Harga Minyak Melemah Karena Krisis Pasar Negara Berkembang
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah pada perdagangan Kamis (6/9/2018) melemah karena krisis pasar di negara-negara berkembang membebani sentimen harga minyak. Ditambah dengan perang tarif antara Amerika Serikat dengan China yang mendekati deadline.
Mengutip dari Reuters, kondisi tersebut membuat harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 25 sen atau 0,4% menjadi USD68,47 per barel pada pukul 00:31 GMT. Harga minyak mentah Brent International turun 27 sen atau 0,4% menjadi USD77 per barel.
Krisis di pasar negara-negara berkembang telah membebani prospek pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, jelang tenggat perang tarif AS terhadap barang-barang China senilai USD200 miliar akan memperparah pertumbuhan ekonomi dunia.
Pasalnya, China dan negara-negara berkembang merupakan importir utama minyak mentah dunia. Para analis mengatakan jika ekonomi mereka mengalami tekanan maka berdampak terhadap harga minyak mentah.
"Jika permintaan minyak dari China dan pasar negara berkembang menurun maka membebani harga minyak ke depannya, atau setidaknya membatasi potensi kenaikan harga," kata Fawad Razaqzada, analis pasar di bursa berjangka Forex.
"Sebagian, ini karena kekuatan dolar AS, yang sangat membebani mata uang negara berkembang, termasuk yuan, yang pada gilirannya telah mendorong biaya semua komoditas dalam denominasi dolar," tambahnya.
Untuk saat ini, permintaan minyak dunia cukup kuat, termasuk di Amerika Serikat. American Petroleum Institute mengatakan stok minyak mentah di AS turun pada minggu lalu. Persediaan minyak mentah turun 1,17 juta barel menjadi 404,5 juta barel dalam seminggu hingga 31 Agustus, sementara produksi kilang minyak mentah naik sebesar 198.000 barel per hari.
Adapun Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengharapkan permintaan minyak global menguat menembus 100 juta barel per hari untuk pertama kalinya di akhir tahun ini. Tetapi harapan tersebut sulit terjadi bilamana sanksi AS terhadap Iran akan diterapkan pada November mendatang. Itu akan memperketat pasokan global dan mendorong harga minyak bisa lebih tinggi.
Mengutip dari Reuters, kondisi tersebut membuat harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 25 sen atau 0,4% menjadi USD68,47 per barel pada pukul 00:31 GMT. Harga minyak mentah Brent International turun 27 sen atau 0,4% menjadi USD77 per barel.
Krisis di pasar negara-negara berkembang telah membebani prospek pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, jelang tenggat perang tarif AS terhadap barang-barang China senilai USD200 miliar akan memperparah pertumbuhan ekonomi dunia.
Pasalnya, China dan negara-negara berkembang merupakan importir utama minyak mentah dunia. Para analis mengatakan jika ekonomi mereka mengalami tekanan maka berdampak terhadap harga minyak mentah.
"Jika permintaan minyak dari China dan pasar negara berkembang menurun maka membebani harga minyak ke depannya, atau setidaknya membatasi potensi kenaikan harga," kata Fawad Razaqzada, analis pasar di bursa berjangka Forex.
"Sebagian, ini karena kekuatan dolar AS, yang sangat membebani mata uang negara berkembang, termasuk yuan, yang pada gilirannya telah mendorong biaya semua komoditas dalam denominasi dolar," tambahnya.
Untuk saat ini, permintaan minyak dunia cukup kuat, termasuk di Amerika Serikat. American Petroleum Institute mengatakan stok minyak mentah di AS turun pada minggu lalu. Persediaan minyak mentah turun 1,17 juta barel menjadi 404,5 juta barel dalam seminggu hingga 31 Agustus, sementara produksi kilang minyak mentah naik sebesar 198.000 barel per hari.
Adapun Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengharapkan permintaan minyak global menguat menembus 100 juta barel per hari untuk pertama kalinya di akhir tahun ini. Tetapi harapan tersebut sulit terjadi bilamana sanksi AS terhadap Iran akan diterapkan pada November mendatang. Itu akan memperketat pasokan global dan mendorong harga minyak bisa lebih tinggi.
(ven)