas sebuah permasalahan. Misalnya masalah pengangguran yang sampai saat ini masih tinggi. Vincentia Sherren, gadis berusia 21 tahun ini mendirikan startup Nusatalent untuk menghubungkan para pencari kerja dengan perusahaan-perusahaan startup.
Lalu bagaimana gadis yang hari lahirnya bertepatan dengan Hari Raya Kemerdekaan Indonesia membangun startup yang berkantor di kawasan elit Rasuna Said ini. Sherren menuturkan, ketika usia 17 tahun, dia sudah berkuliah di President University. Pada usia yang muda dan belum tahu arah, akhirnya dia mengambil jurusan akunting. Jurusan yang dia dengar akan dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Misalnya menjadi auditor.
Namun, takdir menentukan lain. Bukannya mencari kerja sendiri, Sherren malah membuka jalan bagi calon pencari kerja lain. Hal ini bermula semasa semester 4 dan 5. Dia sangat terkesan dengan mata kuliah enterpreneur, dimana dosennya menuntun mahasiswa untuk membangun bisnis dengan ide sendiri.
"Awalnya memang saya mau jadi auditor saja. Namun saat mata kuliah enterpeneur, saya malah berpikir mau buka usaha saja," katanya saat wisuda ke-13 President University.
Sherren pun dipertemukan dengan salah satu temannya yang memiliki ilmu membangun startup. Ide utama bisnisnya tercetus dari latar belakang keluarganya yang bergerak di bidang human resource, yang menyatakan masalah lulusan perguruan tinggi sulit mencari pekerjaan.
Kini Sherren yang menjabat sebagai Chief Strategic Officer telah menggulirkan roda perusahaannya hingga empat tahun jalan. Nusatalent, kata dia, beda dengan headhunting biasa. Beda pula dengan iklan-iklan pencari kerja yang banyak bertebaran di dunia maya.
Perusahaanyalah yang mencarikan kerja bagi calon pegawai yang sudah registrasi di lamannya. Mereka akan disalurkan ke perusahaan-perusahaan startup yang membutuhkan. "Inilah produk kami. Kami yang mencarikan pekerjaan bagi calon pegawai. Data mereka kami sesuaikan dengan perusahaan pencari kerja," katanya, Sabtu (28/7/2018).
Awalnya Sherren mengaku jatuh bangun mencari klien. setiap hari mereka melobi perusahaan-perusahaan startup untuk mencari kerja dengan gaya baru. Tapi kini sudah ada ratusan klien yang meminta bantuannya. Oh ya, ada alasan mengapa Sherren menyasar startup sebagai klien. Itu sebab karena golnya Sherren dan kawan-kawan, ialah ingin mencarikan kerja bagi lulusan baru dan juga internship. Dan mayoritas startup membutuhkan para fresh graduate tersebut.
Bedanya lagi dengan portal pencarian kerja lainnya adalah mereka juga melatih calon pegawai dengan softskill yang kini menjadi elemen penting agar sukses di dunia kerja. "Kami latih mereka bikin portofolio dan juga CV. Tentu juga attitude kami latih. Tidak hanya IQ tapi juga emotional quotientnya juga bagus," katanya.
Wakil Rektor bidang akademik President Uinversity Dwi Larso mengatakan, saat ini kecenderungan mahasiswa yang ingin menjadi wirausahawan meningkat. Berbeda dari kondisi sebelumnya, ketika mahasiswa setelah lulus ingin bekerja di sebuah perusahaan.
Dwi mengatakan, kini perbandingannya mahasiswa yang mau bekerja dan wirausaha sudah 50-50. Bahkan, katanya, startup-startup pun semakin banyak bermunculan dari para mahasiswa meski mereka masih berkuliah. ''Kecenderungannya meningkat (mahasiswa menjadi wirausaha). Kampus pun perlu perbaikan untuk memberi pengalaman terbaik bagi mahasiswa yang mau membangun bisnisnya sendiri,'' katanya.
Pakar Enterpreneurship lulusan Oregon State Universty ini menjelaskan, ekosistem President University memang salah satunya dibentuk untuk siap berwirausaha. Dia menjelaskan, kampus pun membangun inkubator bisnis bagi mahasiswa yang mau membuka bisnis startup. Dia menyatakan, adanya fasilitas ini pun menyebabkan kampusnya mengalami peningkatan jumlah mahasiswa baru sebanyak 25% dari tahun lalu.
Dwi menerangkan, Indonesia memang membutuhkan lebih dari 5 juta pengusaha atau sekitar 2% dari seluruh penduduknya. Peran perguruan tinggi, katanya, sangat vital dan potensial untuk menambah jumlah wirausawan itu. Saat ini, seluruh PTN dan PTS setiap tahunnya meluluskan hingga satu juta sarjana. ''Jika kita tembak saja 25% maka kita akan punya 250.000 enterpreneur per tahun dari total 1 juta sarjana baru itu,'' katanya.
