Faktor-Faktor Ini yang Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal III
A
A
A
JAKARTA - Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III/2018 hanya sebesar 5,17%, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,27%.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III/2018.
Pada periode ini, kata dia, harga komoditas migas di pasar internasional secara umum mengalami kenaikan, dimana pada kuartal III/2018 harga minyak mentah rata-rata mencapai USD74,24/barel naik dari kuartal II yang sebesar USD71,92/barel. Indonesia mengimpor minyak dan bahan bakar dalam jumlah cukup besar untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Di sisi lain, harga komoditas nonmigas mengalami penurunan seperti daging sapi, minyak sawit, kopi hingga teh.
Kemudian, kondisi perekonomian global pada kuartal III/2018 menunjukkan perlambatan. Negara-negara maju seperti Eropa, China, Singapura, Korea Selatan mengalami pelambatan ekonomi. Hanya ekonomi Amerika Serikat (AS) yang pada periode tersebut mengalami peningkatan.
"Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia melambat. China itu tujuan utama ekspor Indonesia, menempati peringkat satu dengan share 14,5%. Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III turun menjadi 6,5% dari 6,7%," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (5/11/2018).
Kemudian Singapura, yang merupakan salah satu tujuan utama ekspor Indonesia yang berada di peringkat enam dengan pangsa 4,92% juga mengalami pelambatan. "Singapura melambatnya dalam. Pada kuartal II/2018 (perrtumbuhannya) hanya 2,6%," kata dia.
Hanya AS yang berada di peringkat kedua tujuan ekspor Indonesia dengan pangsa ekspornya 10,81% yang pada periode yang sama menunjukkan peningkatan pertumbuhan ekonomi, yakni dari 2,9% menjadi 3%.
Pria yang akrab disapa Kecuk ini melanjutkan, inflasi pada kuartal III/2018 terkendali di level 0,04% (qtq) dan 2,88% (yoy). Kemudian, realisasi belanja pemerintah pada periode ini juga bagus, dimana penyerapannya mencapai 25,58%, dibandingkan dengan kuartal III/2017 yang realisasi serapannya hanya 22,57%.
"Naiknya realisasi belanja pemerintah ini karena adanya peningkatan realisasi belanja pemerintah pusat dan transfer pemerintah pusat ke daerah. Di pusat realisasinya meningkat karena ada kenaikan belanja pegawai, barang, modal, dan belanja sosial. Ketika realisasi belanja pemerintah meningkat, akan berpengaruh ke pengeluaran konsumsi pemerintah," paparnya.
Selanjutnya, nilai ekspor pada kuartal III/2018 tumbuh 8,33% (yoy) atau 7,48% (qtq). Namun, sambung dia, permasalahannya adalah nilai impor yang mencapai USD49,72 miliar atau naik 23,71% (yoy).
"Jadi defisit neraca perdagangan jadi satu kendala untuk meningkatkan perekonomian kita, karena impor jadi faktor pengurang," terang Kecuk.
Sedangkan untuk konsumsi rumah tangga, Kecuk menilai bahwa pada kuartal III/2018 cukup bagus. Penjualna mobil pada kuartal III/2018 naik 12,01% sedangkan sepeda motor naik 4,87%. Ditambahkannya, produksi semen pada periode ini juga tumbuh bagus yaitu 8,36% (yoy).
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III/2018.
Pada periode ini, kata dia, harga komoditas migas di pasar internasional secara umum mengalami kenaikan, dimana pada kuartal III/2018 harga minyak mentah rata-rata mencapai USD74,24/barel naik dari kuartal II yang sebesar USD71,92/barel. Indonesia mengimpor minyak dan bahan bakar dalam jumlah cukup besar untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Di sisi lain, harga komoditas nonmigas mengalami penurunan seperti daging sapi, minyak sawit, kopi hingga teh.
Kemudian, kondisi perekonomian global pada kuartal III/2018 menunjukkan perlambatan. Negara-negara maju seperti Eropa, China, Singapura, Korea Selatan mengalami pelambatan ekonomi. Hanya ekonomi Amerika Serikat (AS) yang pada periode tersebut mengalami peningkatan.
"Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia melambat. China itu tujuan utama ekspor Indonesia, menempati peringkat satu dengan share 14,5%. Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III turun menjadi 6,5% dari 6,7%," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (5/11/2018).
Kemudian Singapura, yang merupakan salah satu tujuan utama ekspor Indonesia yang berada di peringkat enam dengan pangsa 4,92% juga mengalami pelambatan. "Singapura melambatnya dalam. Pada kuartal II/2018 (perrtumbuhannya) hanya 2,6%," kata dia.
Hanya AS yang berada di peringkat kedua tujuan ekspor Indonesia dengan pangsa ekspornya 10,81% yang pada periode yang sama menunjukkan peningkatan pertumbuhan ekonomi, yakni dari 2,9% menjadi 3%.
Pria yang akrab disapa Kecuk ini melanjutkan, inflasi pada kuartal III/2018 terkendali di level 0,04% (qtq) dan 2,88% (yoy). Kemudian, realisasi belanja pemerintah pada periode ini juga bagus, dimana penyerapannya mencapai 25,58%, dibandingkan dengan kuartal III/2017 yang realisasi serapannya hanya 22,57%.
"Naiknya realisasi belanja pemerintah ini karena adanya peningkatan realisasi belanja pemerintah pusat dan transfer pemerintah pusat ke daerah. Di pusat realisasinya meningkat karena ada kenaikan belanja pegawai, barang, modal, dan belanja sosial. Ketika realisasi belanja pemerintah meningkat, akan berpengaruh ke pengeluaran konsumsi pemerintah," paparnya.
Selanjutnya, nilai ekspor pada kuartal III/2018 tumbuh 8,33% (yoy) atau 7,48% (qtq). Namun, sambung dia, permasalahannya adalah nilai impor yang mencapai USD49,72 miliar atau naik 23,71% (yoy).
"Jadi defisit neraca perdagangan jadi satu kendala untuk meningkatkan perekonomian kita, karena impor jadi faktor pengurang," terang Kecuk.
Sedangkan untuk konsumsi rumah tangga, Kecuk menilai bahwa pada kuartal III/2018 cukup bagus. Penjualna mobil pada kuartal III/2018 naik 12,01% sedangkan sepeda motor naik 4,87%. Ditambahkannya, produksi semen pada periode ini juga tumbuh bagus yaitu 8,36% (yoy).
(fjo)