Indef Minta Pemerintah Waspadai Impor di Akhir Tahun

Kamis, 15 November 2018 - 15:36 WIB
Indef Minta Pemerintah...
Indef Minta Pemerintah Waspadai Impor di Akhir Tahun
A A A
JAKARTA - Setiap menjelang akhir tahun acap kali harga pangan mengalami lonjakan. Dalam 8 tahun terakhir, inflasi bulan Desember untuk bahan makanan selalu lebih tinggi dari inflasi umum. Harga bahan pangan biasanya mulai merangkak naik di bulan November, sebelum mencapai puncaknya di Desember.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, menilai impor pangan menjadi masalah yang serius yang bakal berdampak pada inflasi di akhir tahun. Pemerintah dan para pemangku kepentingan pun harus serius dalam menangani impor bahan pangan yang bisa menyebabkan defisit neraca perdagangan dan inflasi

"Kondisi ini membuat capaian inflasi volatile food (barang bergejolak) di Oktober 2018 sebesar 0,17% mtm, tidak cukup menjadi indikasi akan stabilnya harga pangan hingga pengujung tahun. Justru biasanya volatile food di bulan Oktober cenderung deflasi," ujar Eko di Jakarta, Kamis (15/11/2018).

Kata dia, harus ada keseriusan dari pemerintah untuk memutus siklus dan mencari solusi agar harga pangan di akhir tahun lebih terkendali. Sebab inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) dan inflasi barang bergejolak kerap menjadi pemicu lonjakan inflasi di Indonesia. Pemicu melonjaknya inflasi harga barang yang diatur pemerintah.

"Bahan makanan dan makanan jadi (beras, daging, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bumbu dapur) pemicu langganan inflasi barang bergejolak. Tak terkecuali di 2018, beras, daging, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bumbu merupakan bahan pangan yang harganya acapkali melambung dan mendorong inflasi umum," katanya.

Dia pun mengatakan ditahun 2018, beras menjadi polemik tersendiri karena harganya yang melambung di tengah kondisi surplus produksi, sehingga pemerintah melakukan impor beras.

"Harga telur dan daging ayam ras juga terus mengalami peningkatan sejak Mei 2018 hingga puncaknya terjadi di bulan Juli 2018 yang disebabkan berkurangnya suplai telur dan daging ayam ras," jelasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1244 seconds (0.1#10.140)