Para pendiri startup pun usianya semakin muda. Menunjukkan generasi milenial yang melek teknologi. Namun startup yang baik sejatinya menjadi solusi atas sebuah permasalahan. Misalnya masalah pengangguran yang sampai saat ini masih tinggi. Vincentia Sherren, gadis berusia 21 tahun ini mendirikan startup Nusatalent untuk menghubungkan para pencari kerja dengan perusahaan-perusahaan startup.
Lalu bagaimana gadis yang hari lahirnya bertepatan dengan Hari Raya Kemerdekaan Indonesia membangun startup yang berkantor di kawasan elit Rasuna Said ini. Sherren menuturkan, ketika usia 17 tahun, dia sudah berkuliah di President University. Pada usia yang muda dan belum tahu arah, akhirnya dia mengambil jurusan akunting. Jurusan yang dia dengar akan dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Misalnya menjadi auditor.
Namun, takdir menentukan lain. Bukannya mencari kerja sendiri, Sherren malah membuka jalan bagi calon pencari kerja lain. Hal ini bermula semasa semester 4 dan 5. Dia sangat terkesan dengan mata kuliah enterpreneur, dimana dosennya menuntun mahasiswa untuk membangun bisnis dengan ide sendiri.
"Awalnya memang saya mau jadi auditor saja. Namun saat mata kuliah enterpeneur, saya malah berpikir mau buka usaha saja," katanya saat wisuda ke-13 President University.
Sherren pun dipertemukan dengan salah satu temannya yang memiliki ilmu membangun startup. Ide utama bisnisnya tercetus dari latar belakang keluarganya yang bergerak di bidang human resource, yang menyatakan masalah lulusan perguruan tinggi sulit mencari pekerjaan.
Kini Sherren yang menjabat sebagai Chief Strategic Officer telah menggulirkan roda perusahaannya hingga empat tahun jalan. Nusatalent, kata dia, beda dengan headhunting biasa. Beda pula dengan iklan-iklan pencari kerja yang banyak bertebaran di dunia maya.
Perusahaanyalah yang mencarikan kerja bagi calon pegawai yang sudah registrasi di lamannya. Mereka akan disalurkan ke perusahaan-perusahaan startup yang membutuhkan. "Inilah produk kami. Kami yang mencarikan pekerjaan bagi calon pegawai. Data mereka kami sesuaikan dengan perusahaan pencari kerja," katanya, Sabtu (28/7/2018).
Awalnya Sherren mengaku jatuh bangun mencari klien. setiap hari mereka melobi perusahaan-perusahaan startup untuk mencari kerja dengan gaya baru. Tapi kini sudah ada ratusan klien yang meminta bantuannya. Oh ya, ada alasan mengapa Sherren menyasar startup sebagai klien. Itu sebab karena golnya Sherren dan kawan-kawan, ialah ingin mencarikan kerja bagi lulusan baru dan juga internship. Dan mayoritas startup membutuhkan para fresh graduate tersebut.
Bedanya lagi dengan portal pencarian kerja lainnya adalah mereka juga melatih calon pegawai dengan softskill yang kini menjadi elemen penting agar sukses di dunia kerja. "Kami latih mereka bikin portofolio dan juga CV. Tentu juga attitude kami latih. Tidak hanya IQ tapi juga emotional quotientnya juga bagus," katanya.
Wakil Rektor bidang akademik President Uinversity Dwi Larso mengatakan, saat ini kecenderungan mahasiswa yang ingin menjadi wirausahawan meningkat. Berbeda dari kondisi sebelumnya, ketika mahasiswa setelah lulus ingin bekerja di sebuah perusahaan.
Dwi mengatakan, kini perbandingannya mahasiswa yang mau bekerja dan wirausaha sudah 50-50. Bahkan, katanya, startup-startup pun semakin banyak bermunculan dari para mahasiswa meski mereka masih berkuliah. ''Kecenderungannya meningkat (mahasiswa menjadi wirausaha). Kampus pun perlu perbaikan untuk memberi pengalaman terbaik bagi mahasiswa yang mau membangun bisnisnya sendiri,'' katanya.
Pakar Enterpreneurship lulusan Oregon State Universty ini menjelaskan, ekosistem President University memang salah satunya dibentuk untuk siap berwirausaha. Dia menjelaskan, kampus pun membangun inkubator bisnis bagi mahasiswa yang mau membuka bisnis startup. Dia menyatakan, adanya fasilitas ini pun menyebabkan kampusnya mengalami peningkatan jumlah mahasiswa baru sebanyak 25% dari tahun lalu.
Dwi menerangkan, Indonesia memang membutuhkan lebih dari 5 juta pengusaha atau sekitar 2% dari seluruh penduduknya. Peran perguruan tinggi, katanya, sangat vital dan potensial untuk menambah jumlah wirausawan itu. Saat ini, seluruh PTN dan PTS setiap tahunnya meluluskan hingga satu juta sarjana. ''Jika kita tembak saja 25% maka kita akan punya 250.000 enterpreneur per tahun dari total 1 juta sarjana baru itu,'' katanya.
(ven)