Gelar Pameran Impor Internasional, China Janji Perluas Akses Pasar
A
A
A
SHANGHAI - China berjanji akan menurunkan tarif impor dan terus memperluas akses pasarnya. Tak hanya itu, China berjanji mempercepat pembukaan sektor pendidikan, telekomunikasi dan budaya, sambil melindungi kepentingan perusahaan asing dan meningkatkan penegakan hukum atas pelanggaran hak kekayaan intelektual (HaKI).
Hal itu diungkapkan Presiden China Xi Jinping pada pembukaan pameran perdagangan China International Import Expo (CIIE) di Shanghai yang berlangsung dari tanggal 5 hingga 10 November."CIIE adalah inisiatif besar oleh China untuk secara proaktif membuka pasarnya kepada dunia," kata Xi seperti dikutip Reuters, Senin (5/11/2018).
Namun, janji-janji tersebut dilihat banyak pihak hanya sebagai upaya Beijing untuk melawan memuncaknya kritik terhadap praktik perdagangan dan bisnis negara tersebut. Pernyataan itu juga muncul di tengah ketegangan yang belum berkesudahan antara China dan beberapa mitra dagang terbesarnya, terutama Amerika Serikat (AS).
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mencela China atas apa yang disebutnya sebagai pencurian kekayaan intelektual, hambatan masuk bagi bisnis AS ke China, serta defisit perdagangan AS yang menganga. Karena itu, tidak ada pejabat senior AS yang akan menghadiri pameran di Shanghai tersebut.
Pameran tersebut mendatangkan ribuan perusahaan asing bersama dengan para pembeli asal China dalam upaya untuk menunjukkan besarnya potensi impor oleh ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Pejabat setingkat presiden atau perdana menteri dari 17 negara dijadwalkan hadir pada pameran internasional tersebut. Sementara peserta yang akan hadir datang dari 140 negara, termasuk 404 peserta dari Jepang, dan bahkan sekitar 136 peserta dari AS termasuk Google, Dell Inc, Ford (F.N) dan General Electric (GE.N).
Xi mengatakan, pameran impor itu menunjukkan keinginan China untuk mendukung perdagangan bebas global. Dia menambahkan bahwa negara-negara di dunia harus mengejar kebijakan terbuka dan menentang proteksionisme.
China, kata Xi, berekspektasi untuk mengimpor barang senilai USD30 triliun dan layanan senilai USD10 triliun dalam 15 tahun ke depan. China tercatat mengimpor 1,84 triliun barang pada tahun 2017, naik 16% atau USD255 miliar, dari tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, China mengimpor sekitar USD500 miliar barang dari AS.
Sementara, maret lalu Penasihat Negara Wang Yi mengatakan bahwa China akan mengimpor 8 triliun barang dalam lima tahun ke depan.
Kendati demikian, tak banyak yang berekspektasi bahwa Xi akan mengumumkan kebijakan baru yang lebih berani yang banyak dinanti oleh pemerintah dan bisnis asing dari Beijing dalam kesempatan tersebut.
Sebaliknya, orang-orang yang terlibat dalam pertemuan perencanaan pameran itu mengatakan bahwa mereka mengantisipasi acara ini lebih menitikberatkan pada simbolisme serta kekurangan substansi yang betul-betul menandakan kesediaan China untuk mempersempit defisit dan keterbukaan perdagangan.
Uni Eropa (UE), yang berbagi keprihatinan AS atas praktik perdagangan China, telah menyerukan agar China mengambil langkah konkret untuk lebih membuka pasarnya kepada perusahaan asing dan memberikan kesetaraan dalam berbisnis. UE juga menegaskan untuk tidak akan menandatangani pernyataan politik apa pun di forum tersebut.
Trump diperkirakan akan bertemu Presiden Xi bulan ini. Orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu menegaskan bahwa bila kesepakatan tidak juga dicapai, ia akan mengenakan tarif tambahan atas barang-barang impor dari China senilai USD267 miliar.
Hal itu diungkapkan Presiden China Xi Jinping pada pembukaan pameran perdagangan China International Import Expo (CIIE) di Shanghai yang berlangsung dari tanggal 5 hingga 10 November."CIIE adalah inisiatif besar oleh China untuk secara proaktif membuka pasarnya kepada dunia," kata Xi seperti dikutip Reuters, Senin (5/11/2018).
Namun, janji-janji tersebut dilihat banyak pihak hanya sebagai upaya Beijing untuk melawan memuncaknya kritik terhadap praktik perdagangan dan bisnis negara tersebut. Pernyataan itu juga muncul di tengah ketegangan yang belum berkesudahan antara China dan beberapa mitra dagang terbesarnya, terutama Amerika Serikat (AS).
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mencela China atas apa yang disebutnya sebagai pencurian kekayaan intelektual, hambatan masuk bagi bisnis AS ke China, serta defisit perdagangan AS yang menganga. Karena itu, tidak ada pejabat senior AS yang akan menghadiri pameran di Shanghai tersebut.
Pameran tersebut mendatangkan ribuan perusahaan asing bersama dengan para pembeli asal China dalam upaya untuk menunjukkan besarnya potensi impor oleh ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Pejabat setingkat presiden atau perdana menteri dari 17 negara dijadwalkan hadir pada pameran internasional tersebut. Sementara peserta yang akan hadir datang dari 140 negara, termasuk 404 peserta dari Jepang, dan bahkan sekitar 136 peserta dari AS termasuk Google, Dell Inc, Ford (F.N) dan General Electric (GE.N).
Xi mengatakan, pameran impor itu menunjukkan keinginan China untuk mendukung perdagangan bebas global. Dia menambahkan bahwa negara-negara di dunia harus mengejar kebijakan terbuka dan menentang proteksionisme.
China, kata Xi, berekspektasi untuk mengimpor barang senilai USD30 triliun dan layanan senilai USD10 triliun dalam 15 tahun ke depan. China tercatat mengimpor 1,84 triliun barang pada tahun 2017, naik 16% atau USD255 miliar, dari tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, China mengimpor sekitar USD500 miliar barang dari AS.
Sementara, maret lalu Penasihat Negara Wang Yi mengatakan bahwa China akan mengimpor 8 triliun barang dalam lima tahun ke depan.
Kendati demikian, tak banyak yang berekspektasi bahwa Xi akan mengumumkan kebijakan baru yang lebih berani yang banyak dinanti oleh pemerintah dan bisnis asing dari Beijing dalam kesempatan tersebut.
Sebaliknya, orang-orang yang terlibat dalam pertemuan perencanaan pameran itu mengatakan bahwa mereka mengantisipasi acara ini lebih menitikberatkan pada simbolisme serta kekurangan substansi yang betul-betul menandakan kesediaan China untuk mempersempit defisit dan keterbukaan perdagangan.
Uni Eropa (UE), yang berbagi keprihatinan AS atas praktik perdagangan China, telah menyerukan agar China mengambil langkah konkret untuk lebih membuka pasarnya kepada perusahaan asing dan memberikan kesetaraan dalam berbisnis. UE juga menegaskan untuk tidak akan menandatangani pernyataan politik apa pun di forum tersebut.
Trump diperkirakan akan bertemu Presiden Xi bulan ini. Orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu menegaskan bahwa bila kesepakatan tidak juga dicapai, ia akan mengenakan tarif tambahan atas barang-barang impor dari China senilai USD267 miliar.
(fjo)