Defisit Transaksi Berjalan Melebar, Tiga Industri Besar Diperbaiki
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution memaparkan terkait kondisi ekonomi Indonesia yang menghadapi masalah seputar defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Menurutnya defisit transaksi berjalan menjadi kelemahan ekonomi Tanah Air saat ini.
Pasalnya, defisit transaksi berjalan menjadi masalah sejak memasuki awal 2018. "Tahun ini, ya mungkin saya bilang mungkin dan saya contohkan tadi. Jadi memang defisit transkasi berjalan itu tidak mudah merubahnya dalam jangka pendek," ujar Menko Darmin di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Lebih lanjut, Ia menerangkan defisit transaksi berjalan memang selalu defisit sejak zaman Orde Baru. Namun hal itu menjadi masalah, terang dia saat neraca modal dan finansial juga mengalami tekanan.
"Transaksi berjalan kita praktis tidak pernah surplus sejak zaman Orde Baru, begitu pun saat masuk 2018. Dengan dinamika baru terutama perang dagang, tiba-tiba transaksi modal praktis nol," jelasnya.
Untuk itu, Menko Darmin mengungkapkan bakal berupaya memperbaiki tiga kelompok industri besar yakni besi dan baja, petrokimia, dan kimia dasar. Sebab, tiga kelompok ini impornya besar. Salah satu caranya ialah mendorong investasi di kelompok industri ini.
Adapun cara yang ditempuh dengan memberikan intensif berupa tax holiday yang tercantum dalam paket kebijakan ekonomi terbaru belum lama ini diluncurkan pemerintah. "Kita beritakan tax holiday besi dan baja, juga ada DNI bakal kita terapkan," tandasnya.
Tercatat Defisit transaksi berjalansemakin melebar, namun masih dalam batas aman. Pada kuartal ketiga lalu, CAD tercetak sebesar USD8,8 miliar atau sekitar 3,37% terhadap produk domestik bruto (PDB), bandingkan pada kuartal kedua sebelumnya di mana CAD tercatat sebesar USD8 miliar atau sekitar 3,02% terhadap PDB.
Adapun secara kumulatif, CAD dari Januari hingga Oktober 2018 berdasarkan catatan Bank Indonesia berada pada kisaran 2,86% terhadap PDB. Posisi angka tersebut oleh bank sentral dinilai masih terhitung aman. Masalahnya, posisi CAD yang terus melebar semakin membuat pemerintah kebingungan karena belum menemukan formulasi yang tepat untuk menghentikan agar defisit tidak semakin membesar.
Pasalnya, defisit transaksi berjalan menjadi masalah sejak memasuki awal 2018. "Tahun ini, ya mungkin saya bilang mungkin dan saya contohkan tadi. Jadi memang defisit transkasi berjalan itu tidak mudah merubahnya dalam jangka pendek," ujar Menko Darmin di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Lebih lanjut, Ia menerangkan defisit transaksi berjalan memang selalu defisit sejak zaman Orde Baru. Namun hal itu menjadi masalah, terang dia saat neraca modal dan finansial juga mengalami tekanan.
"Transaksi berjalan kita praktis tidak pernah surplus sejak zaman Orde Baru, begitu pun saat masuk 2018. Dengan dinamika baru terutama perang dagang, tiba-tiba transaksi modal praktis nol," jelasnya.
Untuk itu, Menko Darmin mengungkapkan bakal berupaya memperbaiki tiga kelompok industri besar yakni besi dan baja, petrokimia, dan kimia dasar. Sebab, tiga kelompok ini impornya besar. Salah satu caranya ialah mendorong investasi di kelompok industri ini.
Adapun cara yang ditempuh dengan memberikan intensif berupa tax holiday yang tercantum dalam paket kebijakan ekonomi terbaru belum lama ini diluncurkan pemerintah. "Kita beritakan tax holiday besi dan baja, juga ada DNI bakal kita terapkan," tandasnya.
Tercatat Defisit transaksi berjalansemakin melebar, namun masih dalam batas aman. Pada kuartal ketiga lalu, CAD tercetak sebesar USD8,8 miliar atau sekitar 3,37% terhadap produk domestik bruto (PDB), bandingkan pada kuartal kedua sebelumnya di mana CAD tercatat sebesar USD8 miliar atau sekitar 3,02% terhadap PDB.
Adapun secara kumulatif, CAD dari Januari hingga Oktober 2018 berdasarkan catatan Bank Indonesia berada pada kisaran 2,86% terhadap PDB. Posisi angka tersebut oleh bank sentral dinilai masih terhitung aman. Masalahnya, posisi CAD yang terus melebar semakin membuat pemerintah kebingungan karena belum menemukan formulasi yang tepat untuk menghentikan agar defisit tidak semakin membesar.
(akr)