Jepang Coba Hindari Tarif Impor AS, Trump-Abe Sepakat Negosiasi

Kamis, 27 September 2018 - 13:34 WIB
Jepang Coba Hindari...
Jepang Coba Hindari Tarif Impor AS, Trump-Abe Sepakat Negosiasi
A A A
NEW YORK - Jepang mencoba untuk menghindari tarif impor tinggi yang diterapkan Amerika Serikat (AS), dimana Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sepakat memulai negosiasi perdagangan. Pembicaraan ini untuk sementara bertujuan melindungi produsen mobil Jepang atas kebijakan lanjutan tarif tinggi AS yang dilihat sebagai ancaman utama bagi ekonomi Jepang yang bergantung pada ekspor.

Dilansir Reuters, Kamis (27/9/2018) kedua negara menerangkan, dalam sebuah pernyataan bersama bahwa perundingan bakal menghormati posisi pemerintah lainnya. Ditambah garis besar yang menjadi pokok pembicaraan yakni seputar sektor otomotif dan pertanian Jepang. Sementara itu Trump telah menjelaskan, bahwa Ia tidak senang dengan surplus perdagangan Jepang senilai USD69 miliar dengan Amerika Serikat.

Angka tersebut hampir dua pertiga dari ekspor otomotif, dimana Trump menginginkan kesepakatan dua arah untuk mengatasinya. Di sisi lain Tokyo mendorong kembali Perjanjian Perdagangan Bebas Bilateral (FTA) saat Washington inginkan perubahan. Kerangka terbaru dirancang untuk memungkinkan kedua pihak menyelamatkan masing-masing kepentingannya.

Abe diyakini menghindari skenario terburuk dari tarif 25% yang akan segera berlaku pada produsen mobil, sedangkan Trump mengklaim meraih kemenangan karena membawa Jepang ke meja perundingan dua arah. "Ini menjadi sesuatu, karena berbagai alasan saat Jepang selama bertahun-tahun tidak mau melakukannya. Sekarang mereka bersedia," kata Trump pada pertemuan puncak dengan Abe di New York.

"Kami akan memiliki hubungan yang benar-benar hebat, lebih baik dari sebelumnya di perdagangan," sambungnya. Dalam pernyataannya juga, Ia mengatakan kesepakatan yang mengatur sektor otomotif akan disepakati untuk meningkatkan produksi dan pekerjaan di Amerika Serikat. Tokyo sendiri telah khawatir bahwa Trump dapat menuntut pengurangan impor mobil dari Jepang atau dapat memberlakukan tarif tinggi pada impor tersebut atas dasar keamanan nasional.

Sementara para ekonom melihat perjanjian sebagai hasil positif bagi Jepang untuk saat ini, mereka mencatat apa yang akhirnya akan disepakati masih belum diketahui. "Jika Anda hanya melihat pada apa yang disepakati kali ini, Jepang melakukannya dengan sangat baik," kata Junichi Sugawara, pejabat peneliti senior di Mizuho Research Institute.

"Tapi pada akhirnya, ini hanya jalan masuk ke perjanjian final dan kita harus ingat bahwa ada kemungkinan bahwa (Jepang) bisa sangat terbebani pada akhirnya," katanya. Kabar ini menjadi sentimen positif bagi saham Subaru Corp (7270.T) dan Mazda Motor Corp (7261.T), dua produsen mobil Jepang yang paling bergantung pada ekspor, naik masing-masing 3% dan 1,2% mengungguli pasar Tokyo yang sedikit lebih lemah.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5630 seconds (0.1#10.140)