Negara Eksportir Lada Terbesar Kedua Dunia, Daya Saing Jadi PR Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Seiring dengan meningkatnya permintaan global untuk komoditas lada , Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi lada. Hal itu sekaligus juga menjadikan komoditas ini sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi utama di Indonesia.
Tercatat sebagai negara eksportir lada terbesar kedua di dunia, Indonesia mencatatkan suplai sebanyak 78.000 ton per tahun untuk pasar domestik dan global. Seiring naiknya permintaan pasar terhadap biji lada, diprediksi komoditas ini akan terus menjadi salah satu sektor perekonomian dengan volume ekspor yang signifikan.
Saat ini, petani lada di Indonesia masih sering menghadapi berbagai tantangan terkait cuaca, ketersediaan air serta meningkatnya masalah hama dan penyakit tanaman.
"Indonesia masih tertinggal sekitar 150.000 hektare dan produksi per hektare dibandingkan Vietnam. Ini patut menjadi PR bagi segenap jajaran, termasuk pemerintah daerah," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementan Fadjry Djufry dalam acara virtual launching event SpiceUp Application: Technology-Based Smart Agriculture for Pepper Cultivation di Jakarta, Kamis (1/4/2021).
Kementan telah merilis 10 varietas lada unggul yang sudah tersebar di beberapa provinsi. Pemerintah, kata Syahrul, menyambut gembira inisiatif SpiceUp sebagai salah satu upaya perbaikan produktivitas melalui berbagai program teknis, peningkatan ekspor dan inovasi untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia
Aplikasi SpiceUp berfokus kepada komoditas lada sebagai salah satu sektor utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Untuk membantu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani lada, SpiceUp memberikan empat solusi utama dari kombinasi data satelit dan data lapangan: Rekomendasi Pupuk dan Pencegahan Penyakit Tanaman, Rekomendasi Manajemen Irigasi, Good Agricultural Practices (GAP) dan Sistem Traceability.
SpiceUp telah menyediakan layanan informasi berbasis geodata yang dapat mendukung 100.000 petani lada di empat wilayah di Indonesia yaitu Provinsi Bangka-Belitung, Lampung, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur sebagai sentra penghasil lada utama di Indonesia.
Informasi yang disediakan oleh aplikasi SpiceUp diharapkan dapat membantu petani lada untuk meningkatkan produksi lada, pendapatan finansial, ketahanan pangan serta optimasi penggunaan air, pupuk dan pestisida untuk budidaya lada yang berkelanjutan.
"SpiceUp optimis menjadi terobosan yang bermanfaat bagi petani dan juga pemangku kepentingan lainnya, termasuk para kolektor dan pengusaha. Dengan kombinasi teknologi satelit, data lokasi dan survey lapangan, pengguna dapat mengandalkan SpiceUp untuk mengakses informasi spesifik seputar prediksi cuaca, saran pengelolaan air, tanah dan hama penyakit, rekomendasi GAP, traceability (keterlacakan) dan harga pasar yang menguntungkan posisi petani kecil," ungkap CEO Verstegen Spices and Sauces BV, Michel Driessen.
Tercatat sebagai negara eksportir lada terbesar kedua di dunia, Indonesia mencatatkan suplai sebanyak 78.000 ton per tahun untuk pasar domestik dan global. Seiring naiknya permintaan pasar terhadap biji lada, diprediksi komoditas ini akan terus menjadi salah satu sektor perekonomian dengan volume ekspor yang signifikan.
Saat ini, petani lada di Indonesia masih sering menghadapi berbagai tantangan terkait cuaca, ketersediaan air serta meningkatnya masalah hama dan penyakit tanaman.
"Indonesia masih tertinggal sekitar 150.000 hektare dan produksi per hektare dibandingkan Vietnam. Ini patut menjadi PR bagi segenap jajaran, termasuk pemerintah daerah," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementan Fadjry Djufry dalam acara virtual launching event SpiceUp Application: Technology-Based Smart Agriculture for Pepper Cultivation di Jakarta, Kamis (1/4/2021).
Kementan telah merilis 10 varietas lada unggul yang sudah tersebar di beberapa provinsi. Pemerintah, kata Syahrul, menyambut gembira inisiatif SpiceUp sebagai salah satu upaya perbaikan produktivitas melalui berbagai program teknis, peningkatan ekspor dan inovasi untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia
Aplikasi SpiceUp berfokus kepada komoditas lada sebagai salah satu sektor utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Untuk membantu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani lada, SpiceUp memberikan empat solusi utama dari kombinasi data satelit dan data lapangan: Rekomendasi Pupuk dan Pencegahan Penyakit Tanaman, Rekomendasi Manajemen Irigasi, Good Agricultural Practices (GAP) dan Sistem Traceability.
SpiceUp telah menyediakan layanan informasi berbasis geodata yang dapat mendukung 100.000 petani lada di empat wilayah di Indonesia yaitu Provinsi Bangka-Belitung, Lampung, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur sebagai sentra penghasil lada utama di Indonesia.
Informasi yang disediakan oleh aplikasi SpiceUp diharapkan dapat membantu petani lada untuk meningkatkan produksi lada, pendapatan finansial, ketahanan pangan serta optimasi penggunaan air, pupuk dan pestisida untuk budidaya lada yang berkelanjutan.
"SpiceUp optimis menjadi terobosan yang bermanfaat bagi petani dan juga pemangku kepentingan lainnya, termasuk para kolektor dan pengusaha. Dengan kombinasi teknologi satelit, data lokasi dan survey lapangan, pengguna dapat mengandalkan SpiceUp untuk mengakses informasi spesifik seputar prediksi cuaca, saran pengelolaan air, tanah dan hama penyakit, rekomendasi GAP, traceability (keterlacakan) dan harga pasar yang menguntungkan posisi petani kecil," ungkap CEO Verstegen Spices and Sauces BV, Michel Driessen.
(fai)