Lahan Kering Masam, Peluang Besar Perluasan Areal Tanam
A
A
A
JAKARTA - Tantangan terbesar dalam peningkatan produksi pangan adalah terjadinya konversi lahan pertanian ke non pertanian. Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan luas lahan baku sawah saat ini tinggal 7,1 juta hektare (ha).
Untuk mengantisipasi semakin berkurangnya lahan pertanian, salah satu potensi besar yang bisa dioptimalkan adalah lahan kering masam dan marginal. Data menyebutkan, total sumber daya lahan di Indonesia sekitar 188,2 juta ha. Terdiri dari lahan kering 140 juta ha dan lahan basah sekitar 40 juta ha.
Dalam keterangan tertulisnya, Dekan Fakultas Pertanian Univesitas Lampung, Irwan Sukri Banuwa mengatakan dari total lahan kering tersebut, 102,8 juta ha merupakan lahan kering bereaksi masam. Lahan tersebut berada di Pulau Sumatra seluas 29,3 juta ha, khusus di Lampung sekitar 2,65 juta ha.
"Dari total lahan kering masam itu yang sesuai untuk usaha pertanian sekitar 56,3 juta ha," katanya dalam Lokakarta Pemugaran Lahan Kering Bereaksi Asam dan Marginal, beberapa waktu lalu. Acara tersebut dihadiri pakar ilmu tanah dari berbagai institusi dan perguruan tinggi.
Menurutnya, beberapa ciri lahan kering bereakasi masam adalah memiliki pH rendah (4,6-5,5), kejenuhan basa rendah (50%), kadar bahan organik rendah, kejenuhan Al yang tinggi, fiksasi hara P tinggi dan secara umum memiliki kesuburan yang rendah.
"Untuk pemugaran lahan kering bereaksi masam tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan konservasi tanah dan air," ujarnya.
Salah satu bentuk konservasi tanah dan air (KTA) adalah dengan pendekatan WOCAT (World Overview of Conservation Approachs and Technologies). Bentuk KTA secara agronomi adalah penggunaan pupuk buatan, seperti dolomit. "Tindakan KTA ini bertujuan memperbaiki kondisi kesuburan tanah," katanya.
Hasil penelitian erosi menunjukkan, tindakan KTA mampu mengendalikan kehilangan hara. Bahkan penambahan dolomit dikombinasikan dengan tindakan KTA mampu meningkatkan produktivitas tanaman. Hal itu terjadi karena meningkatnya pH tanah, unsur hara P menjadi tersedia, menambahkan hara Ca dan Mg dan mengurangi kehilangan hara akbiat erosi.
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Muhajir Utomo, menambahkan potensi lahan kering masam apabila dikelola dengan baik akan lebih produktif dibandingkan dengan lahan basah/sawah. Hal ini seiring dengan kelangkaan air irigasi untuk mengelola lahan basah/sawah.
Namun lanjutnya, pengelolaan lahan kering bereaksi masam akan lestari atau berkelanjutan jika memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan aspek lingkungan/ekologi. Kunci keberhasilan pengelolaan lahan kering bereaksi masam adalah dengan penambahan bahan organik yang bersifat in-situ (dari usaha tani itu sendiri).
"Penambahan bahan organik dan dolomit akan mampu memperbaiki kondisi fisik tanah, kimia tanah dan kesuburan tanah," katanya.
Kepala Balai Penelitian Tanah (Balit Tanah), Badan Litbang Kementerian Pertanian, Husnain mengatakan, pihaknya telah menyiapkan paket teknologi untuk memperbaiki kondisi fisika tanah antara lain dengan penambahan bahan organik, bio-char, dan soil conditioner.
Sedangkan untuk memperbaiki kualitas kimia tanah dan biologi tanah dengan penambahan kapur/dolomit, penambahan batuan phospat, mikoriza, bahan organik, dan mikroba pelarut hara P.
"Salah satu yang harus diperhatikan dalam aplikasi dolomit/kapur untuk memperbaiki kualitas lahan kering bereaksi masam adalah dosis dolomit/kapur, waktu aplikasi dan kualitas dolomit/kapur," katanya, Rabu (31/10/2018).
Salah satu paket teknologi yang sudah diujicoba selama lima musim tanam adalah mengkombinasikan dolomit dan bahan organik pada tanaman jagung dengan berbagai dosis mampu meningkatkan produktivitas tanaman.
Sementara, Guru Besar Univesitas Sirwijaya, Dedik Budianta mengatakan, secara umum manfaat kapur/dolomit adalah menaikkan pH, mengurangi dampak keracunan Al, meningkatkan ketersediaan hara Ca, Mg dan P, serta meningkatkan aktivitas biologi tanah.
Apabila dolomit dikombinasikan dengan bahan organik dengan dosis yang tepat akan mampu meningkatkan produktivitas tanaman pertanian di lahan kering yang bereaksi masam.
