Menkeu China Sebut Perang Dagang Telah Melukai Lapangan Kerja

Jum'at, 24 Agustus 2018 - 18:55 WIB
Menkeu China Sebut Perang Dagang Telah Melukai Lapangan Kerja
Menkeu China Sebut Perang Dagang Telah Melukai Lapangan Kerja
A A A
BEIJING - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Republik Rakyat China, diakui oleh Menteri Keuangan China Liu Kun telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu. Dan dampak negatif perang dagang akan menjadi lebih besar jika ketegangan ini terus berlanjut.

Melansir dari Reuters, Jumat (24/8/2018), dalam wawancara pertama dengan media sejak menjadi menteri pada Maret lalu, Liu Kun mengatakan perang dagang telah memukul lapangan kerja di China. Ia bahkan menyebut ada potensi kehilangan pekerjaan yang nyata dan kehilangan mata pencaharian.

Tingkat pengangguran berbasis survei untuk kota China naik menjadi 5,1% dari 4,8% pada bulan Juni. Pemerintah bertujuan akan mempertahankan tingkat pengangguran tetap di bawah 5,5% pada tahun ini.

"Saya melihat dampak yang ditimbulkan akibat perselisihan dagang China-AS telah berpengaruh pada pekerjaan di China. Beberapa perusahaan terpengaruh, ekspor berkurang dan produksi dipangkas," ujarnya kepada Reuters di Kantor Kementerian keuangan China di Beijing.

Dampak dari perang dagang ini banyak dirasakan oleh industri di China, salah satunya Mark Wang, pemilik pabrik di kota industri Dongguan. Salah satu kota yang menjadi tulang punggung ekspor negara itu. Mengutip dari CNBC, Jumat (24/8), ia mengatakan usahanya kini limbung karena perang dagang yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump.

Produknya dikenakan 10% bea lebih tinggi akibat kebijakan administrasi Trump. "Biaya 10% terlalu tinggi," keluhnya. Menurut Wang, selama ini industri miliknya--tanpa menyebutkan nama--dan sejenisnya telah menjadi pemasok bagi perusahaan-perusahaan besar AS seperti Apple dan Walmart.

Akibat tambahan tarif menambah beban operasional pabrik, sementara penjualan pun berkurang. Tidak hanya itu, kata Wang, biaya bahan baku juga naik 15% dari tahun lalu, begitu pula dengan biaya tenaga kerja. Beberapa pabrik di China sekarang berjuang untuk survive.

Wang pun mengatakan akan mengubah arah bisnisnya, dari mengekspor ke Amerika Serikat, beralih mencari pelanggan baru di Eropa, Australia dan Timur Tengah. Ia pun akan mengurangi penjualan yang ditujukan untuk pasar AS. "Kami perlu mengecilkan volume dan fokus terhadap yang lain untuk melakukan yang terbaik. Kalau tidak, kami tidak bisa bertahan hidup".

Adapun Pemerintah China, kata Liu Kun, untuk mengatasi masalah ini akan meningkatkan pengeluaran untuk mendukung pekerja dan mengurangi pengangguran akibat konflik dagang. Juga menerbitkan obligasi oleh pemerintah daerah untuk mendukung investasi di bidang infrastruktur, yang diperkirakan mencapai 1 triliun yuan atau setara USD145,48 miliar hingga akhir kuartal ini.

Dan menurut Liu Kan, negaranya sejatinya tidak ingin terlibat perang dagang dengan Amerika Serikat. "Tapi kami akan dengan tegas menanggapi tindakan yang tidak masuk akal yang dilakukan Amerika Serikat. Jika AS tetap dengan langkah-langkahnya, kami akan melakukan tindakan untuk melindungi kepentingan kami," tegasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8263 seconds (0.1#10.140)