Produk Fashion Bandung Ini Laris Manis di Banjarmasin
A
A
A
BANDUNG - Produk fashion asal Bandung Shararea ternyata paling banyak diminati konsumen asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Transaksinya pun cukup besar, mencapai ratusan juta rupiah.
Pemilik Shararea Heni Hendarsih mengatakan, selama lima tahun brand-nya menjual produk fashion, pasar Kalimantan Selatan memberi andil cukup besar terhadap penjualan. Hampir 70% dari total pendapatan Shararea berasal dari Banjarmasin.
"Pasar di sana cukup bagus, kontribusinya 70% dari total pasar kami. Harga produk yang kami tawarkan minimal Rp400.000 untuk satu pieces," kata Heni di sela-sela launching second brand Mimiti di Intercontinental Hotel, Bandung, Senin (19/11/2018).
Walaupun mayoritas pemasaran ada di Banjarmasin, namun produknya telah tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini ada sekitar 35 reseller dari berbagai daerah seperti Pekan Baru, Solo, Gresik, Aceh, dan lainnya.
Heni menyebutkan, saat ini kapasitas produksi Shararea telah menembus 16.000 pieces, naik tiga kali lipat dari 2016 yang hanya sekitar 5.000 pieces. Shararea sendiri telah berdiri lima tahun lalu, namun pengelolaan secara profesional baru dilakukan sejak Agustus 2017. Saat ini, perusahaannya telah memiliki 85 karyawan.
Ke depan, dengan lahirnya brand kedua Mimiti, kapasitas produksi Shararea diharapkan naik signifikan. Mimiti nantinya akan membidik segmen menengah dengan desain kasual. Berbeda dengan Shararea yang membidik segmen atas.
"Kalau Shararea biasanya dipakai harian. Misalnya untuk acara dan arisan. Dan ini produk pakaian muslim. Tapi kalau Mimiti lebih ke produk kasual untuk semua. Tidak mesti syar'i. Dari sisi harga juga lebih terjangkau. Untuk brand ini, kami berharap lebih banyak di Bandung," beber dia.
GM Shararea Aries Kusuma Nugraha mengaku optimistis produk fashion masih berpeluang tumbuh. Dia pun masih melihat adanya ceruk dari produk ini. "Untuk meningkatkan penjualan, tahun depan kami menargetkan menambah reseller. Targetnya ada 100 reseller di 2019," kata dia.
Pemilik Shararea Heni Hendarsih mengatakan, selama lima tahun brand-nya menjual produk fashion, pasar Kalimantan Selatan memberi andil cukup besar terhadap penjualan. Hampir 70% dari total pendapatan Shararea berasal dari Banjarmasin.
"Pasar di sana cukup bagus, kontribusinya 70% dari total pasar kami. Harga produk yang kami tawarkan minimal Rp400.000 untuk satu pieces," kata Heni di sela-sela launching second brand Mimiti di Intercontinental Hotel, Bandung, Senin (19/11/2018).
Walaupun mayoritas pemasaran ada di Banjarmasin, namun produknya telah tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini ada sekitar 35 reseller dari berbagai daerah seperti Pekan Baru, Solo, Gresik, Aceh, dan lainnya.
Heni menyebutkan, saat ini kapasitas produksi Shararea telah menembus 16.000 pieces, naik tiga kali lipat dari 2016 yang hanya sekitar 5.000 pieces. Shararea sendiri telah berdiri lima tahun lalu, namun pengelolaan secara profesional baru dilakukan sejak Agustus 2017. Saat ini, perusahaannya telah memiliki 85 karyawan.
Ke depan, dengan lahirnya brand kedua Mimiti, kapasitas produksi Shararea diharapkan naik signifikan. Mimiti nantinya akan membidik segmen menengah dengan desain kasual. Berbeda dengan Shararea yang membidik segmen atas.
"Kalau Shararea biasanya dipakai harian. Misalnya untuk acara dan arisan. Dan ini produk pakaian muslim. Tapi kalau Mimiti lebih ke produk kasual untuk semua. Tidak mesti syar'i. Dari sisi harga juga lebih terjangkau. Untuk brand ini, kami berharap lebih banyak di Bandung," beber dia.
GM Shararea Aries Kusuma Nugraha mengaku optimistis produk fashion masih berpeluang tumbuh. Dia pun masih melihat adanya ceruk dari produk ini. "Untuk meningkatkan penjualan, tahun depan kami menargetkan menambah reseller. Targetnya ada 100 reseller di 2019," kata dia.
(fjo)