Harga Minyak Mentah Dunia Tenggelam Saat Stok AS Membengkak
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak dunia tenggelam cukup dalam pada perdagangan, Kamis (22/11/2018) ketika persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) membengkak hingga menyentuh level tertinggi sejak Desember 2017. Hal ini terjadi di tengah kekhawatira pelemahan pertumbuhan global, saat produsen OPEC terus mencegah penurunan lebih lanjut.
Seperti dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan ke level USD53,38 per barel pada pukul 01.41 GMT atau menyusut 25 sen atau 0,5% di bawah sesi kemarin. Sedangkan harga minyak berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional lebih rendah menjadi USD63,28 per barel usai kehilangan 20 sen yang setara 0,3% dari sesi penutupan terakhir.
Tercatat inventaris minyak mentah komersial AS naik 4,9 juta barel menjadi 446,91 juta barel pekan lalu, seperti disampaikan laporan Administrasi Informasi Energi (EIA) pada hari Rabu. Angka tersebut menjadi level tertinggi sejak Desember tahun lalu. Produksi minyak mentah AS tetap pada rekor tertinggi yakni 11,7 juta barel per hari (bpd), kata EIA.
"Data inventaris AS terus menunjukkan perkembangan pasokan yang signifikan, yang datang dengan dukungan oleh rekor produksi minyak mentah AS,” kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan untuk Asia Pasifik dari broker berjangka Oanda di Singapura.
Beberapa analis telah memperingatkan bahwa meskipun produksi global tinggi, pasar minyak memiliki sedikit kapasitas cadangan untuk menangani gangguan pasokan yang tak terduga. Namun, Innes mengatakan bahwa setelah gangguan saluran pipa di AS mulai berkurang, yang menurutnya dia harapkan pada 2019, "seluruh gagasan tentang kapasitas cadangan global yang ketat akan turun dengan baik".
Di bayangi ketakutan banjir pasokan, produsen yang didominasi Timur Tengah dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) sedang mempertimbangkan pemotongan pasokan ketika pertemuan berikutnya pada 6 Desember. Meski begitu beberapa anggota, seperti Iran, diperkirakan akan menolak pengurangan sukarela tersebut.
Seperti dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan ke level USD53,38 per barel pada pukul 01.41 GMT atau menyusut 25 sen atau 0,5% di bawah sesi kemarin. Sedangkan harga minyak berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional lebih rendah menjadi USD63,28 per barel usai kehilangan 20 sen yang setara 0,3% dari sesi penutupan terakhir.
Tercatat inventaris minyak mentah komersial AS naik 4,9 juta barel menjadi 446,91 juta barel pekan lalu, seperti disampaikan laporan Administrasi Informasi Energi (EIA) pada hari Rabu. Angka tersebut menjadi level tertinggi sejak Desember tahun lalu. Produksi minyak mentah AS tetap pada rekor tertinggi yakni 11,7 juta barel per hari (bpd), kata EIA.
"Data inventaris AS terus menunjukkan perkembangan pasokan yang signifikan, yang datang dengan dukungan oleh rekor produksi minyak mentah AS,” kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan untuk Asia Pasifik dari broker berjangka Oanda di Singapura.
Beberapa analis telah memperingatkan bahwa meskipun produksi global tinggi, pasar minyak memiliki sedikit kapasitas cadangan untuk menangani gangguan pasokan yang tak terduga. Namun, Innes mengatakan bahwa setelah gangguan saluran pipa di AS mulai berkurang, yang menurutnya dia harapkan pada 2019, "seluruh gagasan tentang kapasitas cadangan global yang ketat akan turun dengan baik".
Di bayangi ketakutan banjir pasokan, produsen yang didominasi Timur Tengah dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) sedang mempertimbangkan pemotongan pasokan ketika pertemuan berikutnya pada 6 Desember. Meski begitu beberapa anggota, seperti Iran, diperkirakan akan menolak pengurangan sukarela tersebut.
(akr)