Para Menteri Pertanian G20 Sepakat Tolak Proteksionisme
A
A
A
BUENOS AIRES - Menteri-menteri pertanian dari negara-negara G20 dalam pernyataan bersamanya mengkritik proteksionisme dan berjanji untuk mereformasi peraturan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Namun, tidak dirinci langkah apa yang akan diambil oleh G20 untuk memperbaiki sistem perdagangan makanan dunia.
Dalam pernyataan tersebut, para menteri pertanian G20 mengungkapkan kekhawatiran tentang peningkatan penggunaan tindakan perdagangan non-tarif proteksionis yang tidak konsisten dengan aturan WTO.
Dalam pertemuan di Buenos Aires tersebut, menteri-menteri pertanian G20 termasuk dari Amerika Serikat (AS) dan China menegaskan kembali komitmennya untuk tidak menerapkan hambatan yang tidak perlu dalam perdagangan . Mereka juga menegaskan ulang hak serta kewajiban masig-masing sesuai kesepakatan WTO.
Pertemuan tersebut berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan yang telah mengguncang pasar pertanian. China dan mitra dagang utama AS lainnya telah menetapkan tarif balasan pada petani Amerika setelah pemerintahan Trump mengenakan bea untuk barang-barang China serta baja dan aluminium dari Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko.
Petani AS diperkirakan akan merugi hingga USD11 miliar akibat kebijakan balasan yang dilakukan China. Pekan lalu, administrasi Trump menyatakan akan menggelontorkan dana hingga USD12 miliar untuk membantu para petani yang terdampak perang dagang.
Sekretaris Pertanian AS Sonny Perdue mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara di sela-sela pertemuan bahwa rencana Trump akan mencakup antara USD 7 miliar hingga USD8 miliar dalam bantuan tunai langsung kepada para petani AS yang akan direalisasikan awal September.
Mengomentari langkah bantuan administrasi Trump tersebut, Menteri Pertanian Jerman Julia Kloeckner mengatakan bahwa petani tidak membutuhkan bantuan, melainkan perdagangan.
"Kami melangsungkan diskusi yang sangat jujur tentang fakta bahwa kami tidak ingin langkah-langkah proteksionisme sepihak," kata Kloeckner dalam konferensi pers setelah pertemuan seperti dikutip dari Reuters, Minggu (29/7/2018).
Dia menambahkan, semua tahu apa yang terjadi jika satu orang atau negara tidak mematuhi aturan WTO dan mencoba mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri melalui proteksionisme. "Ini biasanya akan menyebabkan munculnya tarif pembalasan," tandasnya.
Karena itu, dalam pernyataan bersamanya, para menteri pertanian G20 menyatakan bahwa mereka setuju untuk melanjutkan reformasi pada aturan-aturan perdagangan agrikultur di WTO.
"Terlepas dari semua berita yang ada di sekitar (pertemuan), kami berhasil mencapai konsensus dengan suara bulat," kata Menteri Pertanian Argentina Luis Miguel Etchevehere.
Dalam pernyataan tersebut, para menteri pertanian G20 mengungkapkan kekhawatiran tentang peningkatan penggunaan tindakan perdagangan non-tarif proteksionis yang tidak konsisten dengan aturan WTO.
Dalam pertemuan di Buenos Aires tersebut, menteri-menteri pertanian G20 termasuk dari Amerika Serikat (AS) dan China menegaskan kembali komitmennya untuk tidak menerapkan hambatan yang tidak perlu dalam perdagangan . Mereka juga menegaskan ulang hak serta kewajiban masig-masing sesuai kesepakatan WTO.
Pertemuan tersebut berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan yang telah mengguncang pasar pertanian. China dan mitra dagang utama AS lainnya telah menetapkan tarif balasan pada petani Amerika setelah pemerintahan Trump mengenakan bea untuk barang-barang China serta baja dan aluminium dari Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko.
Petani AS diperkirakan akan merugi hingga USD11 miliar akibat kebijakan balasan yang dilakukan China. Pekan lalu, administrasi Trump menyatakan akan menggelontorkan dana hingga USD12 miliar untuk membantu para petani yang terdampak perang dagang.
Sekretaris Pertanian AS Sonny Perdue mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara di sela-sela pertemuan bahwa rencana Trump akan mencakup antara USD 7 miliar hingga USD8 miliar dalam bantuan tunai langsung kepada para petani AS yang akan direalisasikan awal September.
Mengomentari langkah bantuan administrasi Trump tersebut, Menteri Pertanian Jerman Julia Kloeckner mengatakan bahwa petani tidak membutuhkan bantuan, melainkan perdagangan.
"Kami melangsungkan diskusi yang sangat jujur tentang fakta bahwa kami tidak ingin langkah-langkah proteksionisme sepihak," kata Kloeckner dalam konferensi pers setelah pertemuan seperti dikutip dari Reuters, Minggu (29/7/2018).
Dia menambahkan, semua tahu apa yang terjadi jika satu orang atau negara tidak mematuhi aturan WTO dan mencoba mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri melalui proteksionisme. "Ini biasanya akan menyebabkan munculnya tarif pembalasan," tandasnya.
Karena itu, dalam pernyataan bersamanya, para menteri pertanian G20 menyatakan bahwa mereka setuju untuk melanjutkan reformasi pada aturan-aturan perdagangan agrikultur di WTO.
"Terlepas dari semua berita yang ada di sekitar (pertemuan), kami berhasil mencapai konsensus dengan suara bulat," kata Menteri Pertanian Argentina Luis Miguel Etchevehere.
(fjo)