Mendorong Digitalisasi UKM

Minggu, 11 November 2018 - 09:19 WIB
Mendorong Digitalisasi UKM
Mendorong Digitalisasi UKM
A A A
JAKARTA - Usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia sangat berkontribusi dalam perekonomian. Data dari Bank Indonesia pada 2017 jumlah UKM ada 63 juta yang berkontribusi hingga 99,2%.Terhadap PDB saja, UKM sudah berkontribusi lebih dari 60% lebih. Jumlah ini lebih besar dari yang dihasilkan perusahaan besar dan yang sudah lama hadir di Indonesia.

Di era digital kesempatan bagi UKM terus menanjak dengan cara memperluas jaringan usaha menggunakan internet. Dibantu pula oleh banyak media penjualan serta media sosial. Kemudahan mengatur bisnis menggunakan software atau aplikasi juga dapat dirasakan di era digital ini.

Digitalisasi harus diawali oleh ilmu yang memadai dari UKM. Demikian menurut Izmir Eka Wijaya Putra, ketua Komite Tetap Industri Kreatif Berbasis Teknologi bidang UMKM dan Industri Kreatif Kamar Dagang Indonesia (Kadin).

Tiga tahun terakhir mereka mencoba menggalakan digitalisasi UKM dari berbagai sisi. Pemerintah menargetkan 8 juta UKM go digitalserta 1.000 start-up baru. Menurut Izmir, target tersebut masih belum paham dengan digitalisasi itu sendiri sehingga fokus Kadin untuk digitalisasi ini lebih ke pendidikan.

Memberi edukasi kepada UKM dan masyarakat dilakukan Kadin selama beberapa bulan terakhir ini. Bekerja sama dengan media massa untuk memberikan pelatihan secara on air maupun offline mengenai digitalisasi.

“Media radio dipilih karena mencakup nasional. Melalui Smart FM, kita buat Smart E-Commerce. Masyarakat menjadi lebih familier,” ujarnya. Kadin juga bekerja sama dengan kampus, melakukan seminar di daerah, kerja sama juga dengan asosiasi kerajinan, fashion, dan makanan.

“Acara merakyat dengan melakukan perlombaan diselingi dengan workshop. Temanya branding, kemasan, ekspor offline,dan online,” sambungnya. Kerja sama juga pernah dilakukan dengan Google dan Microsoft dengan menghadirkan mereka sebagai pembicara.

Perkembangan literalisasi digital yang menjadi fokus tahun ini masih di daerah kota besar karena banyak anak muda lebih mudah diterima. Pekerjaan rumah sekarang menjangkau teman-teman UKM yang usianya bukan lagi milenial.

Karena keinginan belajar mereka sudah tidak ada, jadi biasanya mereka akan beri anaknya atau kepada karyawannya. Meskipun begitu, edukasi terus dilancarkan dengan informasi jika pengguna an media sama pentingnya dengan jalur konvensional.

Kadin punya target untuk 2019 dengan melihat potensi yang sudah dilatih. Akan dipilih UKM mana yang berpotensi untuk ekspor, maka akan dibukakan pintu ekspor. Oktober lalu bekerja sama dengan Kadin bidang perdagangan, UKM yang siap go international disiapkan jalur pasar di luar negeri.

Izmir menegaskan, yang harus diperhatikan UKM saat ingin berkembang secara digital, pertama mengubah mindset. “Banyak UKM yang merasa bisnis mereka hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kalau sudah tercukup, mereka tidak ingin berkembang,” ucapnya.

Beberapa dari teman UKM nyaman di skala mereka, padahal bisa saja usahanya berkembang. Izmir menyebut, akibat kurang pendidikan mengenai bisnis. Selain literasi digital, mereka juga perlu didampingi untuk kemampuan manajerial.

Untuk hal ini, Kadin dengan Kementrian Koperasi dan UKM juga Bekraf sering memberi pelatihan mengenai ini. Kadin juga terlibat banyak dalam pembentukan peraturan E-Commerce. Revisi UU 82 mengenai transaksi elektronik, peraturan bea cukai, keselamatan produk dalam E-Commerce.

“Informasi itu hanya kita yang tahu yang berada di kota, sedangkan di daerah tidak tahu, jadi Kadin juga membantu pemerintah untuk menyosialisasikan regulasi. Dan sekaligus menyuarakan aturan pemerintah apakah menghambat atau tidak bagi kemajuan para UKM,” jelasnya.

UKM memang menjadi fokus di banyak ke menterian satu di antaranya Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Di tengah bergulirnya Revolusi Industri 4.0, industri kecil menengah (IKM) nasional dipacu untuk memanfaatkan platform digital seperti e-Smart IKM yang dibuat oleh Kemenperin.

Pelaksanaan program ini menggandeng sejumlah marketplacedi antaranya Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Ralali, dan GoJek Indonesia. Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih menjelaskan, untuk e-Smart ini khusus usaha menengah atau sudah punya manajemen baik sehingga ada tim yang bisa diajarkan menjadi admin jika membuka marketplace.

“Hingga saat ini peserta yang mengikuti kegiatan workshope-Smart IKM sebanyak 4.000 pelaku usaha dengan total nilai penjualan yang tercatat sebesar Rp1,3 miliar,” ungkapnya.

Program e-Smart IKM merupakan sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan marketplaceyang ada dengan tujuan untuk meningkatkan akses pasar IKM melalui internet marketing.

