Toshiba Dukung Kebutuhan Energi dan Infrastruktur di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - PT Toshiba Asia Pacific Indonesia (TAPI) berupaya membawa teknologi pembangkit listrik tenaga uap, panas bumi dan air ke Indonesia untuk mendukung pertumbuhan infrastruktur di Tanah Air.
Presiden Direktur Toshiba Asia Pacific Indonesia, Fumihiro Okada, mengatakan perseroan telah menjadi pemimpin dalam penyediaan pasokan peralatan pembangkit tenaga listrik di Indonesia dengan mulai beroperasinya pembangkit listrik tenaga air pertamanya secara komersial pada tahun 1975.
"Sejak itu, Toshiba telah membawa teknologi pembangkit listrik tenaga uap, panas bumi dan air ke Indonesia untuk mendukung pertumbuhan infrastruktur," kata Fumihiro dalam keterangan rilisnya di Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Menurut Asian Development Bank, Indonesia saat ini menjadi ekonomi terbesar di ASEAN dan yang ke-16 terbesar di dunia. Kapasitas pembangkit listrik Indonesia pada 2025 diperkirakan meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2017, dari 50 GW menjadi 106 GW sebagaimana dilaporkan dalam RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) PT PLN (Persero) 2018-2027.
Sesuai dengan kebutuhan listrik Indonesia yang semakin meningkat, Toshiba telah memasok atau menerima pesanan 16 unit turbin uap untuk termal, 42 unit turbin hidraulik dan 5 unit turbin uap panas bumi di seluruh Indonesia, yang berkontribusi terhadap kapasitas gabungan hingga lebih dari 9.5 GW.
Toshiba baru-baru ini telah memperoleh kontrak untuk memasok tiga turbin air 75 MW dan generator untuk proyek pembangkit listrik tenaga air Malea. Ini adalah tambahan pesanan dari dua buah turbin 45 MW dan generator hidro sebelumnya.
"Toshiba berusaha meningkatkan kandungan lokal produk kami agar lebih dekat dengan pelanggan dengan menawarkan layanan pemeliharaan langsung untuk fasilitas pembangkit serta kemitraan dengan perusahaan lokal di Indonesia agar mendukung pertumbuhan negara ini," ujarnya.
Portofolio bisnis TAPI sejak saat itu telah diperluas hingga mencakup transmisi dan distribusi listrik serta solusi infrastruktur seperti transportasi kereta api dan fasilitas gedung yang terkait dengan penerangan, lift, dan pengatur suhu untuk industri.
Pada bulan Agustus 2018, Toshiba menyepakati sebuah nota kesepahaman (MoU) dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tentang implementasi H2One™, sistem energi hidrogen luar-jaringan mandiri berdasarkan energi terbarukan dan penggunaan dari hidrogen sebagai bahan bakar bagi pembangkit listrik di Indonesia.
Toshiba juga mengakuisisi mayoritas kepemilikan dari PT Envitech Perkasa pada 2011, dan sejak saat itu telah memberikan kontribusi bagi infrastruktur Indonesia dengan menyediakan berbagai solusi pengolahan air di lebih dari 200 proyek, di berbagai sektor industri.
Presiden Direktur Toshiba Asia Pacific Indonesia, Fumihiro Okada, mengatakan perseroan telah menjadi pemimpin dalam penyediaan pasokan peralatan pembangkit tenaga listrik di Indonesia dengan mulai beroperasinya pembangkit listrik tenaga air pertamanya secara komersial pada tahun 1975.
"Sejak itu, Toshiba telah membawa teknologi pembangkit listrik tenaga uap, panas bumi dan air ke Indonesia untuk mendukung pertumbuhan infrastruktur," kata Fumihiro dalam keterangan rilisnya di Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Menurut Asian Development Bank, Indonesia saat ini menjadi ekonomi terbesar di ASEAN dan yang ke-16 terbesar di dunia. Kapasitas pembangkit listrik Indonesia pada 2025 diperkirakan meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2017, dari 50 GW menjadi 106 GW sebagaimana dilaporkan dalam RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) PT PLN (Persero) 2018-2027.
Sesuai dengan kebutuhan listrik Indonesia yang semakin meningkat, Toshiba telah memasok atau menerima pesanan 16 unit turbin uap untuk termal, 42 unit turbin hidraulik dan 5 unit turbin uap panas bumi di seluruh Indonesia, yang berkontribusi terhadap kapasitas gabungan hingga lebih dari 9.5 GW.
Toshiba baru-baru ini telah memperoleh kontrak untuk memasok tiga turbin air 75 MW dan generator untuk proyek pembangkit listrik tenaga air Malea. Ini adalah tambahan pesanan dari dua buah turbin 45 MW dan generator hidro sebelumnya.
"Toshiba berusaha meningkatkan kandungan lokal produk kami agar lebih dekat dengan pelanggan dengan menawarkan layanan pemeliharaan langsung untuk fasilitas pembangkit serta kemitraan dengan perusahaan lokal di Indonesia agar mendukung pertumbuhan negara ini," ujarnya.
Portofolio bisnis TAPI sejak saat itu telah diperluas hingga mencakup transmisi dan distribusi listrik serta solusi infrastruktur seperti transportasi kereta api dan fasilitas gedung yang terkait dengan penerangan, lift, dan pengatur suhu untuk industri.
Pada bulan Agustus 2018, Toshiba menyepakati sebuah nota kesepahaman (MoU) dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tentang implementasi H2One™, sistem energi hidrogen luar-jaringan mandiri berdasarkan energi terbarukan dan penggunaan dari hidrogen sebagai bahan bakar bagi pembangkit listrik di Indonesia.
Toshiba juga mengakuisisi mayoritas kepemilikan dari PT Envitech Perkasa pada 2011, dan sejak saat itu telah memberikan kontribusi bagi infrastruktur Indonesia dengan menyediakan berbagai solusi pengolahan air di lebih dari 200 proyek, di berbagai sektor industri.
(ven)