Harga Minyak Dunia Tergerus di Tengah Tanda-tanda Peningkatan Pasokan
A
A
A
BEIJING - Harga minyak mentah dunia jatuh di awal perdagangan, Kamis 1 November 2018 untuk memperpanjang tren kerugian dari sesi sebelumnya. Sentimen datang dari mencuatnya tanda-tanda meningkatnya pasokan dan kekhawatiran melemahnya permintaan dibayangi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Seperti dilansir Reuters hari ini, terpantau kontrak minyak Brent untuk Januari kehilangan 44 sen atau setara 0,32% hingga diperdagangkan ke posisi USD74,72 per barel pada pukul 00.54 GMT. Sementara harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) mengalami kejatuhan sebesar 46 sen menjadi USD65,01 per barel.
Benchmark kedua berada dalam kinerja terburuk secara bulanan atau sejak Juli 2016 pada perdagangan, Rabu kemarin dengan Brent ambruk 8,8% sepanjang bulan Oktober dan WTI merosot hingga 10,9%. Pada hari ini harga minyak dunia terus menetes setelah data administrasi informasi energi AS menunjukkan persediaan minyak mentah naik selama seminggu.
"Persediaan minyak yang terus menguat cemderung memberikan tekanan pada harga minyak," ujar analis ANZ dalam catatannya. Sedangkan survei Reuters memperlihatkan organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) mendorong produksi minyak pada bulan Oktober ke posisi tertinggi sejak 2016. Hal itu usai output lebih tinggi yang dipimpin oleh Uni Emirat Arab dan Libya untuk lebih dari mengimbangi pemotongan ekspor Iran karena sanksi AS yang akan diterapkan mulai 4 November.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, pada hari Rabu kemarin dalam sebuah memorandum Presiden bahwa ia telah memutuskan ada cukup pasokan minyak dan petroleum produk dari negara-negara selain. Tekanan terhadap harga minyak juga datang dari kekhawatiran atas prospek perlambatan ekonomi global di tengah-tengah perang dagang AS versus China.
Bruce Xu seorang analis dari Huatai Walls Capital Management mengungkapkan, investor minyak saat ini bertaruh pada potensi perlambatan ekonomi global. Sebelumnya, China melaporkan perlambatan pertumbuhan sektor manufaktur dimana data PMI paling lemah dalam lebih dari dua tahun.
Seperti dilansir Reuters hari ini, terpantau kontrak minyak Brent untuk Januari kehilangan 44 sen atau setara 0,32% hingga diperdagangkan ke posisi USD74,72 per barel pada pukul 00.54 GMT. Sementara harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) mengalami kejatuhan sebesar 46 sen menjadi USD65,01 per barel.
Benchmark kedua berada dalam kinerja terburuk secara bulanan atau sejak Juli 2016 pada perdagangan, Rabu kemarin dengan Brent ambruk 8,8% sepanjang bulan Oktober dan WTI merosot hingga 10,9%. Pada hari ini harga minyak dunia terus menetes setelah data administrasi informasi energi AS menunjukkan persediaan minyak mentah naik selama seminggu.
"Persediaan minyak yang terus menguat cemderung memberikan tekanan pada harga minyak," ujar analis ANZ dalam catatannya. Sedangkan survei Reuters memperlihatkan organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) mendorong produksi minyak pada bulan Oktober ke posisi tertinggi sejak 2016. Hal itu usai output lebih tinggi yang dipimpin oleh Uni Emirat Arab dan Libya untuk lebih dari mengimbangi pemotongan ekspor Iran karena sanksi AS yang akan diterapkan mulai 4 November.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, pada hari Rabu kemarin dalam sebuah memorandum Presiden bahwa ia telah memutuskan ada cukup pasokan minyak dan petroleum produk dari negara-negara selain. Tekanan terhadap harga minyak juga datang dari kekhawatiran atas prospek perlambatan ekonomi global di tengah-tengah perang dagang AS versus China.
Bruce Xu seorang analis dari Huatai Walls Capital Management mengungkapkan, investor minyak saat ini bertaruh pada potensi perlambatan ekonomi global. Sebelumnya, China melaporkan perlambatan pertumbuhan sektor manufaktur dimana data PMI paling lemah dalam lebih dari dua tahun.
(akr)