Eks Dirut Pertamina: Direksi BUMN Kebanyakan Rapat di DPR
A
A
A
JAKARTA - Mantan Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina, Elia Massa Manik, mengatakan direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) banyak menghabiskan waktu dengan banyak rapat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sehingga tidak efisien dari sisi waktu.
Elia menjelaskan, direksi perusahaan swasta seringkali mengambil keputusan cepat karena tidak kebanyakan rapat. Bahkan tidak sampai lima kali dalam setahun.
"Sektor swasta RUPS 3 kali. Saya (waktu di Pertamina) 13 bulan itu 37 kali (rapat) ke DPR," ujarnya di Jakarta, Kamis (22/11/2018).
Menurut Elia, jika Indonesia ingin mengejar ketertinggalan dari negara maju maka ada dua syaratnya, yakni jujur dan memiliki pengetahuan. Dua hal ini dinilainya bisa dilakukan asal ada kemauan.
"Bisa tidak kejar ketertinggalan? Bisa, asal kerja keras karena sudah jauh ketertinggalannya," katanya.
Kedua, lanjut Elia, yaitu pengetahuan untuk mengejar ketertinggalan. Salah satunya terkait fundamental industri hilir yang harus sesuai dengan tugasnya.
"Kalau kita bicara Indonesia banyak kesempatan, kekurangannya menjadi kesempatan. Satu kesempatan terkait korporasi, dulu market research, sekarang algoritma jadi permintaan baru," pungkasnya.
Elia menjelaskan, direksi perusahaan swasta seringkali mengambil keputusan cepat karena tidak kebanyakan rapat. Bahkan tidak sampai lima kali dalam setahun.
"Sektor swasta RUPS 3 kali. Saya (waktu di Pertamina) 13 bulan itu 37 kali (rapat) ke DPR," ujarnya di Jakarta, Kamis (22/11/2018).
Menurut Elia, jika Indonesia ingin mengejar ketertinggalan dari negara maju maka ada dua syaratnya, yakni jujur dan memiliki pengetahuan. Dua hal ini dinilainya bisa dilakukan asal ada kemauan.
"Bisa tidak kejar ketertinggalan? Bisa, asal kerja keras karena sudah jauh ketertinggalannya," katanya.
Kedua, lanjut Elia, yaitu pengetahuan untuk mengejar ketertinggalan. Salah satunya terkait fundamental industri hilir yang harus sesuai dengan tugasnya.
"Kalau kita bicara Indonesia banyak kesempatan, kekurangannya menjadi kesempatan. Satu kesempatan terkait korporasi, dulu market research, sekarang algoritma jadi permintaan baru," pungkasnya.
(ven)