Gara-gara Infrastruktur dan Hunian, Indonesia Kehilangan hingga 2,4 Juta Ton Gabah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Pengendalian Hak Tanah, Alih Fungsi Lahan, Kepulauan dan Wilayah Tertentu Kementerian ATR/BPN , Andi Renald, mengatakan saat ini wilayah pertanian mulai terdampak alih fungsi lahan akibat proyek infrastruktur dan investasi.
Andi menjelaskan, fenomena alih fungsi lahan pertanian itu menurutnya paling banyak terjadi di wilayah penyangga kota. Misalnya Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
"Ada banyak penyebab alih fungsi lahan. Kita tahu bahwa lahan tidak bertambah, sementara manusia dan penduduk semakin bertambah. Kemudian ada pengembangan kota, kemudian ada faktor investasi, itu faktor memengaruhi luasan lahan sawah," kata Andi dalam Market Review IDXChannel, Kamis (26/10/2023).
Menurutnya, alih fungsi lahan menjadi kawasan industri hasil investasi ataupun hunian dan proyek infrastruktur bakal berdampak pada produktivitas pertanian. Di satu sisi, pertumbuhan populasi artinya kebutuhan pangan pun bakal meningkat.
Berdasarkan data BPS tahun 2021, alih fungsi lahan sawah nasional bervariasi antara 60.000-80.000 hektare per tahun. Jika indek panen padi yang beralih fungsi antara 2,5-3% dengan produktivitas rata-rata 6 ton gabah kering giling/hektare, maka dalam lima tahun lahan sawah yang beralih fungsi antara 300.000-400.000 hektare dengan kehilangan hasil padi mencapai 1,8 juta ton-2.4 juta ton GKG.
BPS juga mencatat rata-rata konsumsi beras per kapita dalam sebulan di Indonesia sebesar 6,81 kilogram (kg) pada September 2022. Jumlahnya meningkat 2,25% dibandingkan pada Maret 2022 yang sebanyak 6,66 kg per kapita dalam sebulan.
Apabila dibandingkan dengan setahun sebelumnya, konsumsi beras di Indonesia juga meningkat 0,89%. Pada September 2021, rata-rata konsumsi beras di dalam negeri sebanyak 6,75 kg per kapita dalam sebulan.
"Kalau di perkotaan seperti Jabodetabek, paling banyak (alih fungsi lahan) di kabupaten Bekasi, di sana industri tumbuh, kemudian ada proyek infrastruktur yang menggerus lahan sawah," lanjutnya.
Andi melanjutkan alih fungsi lahan paling banyak terjadi untuk kebutuhan invetasi. Baik untuk pembangunan pabrik-pabrik baru, maupun proyek infrastruktur hingga perumahan oleh para pengembang.
"Bahwa fenomena banyak terjadi di wilayah penyangga kota, seperti Bekasi, di sana terbesar perubahan alih fungsi lahan, karena pengaruh industri dan perubahan tata ruang dan permintaan permukiman," pungkasnya.
Andi menjelaskan, fenomena alih fungsi lahan pertanian itu menurutnya paling banyak terjadi di wilayah penyangga kota. Misalnya Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
"Ada banyak penyebab alih fungsi lahan. Kita tahu bahwa lahan tidak bertambah, sementara manusia dan penduduk semakin bertambah. Kemudian ada pengembangan kota, kemudian ada faktor investasi, itu faktor memengaruhi luasan lahan sawah," kata Andi dalam Market Review IDXChannel, Kamis (26/10/2023).
Menurutnya, alih fungsi lahan menjadi kawasan industri hasil investasi ataupun hunian dan proyek infrastruktur bakal berdampak pada produktivitas pertanian. Di satu sisi, pertumbuhan populasi artinya kebutuhan pangan pun bakal meningkat.
Berdasarkan data BPS tahun 2021, alih fungsi lahan sawah nasional bervariasi antara 60.000-80.000 hektare per tahun. Jika indek panen padi yang beralih fungsi antara 2,5-3% dengan produktivitas rata-rata 6 ton gabah kering giling/hektare, maka dalam lima tahun lahan sawah yang beralih fungsi antara 300.000-400.000 hektare dengan kehilangan hasil padi mencapai 1,8 juta ton-2.4 juta ton GKG.
BPS juga mencatat rata-rata konsumsi beras per kapita dalam sebulan di Indonesia sebesar 6,81 kilogram (kg) pada September 2022. Jumlahnya meningkat 2,25% dibandingkan pada Maret 2022 yang sebanyak 6,66 kg per kapita dalam sebulan.
Apabila dibandingkan dengan setahun sebelumnya, konsumsi beras di Indonesia juga meningkat 0,89%. Pada September 2021, rata-rata konsumsi beras di dalam negeri sebanyak 6,75 kg per kapita dalam sebulan.
"Kalau di perkotaan seperti Jabodetabek, paling banyak (alih fungsi lahan) di kabupaten Bekasi, di sana industri tumbuh, kemudian ada proyek infrastruktur yang menggerus lahan sawah," lanjutnya.
Andi melanjutkan alih fungsi lahan paling banyak terjadi untuk kebutuhan invetasi. Baik untuk pembangunan pabrik-pabrik baru, maupun proyek infrastruktur hingga perumahan oleh para pengembang.
"Bahwa fenomena banyak terjadi di wilayah penyangga kota, seperti Bekasi, di sana terbesar perubahan alih fungsi lahan, karena pengaruh industri dan perubahan tata ruang dan permintaan permukiman," pungkasnya.
(uka)