Sejak tahun lalu Kemenperin menyiapkan e- Smart IKM ini dan menargetkan jumlah IKM yang mengikuti workshope-Smart IKM hingga 2019 dapat mencapai lebih dari 10.000 IKM dan sebanyak 30.000 produk IKM yang dapat diakses konsumen melalui marketplace.

“Kami memang tidak membuat marketplace sendiri, biarkan menggunakan marketplace yang sudah dikenal luas seperti Bukalapak, dan Shopee. Dari pihak mereka juga ada yang ikut mengajarkan bagaimana memasarkan produk melalui marketplace,” jelas Gati.

Program e-Smart IKM diharapkan membantu penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan. Kemenperin juga mendorong para pelaku IKM di sentra-sentra masuk marketplace agar dapat memberikan akses pasar yang lebih luas sehingga akan memudahkan pelaku IKM untuk mengembangkan usahanya. Pakar digital Abang Edwin Syarif Agustin mengatakan, hampir semua UKM sudah mulai mengadopsi penggunaan digital dalam bisnis mereka, hanya saja belum secara mendalam.

Misalnya kebanyakan sudah menggunakan e-mail dan memiliki akun media sosial, namun penggunaannya belum sampai ke tingkat strategis. Para UKM memang harus dibekali dengan pengetahuan dasar digital yang baik sebab perlu kehati-hatian.

“Killer function dari aplikasi adalah memungkinkan penyebaran informasi secara cepat dan efektif. Namun, jika tidak dilakukan dengan baik dan benar, bisa berbalik (backfire). Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan dasar digital yang cukup baik sampai dengan penerapan strategi yang baik pula,” ungkap Abang. Dia menambahkan, pemilihan penggunaan aplikasi justru dapat mengikuti setelah UKM tahu strategi yang ingin dijalankan oleh mereka.

Seperti layaknya berbisnis di jalur konvensional memiliki strategi dalam menaikan penjualan, menarik pelanggan, dan lainnya. Di dunia digital pun bisnis ada strategi jitu yang harus dilakukan. Pemilik Bangwin Consulting ini sangat mengharapkan UKM berkembang pesat di era digital.

“UKM adalah tulang punggung perekonomian kita. Dan digital adalah teknologi yang bisa memudahkan UKM mengembangkan bisnis mereka,” ungkapnya. Abang juga sering mengadakan pelatihan yang mayoritas diselenggarakan oleh LSM. Biasanya topiknya pemanfaatan digital untuk pengembangan usaha.

Dia mencontohkan UKM yang sudah membuka toko bisa memotong pengeluarannya karena membuka toko onlinedan memanfaatkan media sosial untuk pemasarannya. Digitalisasi UKM juga didukung oleh start-up digital seperti Moka yang khusus membuat software untuk operasional sehari-hari UKM.

Mulai transaksi, inventori, library, pemantauan karyawan, stok barang, pembuatan promo, dan aktivitas lainnya. Produk digital mereka untuk para UKM dan mengajak juga agar UKM go online.

Bukan untuk meluaskan jaringan, justru Moka hadir untuk mendigitalisasikan manajemen sebuah UKM. “Dengan kontribusi UKM sebesar 63% terhadap PDB lebih besar dari perusahaan besar lain. Kalau kita ingin membantu Indonesia bisa melalui UKM,” ujar VP Brand & Marketing Moka Bayu Ramadhan. Selama ini banyak UKM yang tumbang dalam usianya 18 bulan terjadi di seluruh dunia menurut data Blommberg.

Begitu juga di Indonesia setiap bulan sering kita melihat banyak tempat makan baru, kedai kopi baru, atau tempat nongkrong yang tiba-tiba hilang karena kolaps. Satu di antara masalah utama di UKM ada di dalam inventori mereka.

Dari segi ini saja harus diubah menjadi lebih tersistem semua diatur oleh data di Cloud. Sebanyak 16 juta UKM yang belum melek digital. Moka hadir untuk mengenalkan digital sekaligus melakukan promosi atas softwaremereka. Pelatihan dilakukan dengan mencoba software mereka, dibantu oleh tim Moka.

Pelatihan ini memang bertujuan untuk sarana berpromosi mereka. Moka sadar, cara ini jitu untuk mengenalkan produk mereka kepada para UKM. “Terakhir, kami bersama Pemkot Makassar, mereka mengadakan acara untuk UKM kami hadir sebagai pembicara.

Pesertanya ribuan. Kami memberi percobaan Moka. Biasanya peserta pelatihan yang mau beli software kami dapat diskon,” ujar Bayu. Selain itu, Moka juga turun langsung ke para pelaku usaha melalui komunitas seperti komunitas barbershop, coffeeshop, pecinta kopi, tapi khusus untuk bisnisnya.

Program pelatihan komunitas sudah keliling di kota besar lain yakni Yogyakarta, Surabaya, Bali, Makassar, Medan, Palembang, dan Semarang. Bayu menambahkan, para komunitas juga kerap diberi pelatihan dengan tema lain seperti efektivitas media sosial dari tim mereka.

Komitmen Moka kepada UKM di Indonesia besar berbanding lurus dengan mengembangkan start-up mereka. “Karena kita percaya justru yang harus diperbaiki dari UKM bersumber dari dalam usaha itu sendiri. Dulu serbamanual, yang memakan waktu, tenaga, namun sekarang bisa dibantu dengan softwarekami,” pungkas Bayu. (Ananda Nararya)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5368 seconds (0.1#10.140)