Sektor Jasa Keuangan Masih Terjaga di Tengah Ketidakpastian Global

Kamis, 25 Oktober 2018 - 13:58 WIB
Sektor Jasa Keuangan...
Sektor Jasa Keuangan Masih Terjaga di Tengah Ketidakpastian Global
A A A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan masih dalam kondisi terjaga, di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global. Berlanjutnya perang dagang antara AS-Tiongkok diproyeksikan akan menurunkan volume perdagangan dan pertumbuhan dunia.

Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan, langkah The Fed menaikkan Federal Fund Rate (FFR) diproyeksikan akan berpengaruh pada pengetatan likuiditas di pasar keuangan global. "Kedua hal tersebut mendorong International Monetary Fund menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi global tahun 2018 dan tahun 2019 dari 3,9% menjadi 3,7% di bulan Oktober," kata Anto di Jakarta, Kamis (25/10/2018).

Menurut dia, dinamika eksternal tersebut turut mempengaruhi kinerja pasar keuangan domestik. Per 19 Oktober 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pelemahan sebesar 2,3% secara mtd dengan investor non residen mencatatkan net sell sebesar Rp5,3 triliun.

Sejalan dengan pasar saham, investor nonresiden di pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga mencatat net sell sebesar Rp0,8 triliun mtd. Yield SBN tenor jangka pendek, menengah, dan panjang tercatat kembali meningkat masing-masing sebesar 13 bps, 53 bps dan 23 bps mtd.

Dia mengungkapkan, peningkatan yield ini terjadi sejalan dengan pelemahan di pasar keuangan Emerging Markets lainnya. Di tengah berlanjutnya volatilitas di pasar keuangan, lanjut dia, kinerja intermediasi sektor jasa keuangan pada September 2018 secara umum masih bergerak positif.

Kredit perbankan dan piutang pembiayaan masing-masing tumbuh sebesar 12,69% yoy dan 6,06% yoy. Adapun dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 6,60% yoy.

Sementara itu, premi asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi per September 2018 masing-masing tercatat sebesar Rp141,14 triliun dan Rp62,74 triliun. Sedangkan di pasar modal, pada periode Januari sampai dengan 22 Oktober 2018, penghimpunan dana melalui penawaran umum saham, right issue dan surat utang korporasi telah mencapai Rp143 triliun, dengan emiten baru sebesar 50 perusahaan.

"Total dana kelolaan investasi tercatat sebesar Rp739,95 triliun, meningkat 7,89% dibandingkan akhir tahun 2017," ungkapnya.

Profil risiko lembaga jasa keuangan juga masih terjaga pada level yang manageable. Sedangkan Rasio Non-Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah gross perbankan tercatat sebesar 2,66%, dan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan berada pada level 3,17%.

"Permodalan lembaga jasa keuangan tercatat pada level yang cukup tinggi dimana Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan per September 2018 tercatat sebesar 23,33%, sedangkan Risk-Based Capital industri asuransi umum dan asuransi jiwa masing-masing sebesar 315% dan 430%," terang Anto.

Dia mengungkapka, dinamika di pasar keuangan diperkirakan masih akan berlanjut seiring masih tingginya downside risk di lingkup global, antara lain berlanjutnya trade war dan pengetatan likuiditas. Ke depan, OJK akan terus memantau perkembangan tersebut, sehingga tidak mengganggu stabilitas sistem keuangan dan kinerja sektor jasa keuangan.

Terpisah, Direktur Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto meambahkan, pertumbuhan kredit yang relatih lebih tinggi potensial berlanjut. Namun terdapat faktor risiko yang potensial mempengaruhi tren penyaluran kredit di sisa tahun 2018, yaitu keterbatasan pertumbuhan DPK dan kenaikan suku bunga kredit sebagai dampak dari kenaikan suku bunga acuan.

"Di sisi lain, pertumbuhan DPK diyakini akan tetap tumbuh lebih rendah di tengah proses penyesuaian bunga simpanan yang terjadi gradual," kata Doddy.

Adapun hingga akhir tahun, pertumbuhan kredit dan DPK diperkirakan akan mencapai 10% dan dan dibawah 8% sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan akan cenderung lebih tinggi diatas 91,2%.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1356 seconds (0.1#10.140)