Holding Migas Jadikan PGN Pemain Kelas Dunia
A
A
A
Gas bumi merupakan salah satu sumber energi potensial yang mempunyai prospek cerah. Apalagi, Indonesia masih menyimpan banyak kandungan gas bumi yang belum dieksplorasi sepenuhnya.
Namun demikian, pemanfaatan gas bumi belum optimal dikarenakan manajemen rantai pasok yang masih lemah. Terlebih, bagi entitas usaha milik negara, terdapat beberapa korporasi pelat merah yang bermain di sektor yang sama.
Hal ini membuat pengelolaan dan pelayanan dari entitas milik negara menjadi tidak maksimal. Menyebabkan tidak meratanya infrastruktur dan harga, terutama bagi segmen industri yang masih membutuhkan penyangga dari sisi pasokan bahan bakar.
Di sisi lain, infrastruktur gas yang juga terpisah-pisah menimbulkan kondisi yang tidak ideal bagi penguatan sektor energi nasional, terutama bagi penguatan industri nasional dengan mamanfaatkan gas bumi yang merupakan kekayaan alam Indonesia.
Problematika itu merupakan salah satu contoh kendala bagi visi membangun kedaulatan energi nasional. “Lebih maju dari sekadar sinergi BUMN, untuk sektor energi, pemerintah menyusun langkah maju untuk pembentukan Holding Migas,” ungkap Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN), Gigih Prakoso.
Gigih mengatakan, dengan tuntasnya pembentukan Holding Migas, di mana PT Pertamina (Persero) bertindak sebagai induk perusahaan sektor Migas, termasuk PGN strategi memperkuat sektor energi nasional perlahan diwujudkan.
“Dengan adanya induk Pertamina, entitas usaha milik negara di sektor energi bisa diharmonisasi,” ungkap Gigih.
Paling konkret, ungkap Gigih, dengan bersatu padunya PGN dan PT Pertamina Gas (Pertagas) akan meningkatkan utilisasi infrastruktur dan memperkuat rantai pasok.
“Infrastruktur PGN dan Pertagas jadi satu, seperti pipa transmisinya atau distribusinya, itu bisa lebih meningkatkan utilitas serta efisiensi bagi operasional keduanya,” tambah Gigih.
Dengan terintegrasinya infrastruktur PGN dan Pertagas, secara langsung subholding gas ini menguasai lebih dari 96% portofolio hilir gas. Hal ini pun akan menyukseskan ketercapaian target RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) hingga 2025, di antaranya sebanyak 4,7 juta sambungan rumahtangga baru, 6.302 kilometer pipa hilir, dan 5.437 kilometer pipa hulu.
“Dengan kekuatan tersebut, pelayanan gas bumi untuk semua segmen bisa dinikmati rakyat dari Aceh hingga Papua,” tambah Gigih.
“Pada akhirnya, visi masa depan adalah menjadikan PGN sebagai pemain bisnis gas yang berskala global, dengan terlebih dulu memperkuat bisnis gas di dalam negeri,” tutup Gigih.
Namun demikian, pemanfaatan gas bumi belum optimal dikarenakan manajemen rantai pasok yang masih lemah. Terlebih, bagi entitas usaha milik negara, terdapat beberapa korporasi pelat merah yang bermain di sektor yang sama.
Hal ini membuat pengelolaan dan pelayanan dari entitas milik negara menjadi tidak maksimal. Menyebabkan tidak meratanya infrastruktur dan harga, terutama bagi segmen industri yang masih membutuhkan penyangga dari sisi pasokan bahan bakar.
Di sisi lain, infrastruktur gas yang juga terpisah-pisah menimbulkan kondisi yang tidak ideal bagi penguatan sektor energi nasional, terutama bagi penguatan industri nasional dengan mamanfaatkan gas bumi yang merupakan kekayaan alam Indonesia.
Problematika itu merupakan salah satu contoh kendala bagi visi membangun kedaulatan energi nasional. “Lebih maju dari sekadar sinergi BUMN, untuk sektor energi, pemerintah menyusun langkah maju untuk pembentukan Holding Migas,” ungkap Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN), Gigih Prakoso.
Gigih mengatakan, dengan tuntasnya pembentukan Holding Migas, di mana PT Pertamina (Persero) bertindak sebagai induk perusahaan sektor Migas, termasuk PGN strategi memperkuat sektor energi nasional perlahan diwujudkan.
“Dengan adanya induk Pertamina, entitas usaha milik negara di sektor energi bisa diharmonisasi,” ungkap Gigih.
Paling konkret, ungkap Gigih, dengan bersatu padunya PGN dan PT Pertamina Gas (Pertagas) akan meningkatkan utilisasi infrastruktur dan memperkuat rantai pasok.
“Infrastruktur PGN dan Pertagas jadi satu, seperti pipa transmisinya atau distribusinya, itu bisa lebih meningkatkan utilitas serta efisiensi bagi operasional keduanya,” tambah Gigih.
Dengan terintegrasinya infrastruktur PGN dan Pertagas, secara langsung subholding gas ini menguasai lebih dari 96% portofolio hilir gas. Hal ini pun akan menyukseskan ketercapaian target RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) hingga 2025, di antaranya sebanyak 4,7 juta sambungan rumahtangga baru, 6.302 kilometer pipa hilir, dan 5.437 kilometer pipa hulu.
“Dengan kekuatan tersebut, pelayanan gas bumi untuk semua segmen bisa dinikmati rakyat dari Aceh hingga Papua,” tambah Gigih.
“Pada akhirnya, visi masa depan adalah menjadikan PGN sebagai pemain bisnis gas yang berskala global, dengan terlebih dulu memperkuat bisnis gas di dalam negeri,” tutup Gigih.
(akn)