Kekhawatiran Krisis Perbankan Mereda, Harga Minyak Lanjut Reli
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak menguat pada awal pekan Senin (27/3) setelah kekhawatiran atas krisis perbankan mereda. Sedangkan pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin justru meningkatkan ketegangan politik di Eropa.
Minyak Brent untuk Juni 2023 di Intercontinental Exchange (ICE) naik 0,4% di level USD75,32 per barel. Sedangkan West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Mei 2023 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) tumbuh 0,6% di USD69,65 per barel.
Brent telah menguat 2,8% minggu lalu, sementara WTI rebound 3,8% karena kegelisahan di sektor perbankan mereda.
"Telah terjadi lonjakan aset berisiko pada pembukaan pagi ini, lebih karena tidak adanya perkembangan kabar krisis perbankan selama akhir pekan," kata Analis IG Tony Sycamore, dilansir Reuters, Senin (27/3/2023).
Kenaikan harga minyak juga terjadi setelah mengalami koreksi 16% dalam dua minggu sebelumnya. Peningkatan harga juga didukung pernyataan Presiden Vladimir Putin yang mengatakan dirinya akan menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus. Komentar itu meningkatkan ketegangan geopolitik di Eropa atas Ukraina.
Sementara, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada Jumat (24/3) bahwa Moskow sangat dekat untuk mencapai target pemangkasan produksi minyak mentah sebesar 500.000 barel per hari (bpd) menjadi sekitar 9,5 juta bpd.
Meskipun menurunkan produksi, Rusia diperkirakan akan mempertahankan ekspor minyak mentah dengan memangkas kilang mereka pada bulan April. Ekspor produk minyak Rusia sampai saat ini lebih berpengaruh terhadap pasokan global, daripada sentimen batasan ekspor minyak mentah oleh oleh Uni Eropa baru-baru ini.
"Kenaikan harga minyak juga terjadi karena ada pemulihan aktivitas lebih lanjut dan kegiatan ekonomi dari pandemi Covid-19," kata Analis CMC Markets, Tina Teng.
Minyak Brent untuk Juni 2023 di Intercontinental Exchange (ICE) naik 0,4% di level USD75,32 per barel. Sedangkan West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Mei 2023 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) tumbuh 0,6% di USD69,65 per barel.
Brent telah menguat 2,8% minggu lalu, sementara WTI rebound 3,8% karena kegelisahan di sektor perbankan mereda.
"Telah terjadi lonjakan aset berisiko pada pembukaan pagi ini, lebih karena tidak adanya perkembangan kabar krisis perbankan selama akhir pekan," kata Analis IG Tony Sycamore, dilansir Reuters, Senin (27/3/2023).
Kenaikan harga minyak juga terjadi setelah mengalami koreksi 16% dalam dua minggu sebelumnya. Peningkatan harga juga didukung pernyataan Presiden Vladimir Putin yang mengatakan dirinya akan menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus. Komentar itu meningkatkan ketegangan geopolitik di Eropa atas Ukraina.
Sementara, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada Jumat (24/3) bahwa Moskow sangat dekat untuk mencapai target pemangkasan produksi minyak mentah sebesar 500.000 barel per hari (bpd) menjadi sekitar 9,5 juta bpd.
Meskipun menurunkan produksi, Rusia diperkirakan akan mempertahankan ekspor minyak mentah dengan memangkas kilang mereka pada bulan April. Ekspor produk minyak Rusia sampai saat ini lebih berpengaruh terhadap pasokan global, daripada sentimen batasan ekspor minyak mentah oleh oleh Uni Eropa baru-baru ini.
"Kenaikan harga minyak juga terjadi karena ada pemulihan aktivitas lebih lanjut dan kegiatan ekonomi dari pandemi Covid-19," kata Analis CMC Markets, Tina Teng.
(nng)