Barito Pacific Cetak Kenaikan Pendapatan Sebesar 29,3%
A
A
A
JAKARTA - PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mencatatkan, peningkatan pendapatan bersih mencapai 29,3% dari USD1,82 miliar pada kuartal II/2017 menjadi USD2,35 miliar pada kuartal III/2018. Capaian ini disebabkan kontribusi pendapatan panas bumi yang lebih tinggi dengan akuisisi unit Salak dan Darajat.
Direktur Utama Barito Pacific Agus Pangestu menyatakan, kontribusi pendapatan petrokimia yang meningkat akibat realisasi harga penjualan rata-rata yang lebih tinggi. Selain itu, diimbangi sebagian dengan volume penjualan yang lebih rendah. "Raihan ini karena adanya beberapa kegiatan operasional yang telah dijadwalkan," ujarnya melalui keterangan resmi di Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Sambung Agus menjelaskan, Star Energy (SEG) menyumbang USD391 juta untuk pendapatan bersih perseroan. Ini termasuk kontribusi dari unit panas bumi Salak dan Darajat yang diakuisisi pada Maret 2017.
Selanjutnya, pendapatan bersih dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) meningkat sebesar 9,1% dari USD1,79 miliar pada kuartal III/2017 menjadi USD1,96 miliar pada kuartal III/2018. Hal tersebut mencerminkan realisasi harga penjualan rata-rata yang lebih tinggi, terutama dari penjualan Ethylene dan Polyethylene.
"Juga diimbangi sebagian dengan volume penjualan yang lebih rendah karena penghentian produksi yang direncanakan dari pabrik Butadiene, aktifitas furnace revamp yang dijadwalkan dan pelaksanaan TAM untuk pabrik Styrene Monomer," katanya.
Laporan keuangan konsolidasi ini, lanjut Agus, telah mencakup konsolidasi keuangan Star Energy setelah mengakuisisi 66,67% kepemilikan pada 7 Juni 2018. Anak usaha perseroan, TPIA sendiri saat ini mengoperasikan pabrik Butadiene dengan kapasitas baru 137KTA.
"Ekspansi ini meningkatkan nilai dari Mixed C4, bahan baku untuk pabrik Butadiene yang sebelumnya dalam posisi surplus setelah ekspansi cracker pada tahun 2015. Selain itu, TPIA juga telah mencapai mechanical completion PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI), perusahaan patungan antara Michelin dan TPIA," pungkasnya.
Di sisi lain, beban keuangan perseroan meningkat sebesar 278,6% dari USD42 juta menjadi USD159 juta. Karena itu, laba bersih setelah pajak menurun sebesar 1,3% dari USD220 juta menjadi USD217 juta disebabkan beban keuangan berkaitan dengan akuisisi SEG.
Direktur Utama Barito Pacific Agus Pangestu menyatakan, kontribusi pendapatan petrokimia yang meningkat akibat realisasi harga penjualan rata-rata yang lebih tinggi. Selain itu, diimbangi sebagian dengan volume penjualan yang lebih rendah. "Raihan ini karena adanya beberapa kegiatan operasional yang telah dijadwalkan," ujarnya melalui keterangan resmi di Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Sambung Agus menjelaskan, Star Energy (SEG) menyumbang USD391 juta untuk pendapatan bersih perseroan. Ini termasuk kontribusi dari unit panas bumi Salak dan Darajat yang diakuisisi pada Maret 2017.
Selanjutnya, pendapatan bersih dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) meningkat sebesar 9,1% dari USD1,79 miliar pada kuartal III/2017 menjadi USD1,96 miliar pada kuartal III/2018. Hal tersebut mencerminkan realisasi harga penjualan rata-rata yang lebih tinggi, terutama dari penjualan Ethylene dan Polyethylene.
"Juga diimbangi sebagian dengan volume penjualan yang lebih rendah karena penghentian produksi yang direncanakan dari pabrik Butadiene, aktifitas furnace revamp yang dijadwalkan dan pelaksanaan TAM untuk pabrik Styrene Monomer," katanya.
Laporan keuangan konsolidasi ini, lanjut Agus, telah mencakup konsolidasi keuangan Star Energy setelah mengakuisisi 66,67% kepemilikan pada 7 Juni 2018. Anak usaha perseroan, TPIA sendiri saat ini mengoperasikan pabrik Butadiene dengan kapasitas baru 137KTA.
"Ekspansi ini meningkatkan nilai dari Mixed C4, bahan baku untuk pabrik Butadiene yang sebelumnya dalam posisi surplus setelah ekspansi cracker pada tahun 2015. Selain itu, TPIA juga telah mencapai mechanical completion PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI), perusahaan patungan antara Michelin dan TPIA," pungkasnya.
Di sisi lain, beban keuangan perseroan meningkat sebesar 278,6% dari USD42 juta menjadi USD159 juta. Karena itu, laba bersih setelah pajak menurun sebesar 1,3% dari USD220 juta menjadi USD217 juta disebabkan beban keuangan berkaitan dengan akuisisi SEG.
(akr)