Mengharukan, Desa Kantong TKI di NTT
A
A
A
MAUMERE - Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri terharu hingga meneteskan air mata ketika memberi sambutan di hadapan masyarakat desa kantong pekerja migran/ TKI di Nusa Tenggara Timur. Pasalnya, Menaker Hanif teringat akan masa kecilnya ketika ibunya pergi ke Saudi Arabia.
“Saya ini anak TKI asli. Ibu saya 6 tahun di Saudi Arabia. Namanya TKI, ada yang sukses, ada yang biasa saja. Alhamdulillah ibu saya dalam keadaan yang baik,” kata Menaker Hanif di depan puluhan warga Desa Bone, Nusa Tenggara Timur, pada hari Selasa (9/10/2018).
Menaker Hanif mengaku senang berkumpul dengan keluarga TKI karena ingin selalu memberi semangat sehingga kehidupannya menjadi lebih baik. Di masa depan keluarga TKI jangan sampai lagi melahirkan TKI.
“TKI harus melahirkan doktor, TKI harus melahirkan insinyur, TKI harus melahirkan camat, TKI harus melahirkan bupati, TKI harus melahirkan menteri. Bahkan mungkin saja TKI melahirkan presiden bagi Republik Indonesia,” tegas Hanif.
Menaker memberi semangat untuk selalu yakin dan bekerja keras. Tidak menyerah pada keadaan, selalu tingkatkan keahlian dan kompetensi.
“Kalau bekerja ke luar negeri, bapak ibu sekalian, ada tiga hal yang harus disiapkan. Siap mental, siap skill (keahlian) dan siap bahasa,” terang Menaker.
Apabila tiga hal tersebut belum siap, Menaker menegaskan, sebaiknya jangan berangkat. Karena ketiga hal tersebut merupakan salah satu bentuk perlindungan pekerja migran Indonesia di luar negeri.
Pemerintah berupaya melalui program desa migran produktif (Desmigratif) dalam mengatasi kasus perdagangan manusia yang banyak terjadi di NTT.
“Ini program yang sederhana, tapi intinya bagaimana bisa memberikan pelayanan dan perlindungan sejak dari desa. Karena kalau perlindungannya dari desa, resiko juga bisa kita kurangi,” tambah Menaker.
Menaker meminta dukungan dari seluruh instansi terkait serta warga desa untuk bisa menghidupkan program Desmigratif.
“Saya ini anak TKI asli. Ibu saya 6 tahun di Saudi Arabia. Namanya TKI, ada yang sukses, ada yang biasa saja. Alhamdulillah ibu saya dalam keadaan yang baik,” kata Menaker Hanif di depan puluhan warga Desa Bone, Nusa Tenggara Timur, pada hari Selasa (9/10/2018).
Menaker Hanif mengaku senang berkumpul dengan keluarga TKI karena ingin selalu memberi semangat sehingga kehidupannya menjadi lebih baik. Di masa depan keluarga TKI jangan sampai lagi melahirkan TKI.
“TKI harus melahirkan doktor, TKI harus melahirkan insinyur, TKI harus melahirkan camat, TKI harus melahirkan bupati, TKI harus melahirkan menteri. Bahkan mungkin saja TKI melahirkan presiden bagi Republik Indonesia,” tegas Hanif.
Menaker memberi semangat untuk selalu yakin dan bekerja keras. Tidak menyerah pada keadaan, selalu tingkatkan keahlian dan kompetensi.
“Kalau bekerja ke luar negeri, bapak ibu sekalian, ada tiga hal yang harus disiapkan. Siap mental, siap skill (keahlian) dan siap bahasa,” terang Menaker.
Apabila tiga hal tersebut belum siap, Menaker menegaskan, sebaiknya jangan berangkat. Karena ketiga hal tersebut merupakan salah satu bentuk perlindungan pekerja migran Indonesia di luar negeri.
Pemerintah berupaya melalui program desa migran produktif (Desmigratif) dalam mengatasi kasus perdagangan manusia yang banyak terjadi di NTT.
“Ini program yang sederhana, tapi intinya bagaimana bisa memberikan pelayanan dan perlindungan sejak dari desa. Karena kalau perlindungannya dari desa, resiko juga bisa kita kurangi,” tambah Menaker.
Menaker meminta dukungan dari seluruh instansi terkait serta warga desa untuk bisa menghidupkan program Desmigratif.
(akn)