Rupiah Membaik, Kepercayaan Terhadap Pemerintah Menguat
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah hari ini kembali menguat dan terus menjauh dari level Rp15.000 per dolar AS (USD). Sejumlah faktor turut mendorong penguatan rupiah antara lain mulai meredanya ketegangan perang dagang antara AS dan China.
Pelaku industri pasar modal Susy Meilina mengatakan, penyebab lain yang mendorong penguatan rupiah adalah faktor domestik yakni laporan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2018 yang mencapai 5,17%. Angka tersebut lebih tinggi dibanding perkiraan para pelaku pasar sehingga bisa mendorong tingkat kepercayaan pertumbuhan pendapatan korporasi di kuartal IV/2018.
"Penguatan ini karena kombinasi sentimen faktor global dan domestik. Penguatan rupiah akan mendorong kepercayaan terhadap pemerintah ," ujar Susy di Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Sambung Susy menambahkan, faktor global lain yang turut berkontribusi terhadap penguatan rupiah adalah karena peningkatan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang lebih moderat. Menurutnya, peningkatan suku bunga acuan tahun ini yang berkisar antara 100 - 125 basis poin (bps) akan lebih lebih rendah lagi di 2019 yakni sekitar 50 - 75 bps.
Dari sisi domestik, rupiah juga terbantu oleh membaiknya cadangan devisa Indonesia yang tercatat USD 115,2 Miliar pada akhir Oktober 2018, meningkat dibanding posisi akhir September 2018 sebesar USD 114,8 miliar. "Kombinasi faktor-faktor tersebut akhirnya mendorong minat investasi dari global investor terutama pada instrumen investasi di Indonesia," kata Susy.
Menurut dia, adanya aliran dana asing ke Tanah Air (capital inflow) yang masuk melalui pasar obligasi menjadi penopang penguatan mata uang garuda. "Ini menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu pilihan investasi hudge fund dunia,” katanya.
Menurut Susy, aliran modal asing yang masuk ke pasar saham sejak awal November 2018 telah mencapai Rp4,32 triliun dan di pasar surat berharga negara (SBN) senilai Rp3,23 triliun.
Selain itu yang tak kalah penting dari penguatan nilai tukar rupiah adalah faktor adanya Bilateral Swap Agreement antara Bank Indonesia (BI) dengan Bank Sentral Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) senilai USD10 miliar pada hari Senin (5/11).
Diketahui, sejak awal pekan ini rupiah terus menguat terhadap USD. Hari ini, berdasarkan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) nilai tukar rupiah berada di level Rp14.764 per USD. Bandingkan dengan posisi hari Senin (5/11) di level Rp14.962 per USD dan Selasa (6/11) Rp14.891 per USD.
Pelaku industri pasar modal Susy Meilina mengatakan, penyebab lain yang mendorong penguatan rupiah adalah faktor domestik yakni laporan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2018 yang mencapai 5,17%. Angka tersebut lebih tinggi dibanding perkiraan para pelaku pasar sehingga bisa mendorong tingkat kepercayaan pertumbuhan pendapatan korporasi di kuartal IV/2018.
"Penguatan ini karena kombinasi sentimen faktor global dan domestik. Penguatan rupiah akan mendorong kepercayaan terhadap pemerintah ," ujar Susy di Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Sambung Susy menambahkan, faktor global lain yang turut berkontribusi terhadap penguatan rupiah adalah karena peningkatan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang lebih moderat. Menurutnya, peningkatan suku bunga acuan tahun ini yang berkisar antara 100 - 125 basis poin (bps) akan lebih lebih rendah lagi di 2019 yakni sekitar 50 - 75 bps.
Dari sisi domestik, rupiah juga terbantu oleh membaiknya cadangan devisa Indonesia yang tercatat USD 115,2 Miliar pada akhir Oktober 2018, meningkat dibanding posisi akhir September 2018 sebesar USD 114,8 miliar. "Kombinasi faktor-faktor tersebut akhirnya mendorong minat investasi dari global investor terutama pada instrumen investasi di Indonesia," kata Susy.
Menurut dia, adanya aliran dana asing ke Tanah Air (capital inflow) yang masuk melalui pasar obligasi menjadi penopang penguatan mata uang garuda. "Ini menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu pilihan investasi hudge fund dunia,” katanya.
Menurut Susy, aliran modal asing yang masuk ke pasar saham sejak awal November 2018 telah mencapai Rp4,32 triliun dan di pasar surat berharga negara (SBN) senilai Rp3,23 triliun.
Selain itu yang tak kalah penting dari penguatan nilai tukar rupiah adalah faktor adanya Bilateral Swap Agreement antara Bank Indonesia (BI) dengan Bank Sentral Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) senilai USD10 miliar pada hari Senin (5/11).
Diketahui, sejak awal pekan ini rupiah terus menguat terhadap USD. Hari ini, berdasarkan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) nilai tukar rupiah berada di level Rp14.764 per USD. Bandingkan dengan posisi hari Senin (5/11) di level Rp14.962 per USD dan Selasa (6/11) Rp14.891 per USD.
(akr)