Harga Minyak Dunia Merayap Tipis di Tengah Ketidakpastian Sanksi Iran

Jum'at, 28 September 2018 - 09:59 WIB
Harga Minyak Dunia Merayap...
Harga Minyak Dunia Merayap Tipis di Tengah Ketidakpastian Sanksi Iran
A A A
BEIJING - Harga minyak mentah dunia merayap tipis pada perdagangan, Jumat (28/9/2018) ketika investor masih mencoba mengukur dampak potensial melonjaknya pasokan seiring sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap ekspor minyak mentah Iran. Hal itu menjadi sentimen positif yang membuat harga minyak akhir pekan terus melesat.

Dilansir Reuters hari ini, kontral minyak mentah berjangka Brent yang paling aktif untuk Desember telah melompat naik 18 sen atau setara 0,22% menjadi USD81,56 per barel pada pukul 01.26 GMT. Raihan tersebut mendekati level tertinggi dalam empat tahun di USD82,55/barel yang dicapai Selasa, kemarin.

Dengan berakhirnya kontrak berjangka Brent untuk November pada hari Jumat, kontrak LCOc1 bulan depan akan menjadi kontrak bulan Desember. Sementara harga minyak mentah berjangka AS juga lebih tinggi sebesar 21 sen setara 0,29% pada level USD72,33 per barel untuk berada dalam jalur kenaikan mingguan.

“Pasar telah mengalihkan fokus mereka kepada berita utama perdagangan tentang sanksi Iran selama satu minggu penuh. Tetapi pandangan tentang, berapa banyak OPEC dan Rusia dapat menebus kekurangan pasokan bervariasi," ujar Kepala Penelitian Komoditas Shenda Futures Chen Kai.

Sanksi AS kepada Iran yang mulai berlaku pada 4 November, mendatang dengan ditambah Washington meminta kepada pembeli minyak dari Iran untuk memangkas impor mereka hingga nol persen. Hal ini dalam upaya memaksa Tehran untuk merundingkan perjanjian nuklir baru dan untuk mengekang pengaruhnya di Timur Tengah.

Di sisi lain Arab Saudi diperkirakan secara diam-diam menambahkan pasokan ekstra ke pasar minyak dunia selama beberapa bulan ke depan untuk mengimbangi penurunan produksi Iran. Tetapi kekhawatiran muncul terhadap kemungkinan membatasi produksi tahun depan untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan global karena Amerika Serikat memompa lebih banyak minyak mentah.

Dua sumber yang akrab dengan kebijakan OPEC mengatakan, Arab Saudi dan produsen lain membahas kemungkinan peningkatan produksi sekitar 500.000 barel per hari (bpd) di antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya dari non-OPEC. Namun, ANZ mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Jumat bahwa pemasok utama tidak mungkin untuk mengimbangi kerugian akibat sanksi yang diperkirakan sebesar 1,5 juta bpd.

Pada 2018-puncaknya di bulan Mei, Iran mengekspor 2,71 juta bpd, atau hampir 3% dari konsumsi minyak mentah global harian. Iran seperti diketahui merupakan produsen terbesar ketiga OPEC. Sementara itu, pasokan yang membayangi dari Amerika Serikat dan output yang stabil dari Libya menyeret pada harga minyak, kata Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia-Pasifik dari OANDA di Singapura.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0998 seconds (0.1#10.140)