"Hasil penelitian menunjukkan aplikasi dolomit dengan bahan organik pada budidaya tanaman kedelai secara nyata mampu meningkatkan produktivitas tanaman. Dengan dolomit, produktivitas tanaman kedelai meningkat hampir tiga kali lipat," ujarnya.
Untuk mengantisipasi semakin berkurangnya lahan pertanian, salah satu potensi besar yang bisa dioptimalkan adalah lahan kering masam dan marginal. Data menyebutkan, total sumber daya lahan di Indonesia sekitar 188,2 juta ha. Terdiri dari lahan kering 140 juta ha dan lahan basah sekitar 40 juta ha.
Dalam keterangan tertulisnya, Dekan Fakultas Pertanian Univesitas Lampung, Irwan Sukri Banuwa mengatakan dari total lahan kering tersebut, 102,8 juta ha merupakan lahan kering bereaksi masam. Lahan tersebut berada di Pulau Sumatra seluas 29,3 juta ha, khusus di Lampung sekitar 2,65 juta ha.
"Dari total lahan kering masam itu yang sesuai untuk usaha pertanian sekitar 56,3 juta ha," katanya dalam Lokakarta Pemugaran Lahan Kering Bereaksi Asam dan Marginal, beberapa waktu lalu. Acara tersebut dihadiri pakar ilmu tanah dari berbagai institusi dan perguruan tinggi.
Menurutnya, beberapa ciri lahan kering bereakasi masam adalah memiliki pH rendah (4,6-5,5), kejenuhan basa rendah (50%), kadar bahan organik rendah, kejenuhan Al yang tinggi, fiksasi hara P tinggi dan secara umum memiliki kesuburan yang rendah.
"Untuk pemugaran lahan kering bereaksi masam tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan konservasi tanah dan air," ujarnya.
Salah satu bentuk konservasi tanah dan air (KTA) adalah dengan pendekatan WOCAT (World Overview of Conservation Approachs and Technologies). Bentuk KTA secara agronomi adalah penggunaan pupuk buatan, seperti dolomit. "Tindakan KTA ini bertujuan memperbaiki kondisi kesuburan tanah," katanya.
Hasil penelitian erosi menunjukkan, tindakan KTA mampu mengendalikan kehilangan hara. Bahkan penambahan dolomit dikombinasikan dengan tindakan KTA mampu meningkatkan produktivitas tanaman. Hal itu terjadi karena meningkatnya pH tanah, unsur hara P menjadi tersedia, menambahkan hara Ca dan Mg dan mengurangi kehilangan hara akbiat erosi.
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Muhajir Utomo, menambahkan potensi lahan kering masam apabila dikelola dengan baik akan lebih produktif dibandingkan dengan lahan basah/sawah. Hal ini seiring dengan kelangkaan air irigasi untuk mengelola lahan basah/sawah.
Namun lanjutnya, pengelolaan lahan kering bereaksi masam akan lestari atau berkelanjutan jika memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan aspek lingkungan/ekologi. Kunci keberhasilan pengelolaan lahan kering bereaksi masam adalah dengan penambahan bahan organik yang bersifat in-situ (dari usaha tani itu sendiri).
"Penambahan bahan organik dan dolomit akan mampu memperbaiki kondisi fisik tanah, kimia tanah dan kesuburan tanah," katanya.
Kepala Balai Penelitian Tanah (Balit Tanah), Badan Litbang Kementerian Pertanian, Husnain mengatakan, pihaknya telah menyiapkan paket teknologi untuk memperbaiki kondisi fisika tanah antara lain dengan penambahan bahan organik, bio-char, dan soil conditioner.
Sedangkan untuk memperbaiki kualitas kimia tanah dan biologi tanah dengan penambahan kapur/dolomit, penambahan batuan phospat, mikoriza, bahan organik, dan mikroba pelarut hara P.
"Salah satu yang harus diperhatikan dalam aplikasi dolomit/kapur untuk memperbaiki kualitas lahan kering bereaksi masam adalah dosis dolomit/kapur, waktu aplikasi dan kualitas dolomit/kapur," katanya, Rabu (31/10/2018).
Salah satu paket teknologi yang sudah diujicoba selama lima musim tanam adalah mengkombinasikan dolomit dan bahan organik pada tanaman jagung dengan berbagai dosis mampu meningkatkan produktivitas tanaman.
Sementara, Guru Besar Univesitas Sirwijaya, Dedik Budianta mengatakan, secara umum manfaat kapur/dolomit adalah menaikkan pH, mengurangi dampak keracunan Al, meningkatkan ketersediaan hara Ca, Mg dan P, serta meningkatkan aktivitas biologi tanah.
Apabila dolomit dikombinasikan dengan bahan organik dengan dosis yang tepat akan mampu meningkatkan produktivitas tanaman pertanian di lahan kering yang bereaksi masam.
"Hasil penelitian menunjukkan aplikasi dolomit dengan bahan organik pada budidaya tanaman kedelai secara nyata mampu meningkatkan produktivitas tanaman. Dengan dolomit, produktivitas tanaman kedelai meningkat hampir tiga kali lipat," ujarnya.
(ven)