Sri Mulyani: Defisit Transaksi Berjalan Masih Terkendali
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menceritakan perbedaan kerentanan Indonesia dibandingkan negara-negara berkembang lainnya terhadap penguatan dolar Amerika Serikat.
Sri Mulyani menjelaskan, penguatan dolar AS terhadap rupiah bukan karena soal utang melainkan pada defisit transkasi berjalan (current account deficit/CAD).
"Masalahnya bukan pada utang tetapi pada defisit transaksi berjalan yaitu 3% dari PDB. Namun angka tersebut masih dalam kendali," terang Sri Mulyani pada World Economic Forum untuk ASEAN di Hanoi, Vietnam pada hari ini, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Menkeu menjelaskan, ketika Amerika Serikat memiliki sentimen terhadap negara berkembang di belahan dunia lain, hal itu menciptakan dinamika. Melihat tantangan tersebut, Pemerintah menurunkan defisit fiskal yang merupakan fokus utamanya.
"Defisit transaksi berjalan diatasi dengan membatasi impor secara selektif untuk menjaga momentum," jelasnya.
Selain itu, Pemerintah juga tengah berupaya meredam gejolak dinamika ekonomi global dengan membuat kebijakan yang memperhatikan faktor psikologis atau sentimen pasar, disertai dengan aktif mengkomunikasikan kebijakan kepada para pemangku kepentingan.
Sri Mulyani menjelaskan, penguatan dolar AS terhadap rupiah bukan karena soal utang melainkan pada defisit transkasi berjalan (current account deficit/CAD).
"Masalahnya bukan pada utang tetapi pada defisit transaksi berjalan yaitu 3% dari PDB. Namun angka tersebut masih dalam kendali," terang Sri Mulyani pada World Economic Forum untuk ASEAN di Hanoi, Vietnam pada hari ini, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Menkeu menjelaskan, ketika Amerika Serikat memiliki sentimen terhadap negara berkembang di belahan dunia lain, hal itu menciptakan dinamika. Melihat tantangan tersebut, Pemerintah menurunkan defisit fiskal yang merupakan fokus utamanya.
"Defisit transaksi berjalan diatasi dengan membatasi impor secara selektif untuk menjaga momentum," jelasnya.
Selain itu, Pemerintah juga tengah berupaya meredam gejolak dinamika ekonomi global dengan membuat kebijakan yang memperhatikan faktor psikologis atau sentimen pasar, disertai dengan aktif mengkomunikasikan kebijakan kepada para pemangku kepentingan.
(ven)