Produksi Minyak Lapangan Sukowati 2019 Ditargetkan 12.000 Bph
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) mengajukan usulan produksi minyak Lapangan Sukowati untuk 2019 rata-rata sebesar 12.000 barel per hari (bph). Pada awal 2019, produksi lapangan Sukowati diperkirakan dimulai di level 9.000-an bph.
"Harapannya pada 2019 starting di angka 9.000-an, ramp up di Februari. Sebentar lagi dengan SKK Migas akan mengajukan usulan-usulan sehingga bisa mencapai 12.000 bph," kata Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf dalam diskusi bertajuk "Making Money From Mature Fields: The Spirit of Indonesia’s Oil and Gas Producers" yang digelar Dunia Energi di Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Menurut Nanang, kesulitan yang dihadapi di Sukowati adalah membuat cement bonding yang bagus dan berumur panjang. Rencana pengembangan dari sisi fasilitas permukaan untuk bisa menjaga produksi Lapangan Sukowati dilakukan dengan upgrading, pembangunan flow line dari sumur injeksi, power supply, serta perbaikan kantor.
"Ini rencana kerja untuk maintenance produksi Lapangan Sukowati. Kita pernah mencapai puncak di atas 40.000-an barel pada 2012-2013, lalu terjun bebas di 2014. Sekarang kita mulai ramp up, harapannya peningkatan sampai dengan tahun depan," ungkap Nanang.
Menurut Nanang, rata-rata produksi minyak Lapangan Sukowati sesudah terminasi 20 Mei 2018 mencapai 9.493 bph, dari sebelum diambil alih sebesar 6.874 bph. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan hingga 2.500 bph hanya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, tim SKK telah melaporkan bahwa ada potensi menaikkan produksi minyak dengan caranya sederhana. "Mereka cerita soal cement bonding seperti yang dilakukan di Lapangan Sukowati. Logis, practical. Yang penting produksi naik," kata Amien.
Amien juga mendorong agar sumber daya manusia (SDM) diperhatikan. Pertamina diyakininya memiliki manajemen SDM yang cukup baik. "People management harus dipegang betul. Dengan demikian discovery bisa naik, kalau Sukowati bisa 50% masa yang lain tidak bisa? Lapangan ada, orangnya ada, teknologi ada, challenge-nya how to make it happen," kata Amien.
"Harapannya pada 2019 starting di angka 9.000-an, ramp up di Februari. Sebentar lagi dengan SKK Migas akan mengajukan usulan-usulan sehingga bisa mencapai 12.000 bph," kata Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf dalam diskusi bertajuk "Making Money From Mature Fields: The Spirit of Indonesia’s Oil and Gas Producers" yang digelar Dunia Energi di Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Menurut Nanang, kesulitan yang dihadapi di Sukowati adalah membuat cement bonding yang bagus dan berumur panjang. Rencana pengembangan dari sisi fasilitas permukaan untuk bisa menjaga produksi Lapangan Sukowati dilakukan dengan upgrading, pembangunan flow line dari sumur injeksi, power supply, serta perbaikan kantor.
"Ini rencana kerja untuk maintenance produksi Lapangan Sukowati. Kita pernah mencapai puncak di atas 40.000-an barel pada 2012-2013, lalu terjun bebas di 2014. Sekarang kita mulai ramp up, harapannya peningkatan sampai dengan tahun depan," ungkap Nanang.
Menurut Nanang, rata-rata produksi minyak Lapangan Sukowati sesudah terminasi 20 Mei 2018 mencapai 9.493 bph, dari sebelum diambil alih sebesar 6.874 bph. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan hingga 2.500 bph hanya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, tim SKK telah melaporkan bahwa ada potensi menaikkan produksi minyak dengan caranya sederhana. "Mereka cerita soal cement bonding seperti yang dilakukan di Lapangan Sukowati. Logis, practical. Yang penting produksi naik," kata Amien.
Amien juga mendorong agar sumber daya manusia (SDM) diperhatikan. Pertamina diyakininya memiliki manajemen SDM yang cukup baik. "People management harus dipegang betul. Dengan demikian discovery bisa naik, kalau Sukowati bisa 50% masa yang lain tidak bisa? Lapangan ada, orangnya ada, teknologi ada, challenge-nya how to make it happen," kata Amien.
(fjo)